Pabrik Swasta Rusak,PTPN “Korbankan” Ini Untuk Tampung TBS Masyarakat
Rusaknya satu pabrik kelapa sawit swasta di Banten menyebabkan antrian panjang pada PKS Kertajaya milik PTPN di Pandeglang.
Tidak hanya itu, antrian truk TBS masyarakat juga mengular di Pabrik PTPN lainnya yang ada di Jawa Barat, yakni di PKS Cikasungka.
Oleh karenanya, manajemen PTPN IV PalmCo yang saat ini menjadi pengelola PKS tersebut berkorban mengambil langkah heroik guna membantu terserapnya tandan buah segar sawit masyarakat di daerah Banten dan Jawa Barat sekitarnya.
“Sudah sekitar satu minggu pabrik swasta disini rusak. Sedangkan di Banten dan Jawa Barat sekitarnya itu PKS cuma ada tiga. PKS Kertajaya dan Cikasungka milik PTPN, dan satunya lagi pabrik swasta punya,” sebut Manajer Kebun PKS Kertajaya Ukhri Hatmoko, Ahad (27/10).
Untuk itu Ukhri menyebutkan telah ada kesepakatan dengan petani yang difasilitasi Apkasindo setempat dalam hal penerimaan dan peningkatan pasokan TBS.
“Sebelumnya kita sudah bersepakat untuk menaikkan volume penerimaan TBS petani, baik plasma maupun swadaya. Baik yang selama ini memasok ke kita atau hanya memasok ke Pabrik swasta saja. Kita sudah tingkatkan dari 250 ton menjadi 300 ton sehari” tambahnya.
Diakui Ukhri, walau sudah meningkatkan kapasitas penerimaan TBS masyarakat, namun dengan kapasitas PKS Kertajaya dan Cikasungka yang saat ini 1500 Ton perhari, permasalahan belum selesai.
“Walau sudah ditambah, antrian masih sangat panjang. Sampai 150 truk lebih. Dan atas antrian tersebut pun, kami bantu petani dengan perusahaan membantu membayarkan retribusi yang diminta oleh pemerintah desa setempat,” tukasnya.
Sementara itu, menyikapi hal tersebut Direktur Operasional PTPN IV PalmCo Rizal H Damanik menegaskan pihak Perusahaan akan berupaya maksimal membantu permasalahan penerimaan TBS masyarakat yang terganggu akibat rusaknya pabrik swasta yang selama ini juga menampung sawit petani di Banten, utamanya di kawasan Pandeglang.
Dari sisi kapasitas olah, PKS Kertajaya dan Cikasungka milik PTPN berturut-turut adalah 60 ton TBS/jam dan 30 ton TBS/jam. Kertajaya berlokasi di Pandeglang Banten dan Cikasungka beroperasi di Bogor Jawa Barat. Adapun satu Pabrik swasta lain hanya berkapasitas 30 ton TBS/jam dan beberapa kali mengalami kendala.
“Sebenarnya dua pabrik yang ada di Pandeglang sudah mampu menampung produksi TBS petani yang ada di Banten,” sebut Rizal.
Namun permasalahan kerap kali terjadi saat PKS swasta mengalami kerusakan. Oleh sebab itu menurut Rizal hal pertama yang dilakukan adalah memastikan Pabrik Kertajaya selalu dalam kondisi optimal.
“Pertama kita harus jaga terus Pabrik agar beroperasi. Kedua, karena kapasitas mentok, dimana saat ini saja stok sudah 3.200 ton TBS di kedua pabrik kami, belum lagi volume dari ratusan truk petani yang mengantri, maka demi petani dan kondusifitas pabrik dan wilayah, kita akan upayakan semaksimal mungkin. Termasuk dengan mengirimkan TBS kebun inti keluar Banten,” ungkapnya.
Pengiriman TBS keluar Propinsi Banten bahkan dapat disebut “pengorbanan” oleh Perusahaan negara yang saat ini menjadi pengelola perkebunan sawit terluas di dunia itu.
Sebab tidak hanya membutuhkan usaha lebih, dimana pengiriman sawit ke PKS terdekat mengharuskan PTPN menyeberangkan TBS produksi Kebun Kertajaya melewati selat sunda menuju PKS terdekat yang ada di Lampung, pengiriman TBS tersebut tentu juga membutuhkan biaya yang nominalnya tidak kecil.
“Untuk satu hari pengiriman TBS ke PKS Bekri di Lampung, cost transportasi dan beban lainnya sangat signifikan. Bisa menyentuh lebih dari Rp 150 juta perhari!” beber Rizal.
Untuk itu menurutnya Perusahaan sejak Ahad (27/10) telah mengirimkan TBS Kebun Kertajaya ke Lampung dan akan mengatur pola pengiriman sedemikian rupa untuk menekan besarnya koreksi biaya yang ditimbulkan.
Lebih jauh Rizal mengaku dalam dua pekan kedepan Perusahaan juga akan mencoba peningkatan kapasitas dua PKS PTPN di Banten dan Jawa Barat menuju 1800 ton perhari. Ini juga menjadi solusi jangka pendek jika Pabrik swasta sekitar bolak balik mengalami kendala.
“Kita tingkatkan kapasitas dengan perbaikan utilitas. Mudah-mudahan dalam dua pekan kedepan bisa naik ke 1800 ton perhari,” harapnya.
Aden Hasanudin / Editor: Abdul Hadi