KesehatanMediaBanten TV

Laksanakan Kebijakan Gubernur, RSUD Banten Terima Layanan SKTM

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Banten, dr Danang Hamsyah Nugroho mengatakan, rumah sakit ini menerima pelayanan bagi warga miskin yang tidak memiliki kartu BPJS, bisa menggunakan surat keterangan tidak mampu (SKTM).

“Kami melakukan itu berdasarkan kebijakan Gubernur Banten, Wahidin Halim dan Wakil Gubernur Banten, Andika Hazrumy untuk mengkaver akses kesehatan bagi keluarga yang tidak mampu,” kata dr Danang Hamsyah Nugroho, Direktur RSUD Banten.

Pernyataan itu dikemukakan ketika berbincang-bincang di Kanal BantenPodcast Yotube dengan host, Dimas Kusuma yang dikutip MediaBanten.Com, Senin (1/11/2021).

Hampir 20-30 persen dari pasien yang datang ke RSUD Banten tidak memiliki BPJS. Mereka bukan orang kaya. “Kalau mereka datang ke UGD, kami tidak bertanya-tanya, tetapi ketika memerlukan pelayanan lebih lanjut, biasanya kami minta untuk mengurus SKTM dari desa / kelurahan atau kecamatan,” ujarnya.

Di sisi lain, dr Danang membenarkan, status RSUD Banten adalah badan layanan umum daerah (BLUD) yang bertujuan untuk kemandirian dan fleksibilitas pengunaan anggaran.

“Ada tiga golongan, belanja pegawai, belanja barang dan jasa dan belanja modal. Belanja modal itu adalah sudah ada tercantum mau apa saja. Tapi untuk belanja modal secara garis besarnya masih berasal dari bantuan dari Pemprov Banten melalui dinas kesehatan,” katanya.

Dia mencontohkan belanja modal untuk membangun gedung 8 lantai senilai Rp281.465.803.000. “Insya Allah, target tahun ini bisa tercapai dan tahun depan (2022) sudah bisa digunakan,” ujarnya.

Untuk itu, RSUD Banten telah mengalokasi anggaran tahun 2021-2022 merekut tenaga medis yang akan mengisi gedung 8 lantai tersebut. Tenaga kesehatan yang paling penting adalah perawat. “Kalau dokter spesialis, mau merawat berapa orang tergantung kebutuhan,” katanya.

Gedung 8 lantai itu nantinya terdapat 247 kamar klasifikasi atau kelas. Kamar VVIP ada 3 kamar. Selebihnya VIP, kelas 1, 2 dan kelas 3. Khusus kelas 3 terdapat 180 tempat tidur. “Gedung depan di luar geddung 8 lantai tetap memberikan pelayanan kesehatan, tidak berubah,” ujarnya.

Direktur RSUD Banten yakin pada Desember 20201 gedung baru itu bisa rampung. “Seluruh civitas rumah sakit mulai dari kepala instalasi, dokter spesialis dan pejabat struktural rumah sakit ikut terlibat mereview perencanaan, pelaksanaan dan pengawasa.

“Tiap hari kami bergiliran untuk menginspeksi, jalan-jalan ke gedung baru untuk melihat progresnya. Dalam rapat, kami diskusikan dengan manajemen konstruksi yang ditunjuk. Jadi kami betul-betul ketat dalam pengawasannya. Kalau saya sendirian, walah gak sanggup lah,” kata dr Danang.

Keterlibatan civitas rumah sakit juga bertujuan agar mereka familiar dengan gedung baru 8 lantai tersebut.

Dulu salah satu yang melatarbelakangi gedung ini dibangun karena angka kecukupan jumlah tempat tidur rumah sakit, terutama di Banten masih di bawah standar WHO. Kurang dari 1 per 1000 penduduk. “Sehingga kami membangun fasilitas supaya memenuhi standar. Kita salah satu provinsi yang masih di bawah standar WHO,” ujarnya.

Pasien Covid 19

Pasien Covid 19 yang masuk RSUD Banten menurun drastis. Rata-rata satu minggu hanya ada 1-2 pasien. “Mudah-mudahan momen Natal dan Tahun Baru atau Nataru tidak menimbulkan gelombang baru,” ujarnya.

RSUD Banten tidak melayani vaksinasi Covid 19, lebih konsentrasi pada pelayanan kesehatan esensial non Covid. Tugas vaksinasi sudah diatur Dinas Kesehatan ke kabupaten dan kota, bersama TNI – Polri.

Danang mengingatkan, alat kesehatan bukan satu-satunya yang menentukan kualitas pelayanan. “Ada orang yang pernah mendengar kalau berobat sesuatu di dalam negeri, itu dulu biayanya lebih mahal ketimbang ke luar negeri. Kualitas masih belum diketahui,” katanya.

Selain alat menekankan kepada SDM, jumlah SDM dan bagaimana perilaku dalam melakukan pelayanan. “Jadi itu menjadi titik berat kami. Secara pasti, bertahap disusun rencana supaya mereka, jangan sampai ah berobat ke rumah sakit pemerintah begini. Tempatnya orang judes, terutama sikap terhadap pasien,” katanya.

Direktur RSUD Banten membenarkan tengah berupaya menghilangkan frame masyarakat bahwa berobat ke rumah sakit pemerintah itu pasti mendapatkan pelayanan buruk.

“Ketika diawal pendirian RSUD ini, sudah disusun pendiri satu nilai-nilai visi dan misi yang sanga bagus. Moto kita melayani dengan ramah dan amanah. Ramah menggunakan standar kita, orang dengan bahasa yang santun dengan tersenyum, orang harus atraktif,” ujarnya.

Amanah tentu melakukan pelayanan standar etika dan mutu terbagus, bagaimana civitas rumah sakit melaksanakannya dan diwujudkan dalam perilaku sehari-hari.

“Jadi harus terbentuk bahwa saya itu berkerja apa yang diucapkan orang akan tahu, menjadi nilai dan mempengaruhi persepsi dia, memberi semangat dan penilai-penilaian yang ujungnya penghargaan. Penghargaan bukan saja materi, tetapi juga hal-hal non materi,” tambahnya.

Branding RSUD Banten

Branding RSUD Banten antara lain untuk menghilangkan frame pelayanan buru dari rumah sakit pemerintah. Branding itu akan berkaitan dengan layanan unggulan seperti kelangkapan SDM dan prasarana. Unsur lainnya adalah dokter spesialis dan sub spesialisnya.

RSUD Banten saat ini baru memiliki sub spesialis bedah khusus di saluran perencanaan, spesialis sub katetering jantung, dokter mata sub felosip melakukan operasi sampai retina dan glukoma. “Kami juga ada sub dokter bedah vascular khusus pembuluh darah,” katanya.

RSUD ini juga melayani plasma konvalasen yaitu terapi plasma dari pasien Covid yang sembuh kepada yang baru.

“Kami memiliki terapi hiperbarik yang gunanya untuk terapi pasien tenggelam yang akibat keracunan nitrogen,” ujarnya.

Terapi hiperbarik tidak hanya untuk korban tenggelam. Ternyata berkembang menjadi terapi darah merah yang terlarut dalam plasma. Ini merupakan obat bagi orang struk bisa sembuh, ibu-ibu lebih awet muda dan banyak manfaat lain.

“Kemarin kita sudah melakukan webinar, mungkin kita ulang supaya semakin banyak orang mengetahuinya,” ujarnya.

Branding utama adalah melayani ramah dan amanah. “Mudah-mudahan kalau bapak ibu datang ker umah sakit tujuan sembuh sebelum ketemu obat-obat dan dokter. Dokter spesialis dan alat canggih itu utama, tetapi tanpa dilandasi ramah dan amanah itu ya menjadi repot,” ujarnya. (Editor: Iman NR)

Lihat bincang-bincang selengkapnya di bawah ini, jangan lupa subscribe, like dan share

Iman NR

SELENGKAPNYA
Back to top button