SosialTekno

Menko Airlangga Dorong Perguruan Tinggi Kembangkan Teknologi

Perguruan Tinggi di Indonesia diharapkan untuk mengembangkan teknologi. Tujuannya agar Indonesia tidak menjadi pengimpor teknologi.

Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat hadiri Rapat Terbuka Senat Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada (FT UGM), dalam rangka Hari Pendidikan Tinggi Teknik ke-77 secara virtual, di Yogyakarta, Jumat (17/2).

Dikatakan Airlangga, banyak teknologi yang dibutuhkan dalam kemajuan Indonesia. Contohnya dalam mempersiapkan industri nasional untuk menghadapi era Society 5.0 yang merupakan sebuah konsep di mana kehidupan masyarakat lebih terdigitalisasi.

“Pemerintah Indonesia juga sedang menyiapkan Ibu Kota Nusantara yang akan menjadi contoh penerapan smart city yang bisa menyiapkan masyarakatnya untuk masuk dalam era Society 5.0,” imbuh Menko Airlangga.

Adapun beberapa teknologi yang patut untuk dikembangkan menuju Society 5.0 yakni Edge Computing, Big Data Analytics, dan Internet of Every Things.

Selain itu, pemerintah pun mengupayakan percepatan transisi energi nasional melalui pengurangan konsumsi bahan bakar fosil dan pengembangan pembangkit listrik berbasis energy baru terbarukan seperti wind turbine dan solar panel.

Upaya itu juga, kata Menko Airlangga, tentunya memerlukan pengembangan teknologi yang inovatif dan terjangkau, semisal pengembangan carbon capture dan storage.

“Semoga Perguruan Tinggi Fakultas Teknis dapat ikut aktif mendorong penguasaan teknologi, sehingga kita tidak hanya sebagai penguasaan teknologi, sehingga kita tidak hanya sebagai pengimpor teknologi, tapi juga mengembangkannya di dalam negeri,” tuturnya.

Dalam hal tersebut, lanjut Airlangga, transfer ilmu pengetahuan dan teknologi dengan negara – negara maju bisa didorong.

Selain itu, pemerintah pun sedang gencar mendorong pemanfaatan teknologi untuk hilirisasi komoditas berbasis mineral dan logam unggulan seperti bauksit, timah, tembaga, dan nikel.

Dalam kesempatan yang sama, Menko Airlangga juga menyampaikan bahwa Indonesia masih mengalami ketergantungan impor bahan baku atau barang penolong industri.

Hal itu sehingga perlu terus melakukan program substitusi impor dengan pengembangan industri berbasis teknologi dan R&D.

“Misalkan di sektor sawit dan turunannya, kita sudah kuasai dari hulu dan hilirnya, tapi dari sisi capital goods-nya yakni barang modal masih impor dari luar,” ungkapnya. (Sumber: Ekon.go.id)

Editor: Abdul Hadi

Abdul Hadi

Back to top button