Sebagian warga di depan Wisata Kuliner, Kabupaten Pandeglang mengaku resah. Pasalnya, lokasi itu sering dijadikan pesta minuman keras (miras) setelah pukul 24.00 WIB dan berakhir dengan keributan antara kelompok pemuda.
“Kami selaku perwakilan dari warga setempat, sejak terjadinya kejadian keributan tersebut merasa tidak nyaman, karena hampir setiap malam aktivitas (mabuk) itu dilakukan, apalagi tengah malam diatas jam 12,” ungkap Ruli Permana, Ketua RW 03 Kampung Pasar Heubeui.
Ruli mengatakan, suara musik keras dalam mobil angkot yang sering terdengar oleh warga Pasarheubeul, kemungkinan para muda mudi dengan sengaja mangkal dan kendaraan pribadi kerap menggangu istirahat warga.
“Intinya, kami merasa tetanggu dan kami ingin ada ketegasan dari aparat kepolisian maupun Satpol PP untuk berjaga dan mẻnertibkan, misalnya diatas jam 12 malam, supaya hal ini tidak terjadi dan ada efek jeranya. Kami juga tidak tau harus bagaimana lagi,” tandas Ruli.
Sejumlah pedagang di lokasi tersebut mengatakan, saat ini para pengunjung di lokasi Wisata Kuliner menjadi berkurang dan merasa takut untuk datang karena tidak adanya kenyamanan di lokasi tersebut.
“Dampaknya kan kepada para pengunjung, yang tadinya mau mampir kesini, malah merasa takut dan akhirnya sepi,” kata salah satu pedagang yang tidak ingin disebutkan namanya.
Hal senada juga disampaikan pedagang di Wisata Kuliner Pandeglang yang lokasinya berada di Jalan Bank Banten itu, tiap malam merasa tidak nyaman dan têrganggu dèngan kerap terjadinya pêsta miras di lokasi tersebut.
“Iyah sih hampir tiap tèngah malam banyak anak muda pesta miras dan meninggalkan bekas botol miras ditemukan di sekitar Wisata Kuliner. Ini jelas mengganggu kami selaku pedagang,” ujar Maya salah satu pèdagang di Kuliner Pandeglang.
Hingga berita ini dimuat, belum diperoleh keterangan dari penegak hukum soal warga Pandeglang yang resah karena tempatnya dijadikan pesta miras dan keributan. (Reporter: M Hafidz / Editor: Iman NR)
Menjadi wartawan sejak tahun 1984 pada Harian Umum (HU) Kompas, kemudian mengundurkan diri pada Agustus 1999 dan menjadi wartawan harian sore Sinar Harapan pada tahun 2001 hingga tahun 2015, saat koran sore ini bangkrut.