Puluhan Tahun Menabung Harapan, Akhirnya Warga Cikedal Menuai Jembatan Impian
Jauh dari pusat ibukota Provinsi Banten, sekitar 58 kilometer menuju daerah selatan kita akan dihadapkan pada satu desa yang lama sekali menabung harapan. Harapan itu terwujud hanya dengan apa yang dinamakan dengan jembatan impian di Kampung Sereh, Desa Tegal, Kabupaten Pandeglang.
Sebuah harapan yang sederhana, sekaligus sangat mendasar. Bukan hanya untuk meningkatkan taraf hidup. Tetapi bahkan untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi serta warga akibat akses layanan kesehatan yang jauh dan sulit.
Ya, hanya perbaikan jembatan kecil dan rapuh terbuat dari jalinan papan dan besi usang yang teronggok di Kampung Sereh, Desa Tegal di aliran sungai Cisata yang bisa menjawab harapan dan impian masyarakat.
Supardi (48), Kepala Desa Tegal, Kecamatan Cikedal, Kabupaten Pandeglang akhirnya bisa bernafas lega. Jembatan kecil dan rapuh itu kini berubah megah membelah aliran sungai Cisata.
Pada gesture dan cerita Supardi kepada MediaBanten.Com, Kamis (19/12/2024), Kepala Desa yang mulai memimpin pada pertengahan tahun 2021 ini menyimpan rasa haru sekaligus bangga.
Akhirnya ia bisa mewujudkan jembatan dengan bentangan 35 meter dan lebar 6 meter nan megah kepada warga. Jembatan ini ia beri nama jembatan impian.
“Ya kami menamainya dengan “Jembatan Impian”. Karena ada banyak warga yang menaruh harapannya pada jembatan ini. Sudah lama sekali. Akhirnya bisa kita miliki. Akhirnya jembatan ini bisa dilalui mobil menuju akses kesehatan dan ekonomi. Alhamdulillah,” ujar Supardi dengan suara lirih dan penuh haru.
Ia menjelaskan, pada “jembatan impian” yang kini berdiri megah di daerah aliran sungai (DAS) Ciliman-Cisawarna ada sebuah cita-cita dan harapan warga masyarakat Cikedal dan sekitarnya selama berpuluh tahun. Terutama warga Desa Tegal, masyarakat yang dipimpinnya.
Karena jembatan sebelumnya yang berukuran kecil sangat membatasi aktivitas warga. Baik aktivitas ekonomi, sosial terutama untuk memperoleh akses layanan kesehatan.
Supardi mengenang, ada dua akses jalan menuju jalan utama dari kampung Pasir Sereh. Akses pertama yaitu melewati jembatan kecil yang terbuat dari jalinan papan usang dan besi tua yang sejauh ini menjadi lalu lintas warga.
Jembatan sepanjang kurang lebih 35 meter tersebut hanya bisa dilalui orang dan kendaraan roda dua. Sehingga untuk keperluan mendesak seperti membawa ibu hamil dan warga yang sakit dengan kendaraan roda empat harus melewati arah sebaliknya yang jauhnya mencapai hingga 15 kilometer.
“Sementara jika kita melewati jembatan bisa mengurangi jarak tempuh 10 hingga 12 kilometer. Jarak tempuh ini tentu saja bisa mempercepat penanganan kepada ibu hamil dan warga yang sakit,” kenangnya.
Ia menambahkan, Kampung Sereh sendiri, terdapat dua RW yakni RW 04 dan RW 05 dengan jumlah penduduk kurang lebih 200 jiwa. Warga di kampung inilah, kenang dia, yang paling merasa terisolir. Selain menuju jalan utama yang jauhnya hingga belasan kilometer, sedangkan jembatan yang seharusnya bisa memperpendek jarak dan waktu perjalanan hanya jembatan setapak.
“Setelah jembatan ini dibangun, dengan lebar 6 meter dan megah. Tentu sangat menggembirakan banyak orang. Bukan hanya warga Cikedal, tetapi warga Cisata, Pagelaran dan Menes. Karena bisa memperpendek waktu perjalanan mereka,” terangnya.
Seraya mengaku, bahwa dirinya sangat berterima kasih kepada seluruh pihak. Terutama Dinas PUPR Provinsi Banten yang mewujudkan harapan dan impian banyak warga di wilayahnya.
“Terlebih jembatan yang dibangun punya kualitas sangat baik. Menurut saya jembatan ini adalah jembatan terpanjang dan terbesar di tingkat desa di Indonesia,” kata Kades yang pernah berprofesi di bidang kontruksi ini.
Ajuan Pemerintah Desa
Lebih jauh ia menambahkan, jembatan yang ia beri nama Jembatan Impian ini merupakan ajuan Pemerintah Desa Tegal kepada PUPR Provinsi Banten melalui Sekda Kabupaten Pandeglang pada tahun 2023 silam.
“Perjuangannya tentu tidak mudah. Ada saja dinamikanya. Tapi kami percaya, impian dan harapan besar masyarakat bisa menguatkan dan memudahkan langkah kami. Akhirnya jembatan ini bisa terwujud,” tutup Supardi yang ditemani Sekdes Dadi Iswandi dan Tokoh Masyarakat Asrori.
Senada dikatakan Sekdes Tegal, Kecamatan Cikedal, Dadi Iswandi. Ia menambahkan, bahwa desa Tegal merupakan desa penyanggah sejumlah desa. Tak hanya kecamatan Cikedal, tetapi desa-desa di kecamatan Menes, Cisata dan Pagelaran.
Oleh karena itu, katanya, keberadaan jembatan yang ia sebut sebagai jembatan impian ini tak hanya disambut oleh warga desa di Tegal dan Kecamatan Cikedal, tetapi warga di sejumlah kecamatan di Kabupaten Pandeglang. Banyak warga desa sekitar Desa Tegal juga sangat mengapresiasi atas pembangunan jembatan ini.
“Sekarang setiap sore, jembatan ini dijadikan tempat selfie oleh muda-mudi. Begitupula warga lain yang usianya lebih tua dari desa-desa tetangga,” terangnya.
Ia menambahkan, bersama dengan Kades dan aparat desa serta warga pihaknya juga berencana menggelar tasyakuran saat peresmian jembatan.
Ia berharap, peresmian dilakukan oleh kepala daerah terpilih. “Usai peresmian, kami (aparat desa) bersama warga akan menggelar syukuran di jembatan ini. Jujur saja, jembatan ini jadi kebanggaan kami dan warga desa Tegal khususnya,” tutupnya.
Dadi berharap, kebermanfaatan jembatan juga bisa lebih maksimal dirasakan oleh banyak warga di sekitar desa Tegal. Ia berharap tpemerintah daerah baik Pemkab Pandeglang dan Pemprov Banten juga membantu dalam perbaikan jalan menuju jembatan.
“Dari jalan utama hingga ke lokasi jembatan, kita akan menempuh perjalanan kurang lebih sepanjang 3 kilometer. Jalannya cukup terjal. Jalan poros desa,” tuturnya.
Di bagian lain, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Provinsi Banten, Arlan Marzan menjelaskan, bahwa pembangunan jembatan di Pasir Sereh, Desa Tegal, Kecamatan Cikedal diambil dari APBD Provinsi Banten yang dikelola DPUPR Provinsi Banten.
Arlan menjelaskan, untuk pembangunan jembatan di Pasir Sereh, Desa Tegal yang membentang di aliran sungai Cisata dikerjakan oleh CV Abadi Berkah dengan total anggaran sebesar Rp6.909.654.400. Sementara waktu pengerjaan selama 180 hari kalender.
“Saat ini pekerjaan sudah selesai sesuai waktu kontrak. Dan sedang proses serah terima (PHO),” terangnya lagi.
Dalam pembangunan jembatan, menggunakan konstruksi rangka baja sepanjang 35,00 meter dengan lebar 6,00 meter. Serta jalan transisi kualitas beton sepanjang 100 meter.
Menurut Arlan, pembangunan jembatan di Desa Tegal tersebut merupakan bukti komitmen Pemprov Banten dalam pembangunan, peningkatan infrastruktur dan pelayanan kepada masyarakat, khususnya infrastruktur jalan dan jembatan.
“Pemprov Banten terus melakukan pembangunan dan perbaikan infrastruktur secara bertahap dan menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Masyarakat juga diharapkan bisa menikmati dampak positif dari pembangunan jembatan yang sudah dilaksanakan,” harapnya. (Budi Wahyu Iskandar)