Internasional

Warga Barat Laut Suriah Hidup Ketakutan dalam Perang dan Paska Gempa Bumi

Krisis ekonomi, perang yang masih berkecamuk selama satu dekade dan gempa bumi dahyat menjadi penderitaan luar biasa warga Barat Laut Suriah. Ketakutan adalah bagian dari kehidupan mereka.

“Kami tinggal di tenda – anak-anak takut dengan rumah dan bangunan. Kami sangat lelah,” kata Hind, ibu lima anak berusia 36 tahun di Afrin, Provinsi Idlib, Suriah barat laut.

Masyarakat di barat laut Suriah merupakan wilayah yang bergulat dengan dampak krisis ekonomi dan perang , ditambah dengan gempa bumi dahsyat yang melanda Suriah barat laut dan Türkiye selatan pada tanggal 6 Februari 2023.

“Gempa bumi menciptakan kemiskinan, tunawisma dan pengungsian serta penurunan kondisi kehidupan masyarakat, ambruknya sistem pendidikan serta kerusakan infrastruktur,” kata kepala misi Médecins sans Frontières (MSF) atau Dokter Lintas Batas, Thomas Balivet dalam siaran pers LO MSF Indonesia, Jumat (9/2/2024).

“Selain itu, ribuan anak kehilangan pengasuh atau menderita luka fisik dan amputasi. Semua faktor ini telah memperburuk situasi kesehatan mental ribuan orang di wilayah ini.”

Sebelum Februari 2023, banyak orang di barat laut Suriah telah mengungsi dari rumah mereka akibat perang. Setelah gempa terjadi, mereka mendapati diri mereka miskin – tanpa tempat berteduh, makanan, air bersih atau kebutuhan pokok lainnya.

Gempa pertama, berkekuatan 7,8 skala richter, meninggalkan dampak kehancuran yang mengingatkan kita pada kerusakan akibat perang yang telah melanda barat laut Suriah.

Omar Al-Omar, pengawas kesehatan mental MSF di Idlib mengenang jam-jam pertama setelah gempa.

“Yang paling menyakitkan bagi saya adalah mendengar suara orang-orang di bawah reruntuhan yang meminta pertolongan, sementara saya tidak mampu memberikan bantuan. Lalu saya pergi ke rumah sakit Salqin, yang dikelola bersama oleh MSF. Saya berdiri dan menangis,” katanya.

Gempa bumi tersebut merusak 55 fasilitas kesehatan sehingga tidak dapat berfungsi secara maksimal. Selain bantuan medis, masyarakat di seluruh wilayah juga membutuhkan toilet, kamar mandi, sistem pemanas, pakaian musim dingin, generator, selimut, perlengkapan kebersihan, dan produk pembersih.

MSF mengirimkan 40 truk berisi barang-barang medis dan non-medis ke daerah tersebut, termasuk bahan makanan dan tempat berlindung. Sementara itu, para ahli air dan sanitasi MSF membangun toilet dan kamar mandi untuk para penyintas gempa dan menyediakan air minum bersih bagi mereka.

Setahun kemudian, kerusakan fisik akibat gempa tidak terlalu terlihat dibandingkan sebelumnya, namun dampaknya terhadap kesehatan mental masyarakat sangat besar.

“Sejak gempa bumi, kasus gangguan stres pascatrauma dan masalah perilaku meningkat, terutama di kalangan anak-anak,” kata Omar, “selain serangan panik, berbagai jenis fobia, dan gejala psikosomatis.”

Kesehatan Mental

MSF telah memberikan layanan kesehatan mental kepada masyarakat di barat laut Suriah sejak tahun 2013. Setelah gempa bumi, MSF meluncurkan inisiatif kesehatan mental yang komprehensif sebagai bagian dari tanggap daruratnya.

Tim konselor kesehatan mental keliling dikerahkan untuk memberikan pertolongan pertama psikologis, serta konseling spesialis untuk pasien berisiko sedang dan tinggi, di 80 lokasi di seluruh wilayah.

Mereka juga mengadakan sesi untuk membantu orang menghadapi reaksi psikologis langsung dan emosi yang muncul kemudian. Tim MSF memberikan total 8.026 konsultasi kesehatan mental individu setelah gempa bumi.

MSF juga membentuk program ‘ruang aman’ di empat lokasi di provinsi utara Aleppo dan Idlib, bekerja sama dengan organisasi mitra, untuk menyediakan tempat di mana perempuan dan anak-anak dapat beristirahat sejenak dari kenyataan pahit di luar.

Kegiatan ini masih berjalan, dengan penambahan tiga lokasi tambahan di provinsi Idlib. Di dalam tenda khusus ini, perempuan dan anak-anak terlibat dalam permainan dan aktivitas, seperti menggambar, mengikuti sesi kelompok, atau sekadar duduk dan beristirahat.

Baik saat mereka sedang merenung dengan tenang atau mengobrol dengan penuh semangat, perempuan dan anak-anak di ruang ini menemukan tempat berlindung di mana mereka dapat sejenak melepaskan diri dari beban masalah mereka dan sekadar bernapas.

Sekitar 25.000 perempuan dan anak-anak telah menggunakan ruang aman. Tim MSF juga merujuk 1.900 perempuan dan anak-anak ke organisasi lain untuk menerima perawatan lanjutan atas masalah kesehatan fisik dan mental. Hind, yang sering mengunjungi salah satu ruang aman MSF, mengatakan:

Hidup di tengah puing-puing konflik dan gempa bumi, masyarakat di barat laut Suriah masih membutuhkan air bersih, makanan, tempat tinggal dan akses terhadap layanan kesehatan penting. “Investasi dalam meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat di barat laut Suriah sangatlah penting,” kata Balivet. (Cici Riesmasari – LO MSF Indonesia)

Editor Iman NR

Iman NR

SELENGKAPNYA
Back to top button