Riwayat Bing Slamet Jadi Rujukan Komeng Wujudkan Hari Komedi Nasional
Komeng alias Alfiansyah Bustami dengan ciri khas teriakan “Uhuy” menjanjikan akan mewujudkan Hari Komedi Nasional setelah meraih lebih 1,4 juta suara sebagai calon anggota DPD RI Dapil Jawa Barat. Komeng merujuk pada hari kelahiran Bing Slamet, legenda pelawak Indonesia.
Bagi generasi milenial, generasi Z (Gen Z) dan paska Gen Z boleh jadi jarang yang mengenal siapa Bing Slamet. Tetapi bagi generasi pra generasi, Baby Boomer dan Generasi X, maka sosok Bing Slamet adalah legenda pelawak Indonesia.
Tetapi bagi Komeng, meski tidak mengalaminya, Bing Slamet adalah idiola, legenda artis. Komeng berniat untuk melestarikan kiprah Bing Slamet. Sebab bagi Komeng, sang legenda itu memiliki multi talenda, melawak, pemain film, bernyani hingga menciptakan lagu.
Begini riwayat sang legendaris Bing Slamet seperti yang dilansir id.wikipedia.
Bing Slamet terlahir dengan nama Ahmad Syech Albar pada 27 September 1927 dan meninggal 17 Desember 1927. Dia lahir di Kaujon, Kota Serang, Provinsi Banten.
Kejayaannya sebagai pelawak saat bersama Kwartet Jaya yang terdiri dari Bing Slamet, Ateng, Iskak dan Edy Sud.
Sebelum membentuk Kwartet Jaya, Bing Slamet juga pernah bergaung dengan gruk musik Eka Sapta, Yamin Wijaya, Ireng Maulana, Itje Kumaunang, Benny Mustapha dan Idris Sardi.
Selain berkiprah di dunia lawak, Bing Slamet juga bermain peran tokoh antagonis dalam dua film Tiga Buronan (1957) dan Bing Slamet Setan Djalanan (1972) serta banyak film-film komedi pada era tahun 1960-an dan 1970-an.
Saat Bing Slamet meninggal dunia tahun 1974, Titiek Puspa menciptakan lagu Bing.
Awal Karier
Ayahnya seorang mantri pasar bernama Rintrik Achmad. Bing Slamet seolah dilahirkan sebagai penghibur yang bertugas menghibur siapa saja.
Bahagia dan gelak tawa kelak merupakan jasa yang ditampilkan Bing dalam kesempatan apa saja termasuk menghibur para pejuang dengan berkeliling Indonesia antara kurun waktu 1942-1945.
Di balik corong mikrophone radio, Bing bahkan tampil sebagai agitator yang menyemangati pejuang menghalau kaum penjajah.
Sejak tahun 1939, dalam usia 12 tahun, Bing Slamet telah ikut mendukung Orkes Terang Bulan yang dipimpin Husin Kasimun. Bakat seninya yang luarbiasa mulai terlihat di sini.
Setahun menjelang proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Bing ikut bergabung dengan kelompok teater Pantja Warna.
Walau sempat mengenyam bangku HIS Pasundan, HIS Tirtayasa, Sjugakko, dan STM Pertambangan. Pilihan Bing bulat: mengabdi untuk seni.
Bing Slamet bergabung pada Divisi I Brawijaya sebagai Barisan Penghibur. Di sini, kemampuannya bermusik dan melawak mulai terasah. Seolah tanpa pamrih, Bing lalu bersedia ditempatkan di kota mana saja.
Bing masuk Radio Republik Indonesia (RRI) ditempatkan di Yogyakarta dan Malang, juga bergabung di Radio Perjuangan Jawa Barat.
Pada tahun 1949, Bing Slamet menghiasi soundtrack film Menanti Kasih yang dibesut Mohammad Said dengan bintang A. Hamid Arief dan Nila Djuwita.
Kariernya di bidang tarik suara terlecut ketika memasuki dunia radio. Di RRI, Bing Slamet menyerap ilmu dan pengalaman dari pemusik Iskandar dan pemusik keroncong tenar, M Sagi, Sjaifoel Bachrie, Soetedjo dan Ismail Marzuki.
Dan, yang banyak memengaruhinya adalah penyanyi Sam Saimun yang dikenalnya sejak bertugas di Yogyakarta pada tahun 1944. Sam Saimun adalah tokoh penyanyi panutannya.
Film dan Rekaman
Pada tahun 1950, Bing mulai menjejakkan kaki di dunia sinema sebagai aktor meningkat seiring banyaknya tawaran bermain kepadanya.
Tahun 1950 sampai 1952, Bing Slamet aktif pada Dinas Angkatan Laut Surabaya dan Jakarta. Pada tahun 1952 saat Bing ditempatkan lagi di Jakarta, dia bergabung di RRI Jakarta dan mulai aktif mengisi acara bersama Adi Karso. Bakat dan kemapuan musiknya mulai memuncak saat bergabung di RRI hingga tahun 1962.
Pada tahun 1955, dia menoreh prestasi menjadi juara Bintang Radio untuk jenis Hiburan. Piringan Hitam Bing mulai dirilis pada label Gembira Record dan Irama Record. Ia terampil menyanyikan langgam keroncong hingga pop dan jazz.
Selain menyanyi, Bing pun memainkan gitar sekaligus menulis lagu. Salah satu tembang pertama yang ditulisnya bersama gitaris jazz, Dick Abell, adalah ‘Cemas’ .
Lalu, bermunculanlah lagu-lagu karya Bing Slamet lainnya, semisal ‘Hanya Semalam’, ‘Risau’, ‘Padamu’, ‘Murai Kasih’, hingga ‘Belaian Sayang’.
Bing Slamet bisa menyanyikan dengan fasih lagu berbahasa Minang ‘Sansaro’, dengan luwes Bing menyanyikan lagu ‘Selayang Pandang’ dari ranah Melayu. Bing adalah penyanyi serba bisa yang memiliki fleksibiltas tak tertandingi.
Rekaman rekaman single Bing Slamet pada era 50-an diiringi oleh Orkes Keroncong M Sagi dan Irama Quartet yang didukung Nick Mamahit (piano), Dick Abell (gitar), Max Van Dalm (drum), dan Van Der Capellen (bas).
Bing Slamet pun membangun sebuah kelompok musik yang diberi nama Mambetarumpajo, merupakan akronim dari Mambo, Beguine, Tango, Rhumba, Passo Double, dan Joged, yang saat itu adalah jenis musik untuk mengiringi dansa.
Bing Slamet bermain film dimulai melalui peran antagonisnya dalam Tiga Buronan (1957). Tak disangka, berkat Bing Slamet peran antagonis dalam film tersebut, berhasil menarik perhatian banyak kalangan dan pamornya semakin tajam.
Di film berating tinggi yang kemudian dibuat sekuelnya itu, Bing beradu akting dengan orang dewasa kala itu Bambang Irawan.
Pasca vakum karena kesibukan pada tahun 1972 Bing kembali melalui peran antagonisnya Bing Slamet Setan Djalanan (1972) yang disutradarai Hasmanan.
Pada tahun 1963, pria ini membentuk sebuah grup musik yang diberi nama Eka Sapta dengan pendukungnya, antara lain Bing Slamet (gitar, perkusi, vokal), Idris Sardi (bass,biola), Lodewijk Ireng Maulana (gitar, vokal), Benny Mustapha van Diest (drum), Itje Kumaunang (gitar), Darmono (vibraphone), dan Muljono (piano).
Eka Sapta menjadi fokus perhatian, karena keterampilannya memainkan musik yang tengah tren pada zamannya.
Eka Sapta merilis sejumlah album pada label Bali Record, Canary Record, dan Metropolitan Records, yang kelak berubah menjadi Musica Studio’s.
Eka Sapta adalah kelompok musik pop yang terdepan di negeri ini pada era 60-an hingga awal 70-an.
Bing Slamet hebatnya mampu membagi konsentrasi antara bermain musik, menyanyi, bikin lagu, melawak, dan main film layar lebar. Setidaknya ada 20 film layar lebar yang dibintanginya, mulai dari era film hitam putih hingga berwarna.
Bing pun tercatat beberapa kali membentuk grup lawak antara era 50-an hingga 70-an di antaranya Trio Los Gilos, Trio SAE, EBI, dan yang paling lama bertahan adalah Kwartet Jaya bersama Ateng, Iskak, dan Eddy Soed. (Rosyadi)
Editor Iman NR