Opini

Telur Membawa Risiko, Pentingnya Analisis Mikrobiologi dalam Makanan

Pangan merupakan kebutuhan makanan yang harus dipenuhi setiap hari. Namun, pangan yang sehat tidak hanya sekadar memiliki nilai nutrisi yang tinggi, melainkan juga harus aman dari cemaran biologis.

Kualitas dan keamanan bahan tersebut sangat penting. Suatu bahan pangan menjadi tidak akan dikonsumsi apabila telah tercermar.

Oleh : Aisha Ratna Rahmania – Program Studi Teknologi Pangan, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa*)

Hal tersebut seringkali dikonsumsi namun secara tidak langsung menyebabkan penyakit disebut sebagai foodborne illness.

Kontaminasi makanan dapat terjadi setiap tahap pengolahan makanan yang dapat berdampak buruk pada kesehatan.

Penyakit akibat makanan umumnya disebabkan oleh mikroorganisme patogen yang dapat mengkontaminasi bahan makanan tertentu.

Beberapa jenis bahan pangan menjadi sumber kontaminasi silang karena dapat menjadi sumber nutrisi yang baik bagi pertumbuhan mikroba (Lestari et al., 2022).

Adanya bakteri patogen pangan pada produk pangan dapat membahayakan kesehatan, sementara adanya bakteri patogen pada bahan baku atau produk antara dapat menyebabkan kontaminasi silang dalam rantai pangan (Kurniawati et al., 2023).

Kontaminasi makanan dapat terjadi pada setiap tahap rantai produksi dan pengolahan pangan, dari bahan mentah hingga makanan siap saji.

Telur ayam sebagai salah satu sumber protein hewani yang populer dan banyak dikonsumsi, sangat rentan terhadap kontaminasi mikroba karena sifatnya yang mudah rusak dan sering diolah dalam keadaan setengah matang.

Beberapa patogen termasuk E. coli, dapat mengkontaminasi cangkang atau isi telur melalui kontak dengan kotoran atau lingkungan yang tidak bersih selama proses distribusi dan penyimpanan.

Sayangnya, kesadaran masyarakat mengenai pentingnya analisis mikrobiologi dalam makanan masih rendah.

Padahal hal ini sangat penting untuk mencegah risiko kesehatan, terutama pada anak-anak dan lansia yang memiliki daya tahan tubuh lebih rentan.

Kurangnya kesadaran ini bisa menimbulkan dampak yang fatal, seperti yang baru-baru ini terjadi kasus keracunan makanan di Lombok Tengah pada Mei 2025 menjadi peringatan keras bagi kita semua.

Lima siswa mengalami keracunan setelah mengonsumsi menu dari program Makan Bergizi Gratis (MBG). Hasil uji laboratorium menunjukkan telur yang disajikan terkontaminasi bakteri E. coli.

Hal itu membuktikan bahwa makanan bergizi pun dapat membahayakan jika tidak diolah secara higienis.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, rata-rata konsumsi telur ayam ras per kapita Seminggu di Kota Serang  mencapai 2,299 kg per tahun dan terus meningkat seiring pertumbuhan program pangan bergizi nasional.

Namun, peningkatan tersebut tidak akan berdampak positif bila keamanan pangan tidak dijaga dengan ketat.

Salah satu upaya untuk mengendalikan bakteri patogen pada produk pangan yaitu dengan menerapkan prinsip-prinsip sanitasi dan higiene selama proses pengolahan.

Kebersihan pada saat dilakukan penanganan atau pengolahan harus diperhatikan, seperti mencuci bahan makanan, memasak hingga matang, serta menjaga kebersihan alat masak dan dapur dapat mencegah risiko keracunan.

Selain itu, pengujian mikrobiologi secara berkala terhadap bahan pangan, khususnya yang berisiko tinggi seperti telur, daging, dan produk olahan susu, merupakan langkah penting yang seringkali diabaikan.

Oleh karena itu, penting bagi semua pihak untuk lebih memperhatikan dalam menerapkan standar kebersihan dan pengujian mikrobiologis pada bahan pangan.

Analisis sederhana terhadap kandungan bakteri seperti E. coli dapat mencegah keracunan dan menyelamatkan banyak nyawa. Makanan sehat bukan hanya bergizi tetapi juga bebas dari bakteri berbahaya.

Editor: Abdul Hadi

Abdul Hadi

Back to top button