Internasional

Perang Gaza: 1,5 Juta Orang Mengungsi ke Rafah, MSF Khawatirkan Korban

Dampak perang Gaza telah mendorong sekitar 1,5 juta orang mengungsi ke Rafah, di sudut selatan Jalur Gaza. Dalam empat bulan terakhir, penduduk Rafah terpaksa mengungsi berulang kali dengan hanya membawa sedikit harta benda yang tersisa.

Tenda-tenda plastik kini berdiri di setiap tempat yang tersedia, mengisi jalan-jalan dan lapangan terbuka di dalam maupun sekitar kota Rafah.

Kapasitas sudah mencapai puncaknya. Jalanan yang padat membuat mobil hampir tidak bisa bergerak, sementara berjalan kaki pun menjadi sulit.

Orang-orang yang berlindung di daerah tersebut kekurangan kebutuhan dasar seperti air, makanan, dan tempat perlindungan. Sementara mereka terus-menerus dikejutkan oleh perintah evakuasi dan pemindahan paksa yang dikeluarkan oleh militer Israel.

Dalam beberapa minggu terakhir, serangan di Rafah semakin meningkat, memaksa penduduk kembali mengungsi ke arah utara menuju Wilayah Tengah Jalur Gaza.

Serangkaian perintah evakuasi dan serangan terhadap Rumah Sakit Nasser, di kota selatan Khan Younis, telah memaksa pasien yang tengah dirawat untuk meninggalkan fasilitas tersebut.

Keselamatan semakin sulit ditemukan akibat perang Gaza. Orang-orang tidak lagi memiliki tempat untuk mencari perlindungan.

Di Rumah Sakit Lapangan Indonesia Rafah, tim MSF (Médecins Sans Frontières) merawat orang-orang yang menderita cedera trauma dan luka bakar akibat perang yang membutuhkan perawatan yang berkelanjutan dan berkesinambungan.

“Sebagian besar pasien dengan cedera perlu mengganti balutan minimal dua kali seminggu, serta antibiotik, obat pereda nyeri, dan perawatan medis yang terus-menerus,” kata koordinator medis MSF, Guillemette Thomas dalam rilis MSF yang diterima MediaBanten.Com, Rabu (21/2/2024)/

“Bagi pasien dengan cedera yang parah, fisioterapi juga diperlukan untuk mencegah kehilangan fungsi pada bagian tubuh yang terluka.”

Banyak pasien MSF tinggal di tenda atau bangunan umum yang diubah menjadi tempat penampungan, di mana kondisi lingkungan yang buruk membuat sulit untuk menjaga kebersihan luka terbuka, sehingga meningkatkan risiko infeksi.

Risiko infeksi yang tinggi menjadi salah satu tantangan utama bagi pasien yang terluka di Rafah. Tanpa perawatan medis yang tepat, infeksi bisa menyebar ke seluruh tubuh, bahkan ke tulang, menyebabkan rasa sakit yang hebat dan bisa berujung pada kematian jika tidak ditangani dengan baik.

Sejak pertengahan Desember 2023, tim MSF di RS Lapangan Rafah Indonesia telah memberikan dukungan dalam bidang pasca operasi, rawat inap, dan rawat jalan. Mereka menyediakan pembalut luka, sesi fisioterapi, dan melakukan prosedur bedah kecil.

Hingga saat ini, mereka telah memberikan lebih dari 5.800 konsultasi dan menerima lebih dari 200 pasien untuk perawatan. Di unit rawat jalan, sekitar 60 persen pasien yang diperiksa oleh tim MSF menderita cedera trauma.

Sedangkan 40 persen sisanya mengalami luka bakar akibat perang. Lebih dari 40 persen pasien rawat jalan adalah anak-anak.

Respons medis di Gaza hanya merupakan sebagian kecil dari kebutuhan masyarakat akan perawatan medis, mengingat pejabat kesehatan setempat melaporkan bahwa hampir 70.000 warga Palestina telah terluka sejak Oktober 2023.

Sepekan terakhir, pihak berwenang Israel telah mengumumkan niat mereka untuk mengevakuasi penduduk Rafah dan melancarkan serangan darat di wilayah tersebut.

Intensitas serangan semakin meningkat, dan penduduk yang berlindung di ujung selatan Gaza hidup dalam ketakutan akan keselamatan mereka.

Bagi pasien yang membutuhkan perawatan lanjutan akibat luka trauma atau luka bakar, pemindahan paksa dapat mengakibatkan komplikasi kesehatan yang parah, bahkan berujung pada kematian.

Sejak dimulainya perang, tim medis MSF dan pasien mereka terpaksa mengungsi dari sembilan fasilitas kesehatan yang berbeda di Gaza, setelah mengalami serangan dari tank, artileri, jet tempur, penembak jitu, dan pasukan darat, atau setelah menerima perintah evakuasi.

Staf medis dan pasien telah menjadi korban penangkapan, penyalahgunaan, dan bahkan pembunuhan.

Tim MSF sangat mengkhawatirkan eskalasi kekerasan di Rafah dan rencana evakuasi di wilayah tersebut, di mana jutaan orang telah mengungsi, termasuk mereka yang terluka, sakit, lanjut usia, dan memiliki mobilitas terbatas.

Tim MSF terus memberikan perawatan medis di Rafah di empat rumah sakit, satu klinik, dan dua pos kesehatan, serta di satu rumah sakit di wilayah Tengah. Namun, tanpa penghentian serangan dan evakuasi paksa, bantuan kemanusiaan akan sulit dilaksanakan.

“Kami kembali mendesak untuk gencatan senjata yang segera dan berkelanjutan sebagai satu-satunya cara untuk mengakhiri bencana kemanusiaan yang sedang terjadi di Gaza. (Cici Riesmasari – LO MSF Indonesia)

Editor Iman NR

Iman NR

SELENGKAPNYA
Back to top button