Biden: Iran Jangan Balas Serangan Udara Israel, AS Bakal Mati-matian Membelanya
Amerika Serikat (AS) menunjukan wajah aslinya saat mendengar Iran tengah bersiap-siap membalas serangan udara Israel yang mematikan di komplkes kedutaan besarnya di Damaskus, Suriah.
“Jangan,” kata Joe Biden, Presiden AS kepada wartawan setelah pidatonya mengenai kebijakan dalam negeri di sebuah acara di New York City seperti dilansir VOAIndonesia, Sabtu (13/4/2024).
“Kami tetap teguh untuk membela Israel, akan mendukung Israel. Kami akan membantu membela Israel, dan (serangan) Iran tidak akan berhasil,” kata Biden.
Komentar Biden tersebut menyusul pernyataan dukungan serupa dari para pejabat tinggi pertahanan dan diplomatik AS selama beberapa hari terakhir dan muncul ketika militer AS mengambil langkah-langkah untuk memastikan meningkatnya permusuhan antara Israel dan Iran tidak membuat Timur Tengah terlibat dalam perang yang lebih luas.
“Kami memindahkan aset tambahan ke wilayah tersebut untuk meningkatkan upaya pencegahan regional dan meningkatkan perlindungan bagi pasukan AS,” kata seorang pejabat pertahanan AS kepada VOA, Jumat. Pejabat tersebut, yang berbicara tanpa menyebut nama, menolak memberikan perincian lebih lanjut.
Bahkan ketika para pejabat AS memperingatkan Iran agar tidak membalas dendam serangan udara Israel itu, perwakilan utama Iran langsung mengambil tindakan.
Kelompok Hizbullah Lebanon pada Jumat malam menembakkan puluhan roket ke Israel utara. Pasukan Pertahanan Israel mengatakan pihaknya mendeteksi sekitar 40 roket yang melintas dari Lebanon ke Israel, beberapa di antaranya dicegat oleh sistem pertahanan udara.
IDF juga mengatakan pihaknya mampu mencegat dua drone peledak yang digunakan militan Hizbullah untuk menargetkan Israel pada Jumat pagi.
Tidak jelas apakah serangan roket dan drone oleh Hizbullah merupakan bagian dari upaya Iran untuk membalas serangan Israel terhadap kompleks diplomatik Iran awal bulan ini, yang menewaskan tiga komandan senior Korps Garda Revolusi Islam, termasuk Jenderal Ali Reza Zahdi, yang memimpin Pasukan elit Quds Iran.
Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei pada khutbah Idulfitri, Rabu (10/4), memperingatkan bahwa Israel “harus dihukum dan akan dihukum” atas serangan tanggal 1 April, beberapa hari setelah salah satu penasihatnya mengatakan kedutaan besar Israel “tidak lagi aman.”
Para pejabat diplomatik AS, termasuk Menteri Luar Negeri Antony Blinken, telah menghubungi rekan-rekan mereka di Turki, China, dan Arab Saudi, mendesak mereka untuk menjelaskan kepada Teheran “bahwa eskalasi (konflik) tidak akan menguntungkan siapa pun,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller kepada wartawan pada Kamis (11/4).
Namun, dorongan AS untuk melakukan deeskalasi tersebut juga disertai dengan ekspresi dukungan kuatnya terhadap Israel dalam menghadapi potensi agresi Iran.
“Kami terus berkomunikasi dengan rekan-rekan Israel kami untuk memastikan bahwa mereka dapat membela diri,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby kepada wartawan Jumat pagi, menggambarkan ancaman Iran untuk membalas sebagai “sangat kredibel.”
“Kami menjalankan komitmen kami untuk membantu Israel dalam membela diri dengan sangat serius,” kata Kirby. “Ini adalah komitmen yang sangat kuat.”
Dalam pembicaraan telepon hari Kamis dengan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin juga menawarkan dukungan Washington kepada Israel.
“Menteri Austin meyakinkan Menteri Gallant bahwa Israel dapat mengandalkan dukungan penuh AS untuk membela Israel dari serangan Iran,” menurut pembacaan percakapan Pentagon.
Namun, pernyataan AS dan pergerakan sumber daya tambahan untuk mencegah agresi Iran sejauh ini tidak banyak membantu meredakan kekhawatiran yang semakin besar.
“Kami sangat khawatir mengenai potensi eskalasi situasi yang tampaknya semakin meningkat setiap hari,” kata juru bicara PBB Stephane Dujarric.
“Pesan kami, yang disampaikan secara publik dan pribadi, adalah menghindari eskalasi apa pun dan berupaya meredakan ketegangan,” kata Dujarric kepada wartawan, Jumat. (Sumber: VOAIndonesia)
Editor Iman NR