HeadlineMiliter

Pro-Kontra Pembelian 500 Unit Rantis Maung Pindad

Langkah Prabowo Subianto, Menteri Pertahanan (Menhan) membeli 500 unit kendaraan taktis (Rantis) Maung Pindad buatan PT Pindad ditanggapi pro-kontra. Yaitu menolak dan mendukung pembelian Rantis tersebut.

Sebagian orang, di antaranya mengaku sebagai pengamat militer mengkritik langkah Prabowo sebagai langkah tidak perlu karena bukan kebutuhan mendesak. Mereka beralasan agar dana itu dialihkan ke dana kesehatan.

“Saya kira pembelian dalam jumlah hingga 500 unit ini tidak mendesak untuk segera dilaksanakan. Kita butuh memang rantis untuk peremajaan, tapi apakah harus sebanyak itu di tengah Indonesia fokus menghadapi wabah corona?” kata pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies ( ISESS), Khairul Fahmi seperti dilansir BBC Indonesia.

Pengamat militer dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Muhamad Haripin memandang pembelian rantis lebih didorong oleh pertimbangan pemulihan ekonomi nasional yang terdampak virus corona, dibandingkan pertimbangan strategis kebutuhan alat utama sistem pertahanan atau alutsista.

Baca:

Tahap Awal

Kementrian Pertahanan (Kemenhan) berencana membeli 3.000 unit Rantis Maung Pindad. Tahap awal, pembelian itu sebanyak 500 unit. Harga Rantis ini Rp600 juta per unit. Berarti dana yang dikeluarkan tahap awal pembelian Rp300 miliar. Sedangkan nilai pembelian keseluruhan Rp1,8 triliun.

Wakil Menteri Pertahanan Wahyu Sakti Trenggono menegaskan pembelian rantis ini memang untuk mendorong industri dalam negeri yang kini tengah lesu akibat dari wabah virus corona. “Kalau PT Pindad bisa produksi maka diharapkan ekonomi sekitarnya akan tetap berjalan karena dampaknya kan bagus untuk ekonomi kita,” kata Wahyu kepada BBC News Indonesia seperti dikutip MediaBanten.Com, Kamis (16/7/2020).

Wahyu pun menambahkan pembelian Rantis juga merupakan dukungan kepada industri dalam negeri, “agar Pindad bisa melakukan rancang bangun kendaran rantis, dengan membeli produk mereka.”

Dalam akun Instagram, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang terlihat tengah mengendari kendaraan Rantis 4X4 yang diberi nama Maung. “Kementerian Pertahanan akan terus mendukung upaya peningkatan produksi alutsista dalam negeri, serta mendukung program penelitian dan pengembangan, agar nantinya seluruh hasil produksi dalam negeri dapat mandiri secara utuh”.

Kendaraan Taktis Maung Pindad Yang Diproduksi Oleh PT PIndad. (Foto: PT Pindad)

Produk Dalam Negeri

Sebelumnya Presiden Joko Widodo memperingkatkan para menterinya untuk membatasi belanja produk luar negeri, dan memberikan penekanan khusus kepada Kementerian Pertahanan.

“Saya minta semuanya dipercepat, terutama yang anggarannya besar-besar. Ini Kemendikbud ada Rp70,7 triliun, Kemensos Rp104,4 triliun, Kemenhan Rp117,9 triliun, Polri Rp92,6 triliun, Kementerian Perhubungan Rp32,7 triliun,” kata Presiden Joko Widodo melalui laman Presiden RI, Rabu (08/07/2020).

Baca:

“Misalnya di Kemenhan, bisa saja di DI (Dirgantara Indonesia), beli di Pindad, beli di PAL. Yang bayar di sini ya yang cash, cash, cash. APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), beli produk dalam negeri. Saya kira Pak Menhan juga lebih tahu mengenai ini”.

Direktur Utama PT Pindad, Abraham Mose, menyampaikan Rantis Maung dihargai Rp600 juta per unit. Kendaraan ini menggunakan mesin Toyota Hilux 2.400 cc, 4-silinder dengan turbocharger dan disebut memiliki kecepatan hingga 120 kilometer per jam.

Sistem Persenjataan

Dilansir dari pindad.com, sistem persenjataan juga dipasang pada Rantis Maung seperti bracket senjata kaliber 7,62 mm dan konsol senapan serbu SS2-V4, perangkat GPS navigasi dan tracker kendaraan serta perlengkapan lainnya.

Pengamat militer dari Universitas Indonesia, Connie Rahakundini, mengapresiasi keputusan Prabowo membeli Rantis Maung dari Pindad karena merupakan bentuk spin in teknologi sipil yang diterapkan dalam produk militer di tengah sepinya order alutsista militer saat ini.

“Ini bukan saja menjamin kelangsungan operasional kendaraan taktis TNI, namun berpotensi memberikan kontribusi pajak dari penjualan versi sipil ke masyarakat. Namun perlu diingat, ini baru keterampilan menjahit saja karena mesin turbo dieselnya masih mendatangkan dari Toyota (melalui Astra),” kata Connie.

Connie mendorong Pindad agar menjadi manufaktur otomotif yang mampu membuat komponen utama rantis yaitu mesin diselnya.

Penguasaan Mesin Diesel

“Karena penguasaan mesin diesel adalah salah satu kunci mesin pertahanan, mulai dari jeep, panser, tank hingga kapal perang membutuhkan mesin diesel. Anggap kita berpikir terjadi embargo, mampu tidak kita produksi Maung kalau diembargo misalnya.” katanya.

Ia juga mengingatkan jangan sampai perintah presiden untuk mengunakan produk dalam negeri malah menimbulkan ‘pemaksaan’ yang mengakibatkan kesemuan (psudo) dalam industri pertahanan dan tekonologi.

Baca:

“Seperti contoh dulu, Angkatan Darat order beberapa drone yang diproduksi swasta dalam negeri dan semuanya jatuh. Pas dicek ternyata beli dari luar dan diotak-atik, lalu dikasih merek seolah-olah buatan dalam negeri. Ini tidak boleh terjadi. Caranya dengan mengaktifkan KKIP, Komite Kebijakan Industri Pertahanan yang diisi oleh orang-orang terpilih dan bersih,” katanya.

Terkait prioritas belanja, juru bicara Prabowo, Dahnil Anzar Simanjuntak, menjelaskan bahwa Kemhan memprioritaskan belanja di dalam negeri.

“Dari total Rp117 triliun alokasi anggaran Kemhan 2020 digunakan 55% untuk belanja prajurit TNI dan ASN Kemhan-TNI, 20% operasional, perawatan alutsista dan lain-lain, ditambah fokus back up penanganan Covid-19,” kata Dahnil.

Dahnil menambahkan, porsi anggara belanja alutsista yang kurang dari 25% dari total anggaran akan diprioritaskan ke industri dalam negeri, dan jika tersedia akan akan digunakan skema joint production supaya ada upaya alih teknologi, baru sisanya bila mendesak dan harus segera dan tidak ada substitusinya tentu kita beli dari negara produsen alutsista di luar negeri,” jelasnya.

“Jadi, kalau bicara belanja Kemhan secara agregat maka 85% dibelanjakan di dalam negeri,” katanya. Selain Rantis Maung, sebelumnya Kemhan juga memesan 1.000 ventilator, 25 ribu pucuk senjata, dan empat miliar amunisi dari PT Pindad. (BBC Indonesia / IN Rosyadi)

Artikel ini dikutip dari BBC Indonesia dengan pengubahan di beberapa bagian. Lihat halaman aslinya KLIK DI SINI

Iman NR

SELENGKAPNYA
Back to top button