Disney Garap Film Idul Fitri, Lebih Perhatikan Kelompok Muslim
Masih ingat film Alladin? Barangkali itulah satu-satunya film terkini yang diproduksi Disney, yang menghadirkan karakter Muslim dalam ceritanya.
Film itu tidak jelas-jelas mengangkat persoalan Muslim atau Islam dalam ceritanya. Namun, banyak pihak menilai, itu usaha sederhana Disney untuk lebih memperhatikan kelompok-kelompok minoritas, termasuk Muslim.
Kali ini Disney akan mengambil langkah lebih tegas. Salah satu studio terbesar di Hollywood ini akan memproduksi film mengenai Muslim dan hari yang dianggap teramat penting bagi umat Muslim di berbagai penjuru dunia, Idul Fitri.
Film ini pada intinya bercerita mengenai Ameena, seorang anak perempuan keturunan Pakistan berusia sembilan tahun, yang kecewa karena pada hari besar itu, ia dan kakaknya harus pergi bersekolah, sementara ayahnya harus pergi ke kantor. Padahal ia tahu, di banyak negara lain di dunia, terutama di negara-negara yang mayoritas penduduknya Muslim, hari Idul Fitri merupakan hari libur nasional.
Ameena pun menggalang dukungan untuk mengajukan petisi, agar pada hari Idul Fitri, sekolah diliburkan. Ia menolak jika hanya diberi izin untuk meliburkan diri sementara teman-temannya harus belajar. Ameena yang pandai tidak ingin ketinggalan pelajaran tapi juga tak ingin melupakan begitu saja hari besar Islam itu.
Baca:
- Jae Deen, Penyanyi Mualaf Amerika Rilis Lagu Religi
- Lagu “Kekasih Surga” Denni Meilizon Timbulkan Multitafsir
- Kapolres Serang dan Wartawan Nobar Film “Sang Perwira”
Galang Dukungan
Usahanya menggalang dukungan ternyata mendapat tentangan terhebat dari kakaknya sendiri, Zara, yang menyebut dirinya Z, yang berusaha keras mengadopsi budaya Amerika agar lebih bisa diterima dalam pergaulan. Ameena pun terpuruk sedih, dan merasa sedikit terobati ketika gurunya memberi kejutan perayaan Idul Fitri di sekolahnya.
Kamran Pasha, seorang Muslim yang juga produser dan penulis naskah di Hollywood, menyambut baik rencana Disney. Penulis buku “Mother of the Believers” novel mengenai kelahiran Islamini, mengatakan bahwa film merupakan medium ampuh untuk mengatasi kesalahpahaman mengenai Muslim dan Islam.
“Kekuatan seni, seperti film, sungguh luar biasa. Seni bisa masuk ke alam bawah sadar kita, Itulah yang saya harap bisa saya lakukan melalui novel saya. Membuat orang-orang yang tidak pernah membuka buku mengenai Islam, tergugah untuk mempelajari Islam. Karya seni bisa memberikan pemahaman tanpa terkesan menggurui. Film mengenai Islam bila dikemas secara sederhana namun efektif bisa sangat membantu meningkatkan pemahaman orang-orang mengenai Islam,” jelas Kamran Pasha.
Sahid Amanullah, muslim dan pakar dunia hiburan yang berbasis di Texas setuju dengan pendapat Pasha. “Musik, seni, film memiliki efek yang luar biasa dalam. Bila kita bisa menghadirkan Muslim sebagai sosok yang memiliki kerapuhan, dan kekuatan, seperti orang-orang lain pada umumnya, para penonton bisa dengan mudah memahaminya. Para penonton bisa menempatkan diri mereka pada situasi itu. Ini artinya, penonton yang bukan Muslim juga bisa menikmati film itu,” jelasnya.
Hati-hati Memformulasikan
Meski demikian, Amanullah mengingatkan, agar para pembuat film mengenai Islam, Muslim dan permasalahannya berhati-hati dalam memformulasikan pesan yang diusung.
“Tantangannya adalah kita harus mengerti konsepnya. Konteks media dalam lansekap yang luas. Bagaimana suara kita diinterpretasikan. Kalau kita tidak berhati-hati, kita bisa menguatkan stereotipe yang sudah eksis. Jadi kita harus memahami bagaimana kekuatan film,, bagaimana kisah diinterpretasikan, dan bagaimana para penonton akan menonton kita, Kalau kita memahami itu sepenuhnya, kita bisa mendobrak rintangan yang selama ini dihadapi Muslim dalam industri film Hollywood,” imbuhnya.
Menurut Disney, mereka kini sedang mencari sejumlah aktor yang akan tampil dalam film itu. Mereka mencari aktor-aktor keturunan Pakistan yang bisa berbicara bahasa Urdu dan Inggris.
Tidak jelas kapan film ini akan dibuat mengingat wabah virus corona tidak memungkinkan proses pengambilan gambar.
Disney dikabarkan berjanji untuk tidak akan membuat kekeliruan dalam pemilihan aktor. Dalam film Aladdin, tokoh Jasmine seharusnya diperankan aktris Timur Tengah, namun Disney malah memilih Naomi Scott, aktris keturunan India berkewarganegaraan Inggris. Menyusul pemilihan Scott, Disney banyak dikecam para pengamat industri film yang kecewa karena studio itu dinilai tidak sensitif menanggapi kurangnya keragaman di Hollywood. (IN Rosyadi)
Artikel ini bersumber dari voaindonesia.com. Lihat halaman aslinya, KLIK DI SINI.