News

Soal Kenaikan Harga Gas Elpiji 3 kg Diduga Ada Aksi Panic Buying

Dugaan kenaikan harga gas elpiji 3 kg yang terjadi beberapa hari lalu ini diakibatkan adanya oknum yang memborong tabung gas yang menyebabkan langka.

Dugaan itu dihembuskan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Energi, Hadi Nugroho di Jakarta, Senin (3/1/2025).

“Panic buying ini terjadi dari para pengecer warung – warung. Hal ini disebabkan adanya peraturan terbaru dari Ditjen Migas soal ketentuan pendistribusian elpiji 3 kg di sub pangkalan,” ungkapnya.

Kata Hari, aksi borong ini terjadi lantaran kebijakan larangan warung atau pengecer gas bersubsidi hanya disalurkan kepada pengguna langsung yaitu rumah tangga, usaha mikro, petani, nelayan dan sasaran.

“Terakhir faktor HET (Harga Eceran Tertinggi) juga berpengaruh. Kita menetapkan HET sejak 2015 sesuai dengan Pergub 4 tahun 2015, HET Rp16.000 waktu itu. Kalau kita bicara daerah penyangga atau perbatasan dari Jakarta seperti Tangerang, Banten, Bogor, Depok, Bekasi, itu telah mengalami kenaikan HET per 2019. Kita sejak tahun 2015 belum naik, sehingga kuota kita berpotensi tergerus. Kuota kita bisa dimanfaatkan daerah penyangga,” kata Hari.

Atas dasar itu, Hari bersama pihaknya tengah berusaha untuk menangani kelangkaan Gas Elpiji berbentuk melon tersebut.

Salah satu upaya tersebut, kata Hari, dengan meminta para agen atau pangkalan memonitor ketersediaan stok di sub penyalur dengan foto laporan kondisi pagi dan sore.

Katanya lagi, agen juga diminta agar menyuplai ke wilayah – wilayah yang stok pangkalannya sudah habis maupun akan habis.

“HET ini akan kita bahas kedepannya. Untuk dinaikkan sesuai dengan daerah penyangga,” ujarnya. (Lifia Mawaddah Putri – LKBN Antara)

Editor: Abdul Hadi

Abdul Hadi

Back to top button