Eko: Banjir di Banten Merupakan Kegagalan Pengelolaan Ekosistem
Eko Supriatno, Pengamat Sosial dari Universitas Matlaul Anwar (Unma) Banten menyatakan, banjir yang melanda Kabupaten Lebak dan Pandeglang bukan hanya disebabkan cuaca ekstrem, tetapi juga akibat buruknya pengelolaan ekosistem yang sudah lama dieksploitasi demi kepentingan jangka pendek.
“Bencana ini juga menggambarkan sebuah kenyataan pahit, yaitu ketidakpedulian terhadap alam dan pengelolaan ekosistem yang tidak berkelanjutan telah mengarah pada kegagalan sistemik yang semakin jelas,” kata Eko Suprianto dalam keterangannya yang dikirim ke MediaBanten.Com, Jumat (6/12/2024).
Sebelumnya, tiga orang meninggal dunia, 59 rumah terdampak longsor dan 1.694 rumah terendam banjir akibat cuaca ekstrem yang disertai hujan lebat, angin kencang dan petir di Kabupaten Lebak selama tiga hari terakhir (Baca: Dilaporkan, 3 Orang Tewas Akibat Cuaca Ekstrem di Lebak).
“Akibat bencana alam itu, dilaporkan tiga warga meninggal dunia,” kata Kepala Pelaksana BPBD Lebak, Febby Pratama Rizky di Lebak, Kamis (5/12/2024).
Eko Supriatno, pengamat sosial dari Unma Banten menyatakan bahwa bencana banjir ini adalah cermin dari kegagalan sistemik dalam pengelolaan ekosistem, ruang dan pembangunan yang tidak memperhitungkan dampak ekologis.
“Banjir adalah cermin kegagalan kita, namun juga peluang untuk berubah. Alam tak membalas, hanya mengingatkan,” ungkapnya.
Menurutnya, wilayah Banten yang dikelilingi pegunungan dan memiliki sumber daya alam vital, kini mengalami kerusakan ekologis akibat aktivitas manusia seperti penggundulan hutan, pembakaran liar, serta urbanisasi yang tidak terkendali.
Sumber daya alam yang seharusnya menjadi penyangga kehidupan, kini malah menjadi beban yang memperburuk dampak bencana.
Alam yang telah rusak mulai memberikan peringatan keras, dan bencana banjir yang terjadi adalah akibat langsung dari keserakahan pembangunan yang mengabaikan keseimbangan alam. Sungai-sungai yang seharusnya menjadi jalur aliran air kini tercemar sampah dan limbah.
Penebangan pohon yang tidak terkendali semakin mengurangi daya serap air tanah. Ketika hujan datang, aliran air yang seharusnya dapat ditampung justru meluap, merendam pemukiman, dan merusak kehidupan masyarakat.
“Alam memberi peringatan keras melalui bencana ini. Jika kita terus mengabaikan pengelolaan ekosistem yang baik, bencana akan terus datang,” ujar Eko.
Ia menekankan pentingnya beralih ke pengelolaan alam yang lebih bijak, berkelanjutan, dan berbasis pada kepentingan jangka panjang.
Mengatasi Banjir
Eko menambahkan, penanggulangan banjir harus didorong oleh pendekatan yang lebih mendalam dan strategis. Pemerintah dan masyarakat harus berkolaborasi untuk merumuskan kebijakan yang bisa mengatasi masalah ini secara menyeluruh.
Salah satu langkah yang disarankan adalah pembangunan yang mengutamakan prinsip berkelanjutan, yang mengedepankan pemulihan dan pelestarian ekosistem.
“Proyek pembangunan harus mengutamakan keberlanjutan dan bukan hanya mengejar keuntungan finansial,” jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya membenahi sistem drainase yang rusak, meningkatkan penghijauan, dan membangun infrastruktur yang ramah lingkungan.
Pemerintah dan masyarakat harus berkomitmen untuk bersama-sama melakukan perbaikan mendasar dalam pola hidup dan pembangunan.
Pembangunan embung, polder, serta penghijauan di wilayah tangkapan air harus menjadi langkah konkret yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak banjir.
Namun, Eko mengingatkan, perubahan tidak akan terjadi dalam sekejap. Setiap langkah kecil yang diambil hari ini akan menjadi pondasi bagi masa depan yang lebih baik.
“Banten harus membebaskan diri dari banjir bukan hanya dengan pembangunan fisik atau kebijakan yang tepat, tetapi juga dengan membangun kesadaran kolektif,” ujarnya.
Kesadaran kolektif yang dimaksud adalah kesadaran masyarakat untuk berperan aktif dalam menjaga kelestarian alam dan memperbaiki kondisi lingkungan. Penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa bencana banjir yang terjadi bukan hanya akibat dari faktor alam.
Pola pengelolaan lingkungan yang buruk, penebangan hutan yang tak terkendali, serta kebiasaan masyarakat yang kurang peduli terhadap lingkungan turut memperburuk kondisi.
Masyarakat harus dilibatkan sebagai agen perubahan, bukan hanya sebagai korban bencana. Dengan kesadaran yang tumbuh, masyarakat dapat menjadi kekuatan besar dalam menjaga kelestarian alam.
Namun, perubahan ini tidak bisa berjalan sendiri. Pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha harus bersinergi untuk mewujudkan Banten yang lebih aman dan lestari.
Pemerintah perlu lebih tegas dalam menegakkan hukum terhadap pelanggaran lingkungan, memberikan insentif bagi upaya pelestarian alam, serta memastikan kebijakan yang ada benar-benar mendukung keberlanjutan.
Masyarakat harus lebih peduli terhadap lingkungan mereka dan mendukung program-program pemerintah. Dunia usaha, khususnya yang bergerak di bidang industri, perlu berkomitmen pada tanggung jawab sosial dan berinovasi dalam cara mereka berproduksi tanpa merusak alam.
Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi banjir di Banten harus dimulai dengan langkah-langkah nyata. Pemetaan daerah rawan bencana harus segera dilakukan agar dapat diketahui titik-titik kritis yang membutuhkan perhatian khusus. Infrastruktur yang ada harus diperbaiki dengan pendekatan yang ramah lingkungan, serta kebijakan yang mengutamakan keberlanjutan alam.
“Bukan hanya soal bertahan dari bencana yang datang, tetapi bagaimana merencanakan masa depan yang lebih harmonis dengan alam,” ungkap Eko.
Kesadaran kolektif yang kuat harus menjadi pijakan untuk mengatasi permasalahan ini. Banten, dan Indonesia secara umum, harus berani merancang tata kelola alam yang bijaksana dan berpihak pada keberlanjutan.
Katanya, alam bukan musuh yang harus dijauhi, tetapi mitra yang harus dijaga dengan penuh perhatian dan rasa syukur.
Membebaskan Banten dari banjir adalah perjalanan panjang yang harus dimulai dari sekarang. Ini bukanlah hal yang mudah, namun jika kita bergerak bersama, dengan langkah-langkah kecil yang penuh perhatian, kita bisa mewujudkan Banten yang lebih aman, lestari, dan harmonis dengan alam.
Dengan kesadaran kolektif yang kuat, kita dapat menghadapi tantangan besar yang ada, serta memastikan bahwa generasi mendatang akan mewarisi bumi yang lebih baik. (IN Rosyadi)
Editor Iman NR