Ekonomi

Produksi Palawija di Lebak Januari – Mei 2023 Tembus 13.937 Ton

Produksi palawija di Kabupaten Lebak, Banten sejak kurun waktu Januari-Mei 2023 menembus 13.973 ton dari lahan panen seluas 1.332 hektar.

“Diperkirakan hasil produksi palawija itu dipastikan bisa menyumbangkan kedaulatan pangan lokal dan peningkatan ekonomi masyarakat setempat,” kata Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Deni Iskandar, di Lebak, Jumat (30/6/2023).

Produksi palawija di Kabupaten Lebak hingga kini masih menjadi andalan ketahanan pangan dan peningkatan ekonomi masyarakat.

Pemerintah daerah mendorong agar petani terus meningkatkan produktivitas, sehingga dapat memenuhi permintaan pasar.

Saat ini, kata dia, permintaan hasil tanaman palawija di pasaran cenderung meningkat dan mampu menyejahterakan masyarakat setempat.

“Kami mengapresiasi komoditas singkong dan jagung bisa memenuhi permintaan pasar,” kata Deni.

Menurut dia, produksi palawija di Kabupaten Lebak dari Januari-Mei 2023 sebanyak 13.973 ton terdiri dari komoditas jagung 2.739 ton, kedelai 102 ton, kacang tanah 125 ton, kacang hijau 5 ton, singkong 9.877 ton, dan ubi jalar 1.126 ton.

Diperkirakan perguliran uang dari produksi palawija itu hingga ratusan juta rupiah dan sebagian besar dipasok ke Pasar Rangkasbitung, Tangerang, dan Jakarta.

Karena itu, pihaknya setiap tahun menyalurkan bantuan benih tanaman palawija kepada petani, agar bisa memenuhi permintaan pasar.

Namun, kendala yang dihadapi petani tersebut untuk menargetkan produksi palawija 550.000 ton/tahun akibat minimnya lahan kepemilikan.

Sebab, lahan-lahan yang ada di masyarakat sudah milik perusahaan swasta maupun badan usaha milik negara (BUMN).

“Kami produksi tanaman palawija rata-rata 37.047 ton/tahun dan perlu dilakukan peningkatan produksi dengan memperluas angka tanam juga bantuan benih,” katanya menjelaskan.

Sementara itu, Edi Junaedi (55), seorang petani di Kecamatan Maja, Kabupaten Lebak mengatakan pihaknya kini memanen singkong seluas dua hektare dengan produksi 40 ton dan dijual ke tengkulak Rp3.000/kilogram.

Jadi, jika diakumulasikan produksi 40 ton dengan harga Rp3.000/kilogram, maka bisa menghasilkan pendapatan Rp120 juta selama 10 bulan/musim panen.

“Kami beruntung menggarap tanaman singkong dengan memanfaatkan lahan milik pengembang yang belum digunakan untuk kawasan perumahan,” katanya lagi. (Mansyur Suryana – LKBN Antara)

Editor Iman NR

*) Berita ini merupakan kerjasama diseminasi LKBN Antara dengan MediaBanten.Com.

Iman NR

Back to top button