Nilai Tukar Rupiah Menguat 3 Hari Beruntun, Dolar AS Babak Belur
Nilai tukar rupiah sukses menguat terhadap dolar Hong Kong (0,25%), dolar Taiwan (0,18%), baht (0,35%), won (0,69%), dolar Singapura (0,21%), ringgit (0,77%) dan yen (0,09%).
“Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp15.630 – Rp15.700 per dolar AS,” jelas Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam risetnya.
Dari faktor eksternal, nilai tukar rupiah diperkirakan masih akan mengalami tekanan akibat dari hasil pemilihan umum paruh waktu Amerika Serikat (AS).
Namun, dari faktor internal, nilai tukar rupiah diprediksi masih akan menguat karena ditopang oleh sentiment domestik.
Terlebih lagi, BPS telah mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga 2022 yang mencapai 5,72 persen yoy.
Pada akhir perdagangan Rabu (9/11/2022) rupiah ditutup menguat 0,26 persen atau 40,5 poin ke Rp 15,657 per dolar AS.
Sementara itu, indeks dolar Amerika Serikat melemah 0,12 persen ke 109,50.
Seluruh mata uang di Asia juga terpantau menguat terhadap dolar AS dengan won Korea Selatan memimpin naik 1,47 persen.
Sedangkan ringgit Malaysia menguat 1 persen, rupee India menguat 0,81 persen, dan baht Thailand menguat 0,77 persen.
Ibrahim menjelaskan, indeks dolar turun lebih dari 1 persen dalam sepekan di tengah meningkatnya ketidakpastian atas hasil pemilihan paruh waktu AS.
“Kebuntuan politik kemungkinan akan memastikan tidak ada perubahan besar pada kebijakan fiscal di tahun – tahun mendatang, yang dapat menguntungkan greenback,” katanya, melansir dari berbagai sumber, Kamis (10/11/2022).
Muncul ekspektasi kenaikan suku bunga yang lebih kecil oleh Federal Reserve.
Pelaku pasar sekarang memperkirakan kemungkinan hampir 60 persen bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada Desember.
Setelah beberapa pejabat The Fed mengatakan mereka mendukung langkah tersebut.
Namun, mengingat bank sentral juga mengisyaratkan suku bunga kemungkinan akan mencapai puncaknya pada tingkat yang lebih tinggi dari yang diharapkan, prospek mata uang Asia tetap tidak pasti.
Data inflasi CPI AS yang akan dirilis pada Kamis diperkirakan akan menjelaskan lebih lanjut tentang langkah Fed selanjutnya, karena berjuang untuk mengendalikan kenaikan inflasi.
“Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp15.630 – Rp15.700 per dolar AS,” jelas Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam risetnya.
Dari faktor eksternal, nilai tukar rupiah diperkirakan masih akan mengalami tekanan akibat dari hasil pemilihan umum paruh waktu Amerika Serikat (AS).
Namun, dari faktor internal, nilai tukar rupiah diprediksi masih akan menguat karena ditopang oleh sentiment domestik.
Terlebih lagi, BPS telah mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga 2022 yang mencapai 5,72 persen yoy.
Pada akhir perdagangan Rabu (9/11/2022) rupiah ditutup menguat 0,26 persen atau 40,5 poin ke Rp 15,657 per dolar AS.
Sementara itu, indeks dolar Amerika Serikat melemah 0,12 persen ke 109,50.
Seluruh mata uang di Asia juga terpantau menguat terhadap dolar AS dengan won Korea Selatan memimpin naik 1,47 persen.
Sedangkan ringgit Malaysia menguat 1 persen, rupee India menguat 0,81 persen, dan baht Thailand menguat 0,77 persen.
Ibrahim menjelaskan, indeks dolar turun lebih dari 1 persen dalam sepekan di tengah meningkatnya ketidakpastian atas hasil pemilihan paruh waktu AS.
“Kebuntuan politik kemungkinan akan memastikan tidak ada perubahan besar pada kebijakan fiscal di tahun – tahun mendatang, yang dapat menguntungkan greenback,” katanya, melansir dari berbagai sumber, Kamis (10/11/2022).
Muncul ekspektasi kenaikan suku bunga yang lebih kecil oleh Federal Reserve.
Pelaku pasar sekarang memperkirakan kemungkinan hampir 60 persen bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada Desember.
Setelah beberapa pejabat The Fed mengatakan mereka mendukung langkah tersebut.
Namun, mengingat bank sentral juga mengisyaratkan suku bunga kemungkinan akan mencapai puncaknya pada tingkat yang lebih tinggi dari yang diharapkan, prospek mata uang Asia tetap tidak pasti.
Data inflasi CPI AS yang akan dirilis pada Kamis diperkirakan akan menjelaskan lebih lanjut tentang langkah Fed selanjutnya, karena berjuang untuk mengendalikan kenaikan inflasi.
(*/Editor: Abdul Hadi)