Nepal Membara, Menteri Dipukuli, Gedung Parlemen Dibakar
Gelombang demonstrasi di Ibu Kota Nepal berubah menjadi amukan massa yang brutal. Kekerasan yang menyapu ibu kota Kathmandu kini menyasar langsung para pejabat tinggi negara.
Menteri Luar Negeri Nepal, Arzu Deuba (63), menjadi korban terbaru. Dalam rekaman video yang beredar luas di media sosial, Deuba terlihat dengan wajah berlumuran darah, dikerumuni para demonstran yang menyorotinya dengan ponsel.
Tak lama kemudian, menteri perempuan itu ditendang dari belakang dan dipukul wajahnya hingga terhuyung. Kondisinya hingga kini belum diketahui.
Tidak jelas bagaimana massa berhasil menembus kediaman resmi sang Menlu. Namun, rekaman yang diduga diambil oleh demonstran sendiri memperlihatkan situasi kacau di dalam rumah, dengan teriakan massa bercampur suara benturan keras.
Tak berhenti di situ, Menteri Keuangan Bishnu Prasad Paudel (65) juga menjadi sasaran amukan. Video lain memperlihatkan Paudel berlari di jalanan Kathmandu, panik dikejar massa.
Salah seorang demonstran melompat, menghantamkan tendangan keras hingga tubuh sang menteri terpelanting menabrak tembok.
Meski sempat bangkit dan terus berlari, rekaman terputus, meninggalkan tanda tanya besar soal nasibnya.
Kekerasan ini meledak setelah pemerintah memblokir akses media sosial pekan lalu yakni Facebook, X, dan YouTube karena perusahaan-perusahaan tersebut menolak tunduk pada regulasi Nepal.
Meski blokir sudah dicabut pada Senin (8/9), demonstrasi justru berubah menjadi pemberontakan jalanan, memantik tuduhan korupsi dan kemarahan generasi muda terhadap elite politik.
Sejumlah rumah pejabat tinggi, termasuk kediaman Perdana Menteri Khadga Prasad Sharma Oli, dibakar massa.
Gedung parlemen dilahap api. Bandara utama Kathmandu ditutup, memaksa pemerintah mengevakuasi menteri-menterinya menggunakan helikopter militer.
Menurut BBC, sedikitnya 22 orang tewas ditembak aparat. Darah para demonstran yang bergelimpangan di jalanan semakin menyulut amarah massa, yang kini tampaknya sulit dikendalikan.
Pengunduran diri PM Oli pada Selasa (9/9) gagal meredam kemarahan. Justru, langkah itu mempercepat runtuhnya wibawa pemerintahan Nepal, yang kini berdiri di tepi jurang kekacauan politik paling berbahaya dalam sejarah modernnya.
Editor: Abdul Hadi











