Edukasi

Pentas Seni SMAN 3 Kab Tangerang Sisakan Hutang Rp62 Juta

Pentas Seni atau Pensi mewah yang digelar Siswa SMAN 3 Curug, Kabupaten Tangerang dengan menghadirkan 4 grup band dari musisi ternama di tanah air, Desember 2023, ternyata menyisakan hutang lebih Rp62 juta yang hingga kini tak jelas pertanggung jawabannya.

Pihak Sekolah menyatakan tak tahu menahu atas hutang yang tersisa itu dengan dalih, bahwa acara tersebut berada di luar area dan otoritas sekolah.

Sebab pentas seni diinisiasi dan dilaksanakan oleh para siswa yang kepanitiaannya terdiri dari siswa kelas X, XI dan Panitia inti kelas akhir atau XII.

Padahal, acara yang telah digelar di Mall Ciputra, Citra Raya, Kabupaten Tangerang dengan menghadirkan musisi dari Grup Band Payung Teduh, Daun Jatuh, Vieratale dan The Changcuters, surat izin keramaiannya ke Polsek Panongan ditandatangani oleh Kepala Sekolah (Kepsek).

Di samping memakai kop surat berlogo sekolah, Lewiyanti Sekrenitiyanah, Kepsek SMAN 03 Kabupaten Tangerang juga memberikan sambutan dan membuka secara simbolis dengan memotong nasi tumpeng, sebagai tanda meresmikan gelaran Pensi yang bertepatan dengan hari ulang tahun ke-40 sekolah tersebut.

Dalam penggalan video berdurasi singkat acara tersebut, nampak Lewiyanti yang saat itu berada di atas panggung utama Pensi dengan mengenakan stelan celana jeans biru, berkaos lengan panjang dan hijab kuning dan rompi berwarna cream.

Tumpeng Ulang tahun SMAN 3 ke-40, saya potong,” ungkap Lewiyanti di atas panggung pentas seni yang mewah dalam video itu, disambut sorai ratusan hinga ribuan penonton yang terpantau padat.

Penyebab Utang

Buyung, vendor jasa Event Organizer mengaku telah merugi sebesar Rp62 juta. Kerugian itu timbul untuk menyewa sound sistem dan seperangkat alat musik dari vendor yang disewa penyelenggara atas jaminan dirinya.

Akibatnya, Buyung mengaku harus menyerahkan sepeda motornya kepada vendor alat yang juga masih rekan bisnisnya. Hal itu dilakukannya sebagai jaminan ittikad baik untuk membereskan utang yang masih tersisa.

“Saya sih berharapnya, pihak panitia termasuk para orang tua (siswa)nya dan sekolah mau sama-sama cari solusi dan enggak melepas tanggungjawab begini. Kan semuanya, terlibat koq dan sepakat waktu itu demi satu tujuan supaya acara (Pensi) nya bisa jalan,” ujar Buyung, Rabu (3/4/2024).

Dikonfirmasi soal status dan mengapa terlibat dalam Pensi ini, Buyung mengaku, awalnya ia bertindak sebagai pembimbing untuk mengkonsep penyelenggaraan Pensi ini karena diminta bantuan oleh salah satu panitia inti saat pertengahan Juni 2023.

Buyung pun akhirnya setuju turut membantu dengan segenap kompetensi dan pengalaman yang dimilikinya untuk membantu panitia dalam membuat konsep termasuk merumuskan sumber pemasukan baik dari pihak sponsor dan tiket masuk acara tersebut. Hingga akhirnya Pensi terselenggara, namun berujung suram bagi Buyung.

Dia mengaku, memang belum pernah terlibat rapat dengan pihak sekolah. Akan tetapi, beberapa kali Buyung sempat terlibat rapat terbatas maupun umum dengan sejumlah wali murid dari Panitia inti, agar Pensi sukses diselenggarakan.

“Bahkan orang tua dari ketua panitia, itu sempat berani menjamin dengan membuktikan di rekeningnya ada saldo miliaran rupiah, kalau kekurangan biaya. Dia bilang, yang penting acaranya berhasil,” ujarnya.

Hingga akhirnya, Buyung pun rela menjaminkan namanya untuk menyewa seperangkat alat musik manggung artis yang akhirnya kini Dia menombok dan terhimpit hutang.

“Rp 62 juta baru piutang real dan jasa saya mengkonsep itu belum dihitung. Biasanya kalo terlibat mengkonsep begini, saya diberikan jasa sebesar Rp10-20 juta Bang. Mudah-mudahan pihak sekolah mau ber ittikad baik, Karena kan memang gak mungkin gak mengetahui,” terangnya.

Jawaban Sekolah

Humas SMAN 03 Curug, Nur Komarudin membenarkan bahwa Pensi spektakuler itu akhirnya menyisakan hutang yang menyeret pihak sekolah. Namun dia berkilah, bahwa pihak sekolah tak tahu-menahu dan terlibat banyak ihwal kegiatan tersebut.

Dia mengatakan pihak sekolah tak terlibat sejak awal pembentukan panitia. Acara Pensi itu atas inisiatif para siswa sendiri. Dia hanya mengaku sempat diperintah atasannya sebagai pendamping para siswa untuk mengajukan izin ke pihak keamanan.

Saat itu dia dan panitia pun akan berkoordinasi untuk urusan tersebut. Namun dalam perjalannya, proses itu dijalankan para siswa tanpa melibatkannya.

“Ketika ada masalah, mereka (siswa/panitia – red) baru ngomong. Kalau ditanya, bagaimana kegiatan (Pensi). Mereka jawabnya, tenang-tenang-tenang. Namun ujung-ujungnya kan seperti itu (menyisakan masalah),” ujar Nur.

Sebagai pendidik, Nur mengaku menyayangkan atas kelakuan peserta didiknya yang berujung peristiwa hutang ini. Dia juga mengakui, pihak sekolah dan wali murid panitia Pensi belum pernah mengelar rapat untuk menyelesaikan persoalan utang tersebut.

“Ya itulah anak-anak (siswa) itu, di saat ada kegiatan di luar sekolah. Mereka tidak mau mendengarkan apa kata guru. Jadi (para siswa jalan sendiri yang seolah mereka, bisa sendiri memenej acara tersebut,” ujarnya. (Iqbal Kurnia)

Editor Iman NR

Iqbal Kurnia

Back to top button