Apakah Penganut Ideologi Marhaenisme Sama dengan Komunis ?
Ideologi adalah gagasan yang disusun secara sistematis dan diyakini kebenarannya untuk di wujudkan dalam kehidupan. Setiap negara di dunia, pastinya memiliki ideologi nya masing-masing, tidak terkecuali Indonesia.
Indonesia adalah negara yang sejak dahulu sudah banyak di pengaruhi oleh beberapa ideologi besar dunia seperti Liberalisme, Kapitalisme, Sosialisme, Komunisme, dan Islamisme.
Oleh : Maia Khaila Farisa – Ilmu Komunikasi Untirta Semester 1 *)
Namun, dari banyaknya ideologi yang memasuki Indonesia, Komunisme adalah yang paling eksis dan berpengaruh besar pada sistem perpolitikan Indonesia sekitar tahun 50-60 an.
Lalu, apa sih Komunisme itu, Dilansir dari Encyclopedia Britannica, Komunisme adalah doktrin politik serta ekonomi yang bertujuan untuk menggatikan kepemilikan pribadi menjadi kepemilikan publik dengan kontrol komunal (bersama), yang setidaknya mencakup alat produksi utama dan penggunaan sumber daya alam.
Lalu, untuk mengerti korelasi apa yang terjadi antara Marhaenisme dan Komunisme tentunya kita harus tahu dulu awal mula ideologi Marhaenisme bisa lahir dan berkembang di Indonesia,dan siapa sebenarnya pencetus ideologi ini.
Di sore hari sekitar tahun 1926-1927 kala Soekarno sedang bersepeda keliling Bandung, ia sampai di suatu persawahan di selatan Bandung.
Disana ia bertemu dengan seorang petani bernama Marhaen, yang mana petani itu memiliki petak sawahnya sendiri, memiliki cangkul sendiri dan bajak untuk mengolahnya, ia juga tidak mempekerjakan orang lain untuk menggarap sawah miliknya.
Akan tetapi, semua hal yang ia miliki masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan istri dan empat orang anak. Setelah pertemuan itu, Soekarno melanjutkan perjalanannya dengan menyusun keping-keping pemikiran yang selama ini hadir di benaknya.
Hasil dari pemikiran itulah yang ia sebut sebagai Marhaenisme. Soekarno menyimpulkan bahwa petani tersebut telah di tindas oleh sistem yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda waktu itu. Marhaen juga di jadikan sebagai simbol untuk rakyat kecil yang ditindas oleh sistem.
Marhaenisme adalah asas perjuangan untuk melawan segala bentuk penindasan Kolonialisme, Kapitalisme, dan Imperialisme. Suatu ajaran yang telah terinfeksi dengan ajaran-ajaran Marxisme dan kondisi Indonesia pada saat itu.
Karena Soekarno sendiri melahirkan Marhaenisme karena dirinya yang terinpirasi dari paham Marxisme yang di pelajari nya
Ideologi Marhaenisme seringkali dikenal juga dengan sebutan Marxisme ala Indonesia. Apa sih Marxisme itu? Marxisme adalah paham atau ajaran yang di prakarsai oleh Karl Heinrich Marx yang lahir di Tier pada tanggal 5 Mei 1818 dan meninggal pada 14 Maret 1883 dalam usia 64 tahun, ia dikenal sebagai seorang atheis (paham yang tidak mempercayai adanya tuhan).
Marxisme merupakan bentuk potes Marx terhadap paham Kapitalisme. Singkatnya, Marxisme percaya bahwa kapitalisme adalah cara produksi dimana kaum kapitalis atau borjuis, mengeksploitasi proletariat atau pekerja.
Pada intinya untuk memahami apa itu Marhaenisme secara mendalam kita harus tahu terlebih dahulu apa itu paham Marxisme, karena Marxisme merupakan tonggak awal munculnya keping-keping pemikiran Soekarno sampai menjadi Marhaenisme.
Soekarno mengembangkan Marhaenisme dari pemikiran Marxisme yang diterapkan sesuai kondisi dan kultur Indonesia pada saat itu.
Tentu saja dapat di simpulkan dari pernyataan di atas bahwa Marxisme-Komunisme-Atheisme-Sosialisme-Marhaenisme saling berkaitan satu sama lain.
Orang-orang pun akhirnya memaknai Marhaenisme dengan konotasi yang negatif karena terinspirasi dari ideologi-ideologi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Dan Marhaenisme juga lahir dari pemikiran Soekarno yang mana, beliau merupakan penganut Marxisme plus-plus.
Perkembangan PKI pada masa Orde Lama yang sekaligus menjadi loyalis pemerintahan Soekarno, membuktikan bahwa secara tidak langsung PKI memiliki ideologi Marxisme.
Terjadinya peristiwa G30S/PKI, menyebabkan di keluarkannya larangan penyebaran paham Marxisme, orang-orang PKI dan ajaran kiri pun dibabat habis saat era Orde Baru.
Peristiwa ini juga menimbulkan imbas kepada Presiden Indonesia pada saat itu yaitu Ir. Soekarno. Soekarno di kudeta dari jabatannya sebagai presiden dan menjadi tahanan politik.
Ajaran-ajaran Bung Karno dianggap sebagai gerakan kiri, dan dianggap sebagai bagian dari ajaran Komunis, termasuk Marhaenisme.
Ini karena Soekarno yang di asumsikan sebagai orang yang dekat dengan partai/ organisasi beraliran kiri dan pasca peristiwa G30S, beliau juga menolak pembubaran PKI pada waktu itu.
Ajaran-ajaran yang berbau kiri pun di musnahkan pada zaman Orde Baru karena dianggap bertentangan dengan negara, Pancasila, dan di propagandakan sebagai ajaran yang haram untuk di sebarkan.
Terlepas dari bagaimana banyak orang memaknai Marhaenisme sebagai ideologi komunis, ideologi kiri, ideologi yang lahir dari orang yang di asumsikan sebagai komunis dan lain-lainnya.
Menurut pengamat politik Yudi Latief, di lansir dari Antara News, Pandangan Marhaenisme semakin terpinggirkan akibat masyarakat selalu mengasumsikannya sebagai paham komunis.
Padahal Marhaenisme, menurut dia merupakan paham dari sosialisme yang elemennya berpihak kepada keadilan sosial. Marhaenisme, sosialisme, menurut dia sebenarnya merupakan dasar dari cara berpikir Pancasila yang memperjuangkan masyarakat terbebas dari ketidakadilan dan kesenjangan, dan bukanlah seperti yang diinterpretasikan seperti selama ini sebagai komunisme.
Dan Bung Karno sendiri sudah bilang bahwa dia bukan seorang komunis karena percaya pada ketuhanan dan demokrasi.
Kita sebagai masyarakat yang sudah pintar berteknologi, seharusnya bisa menilik lebih jauh lagi sejarah, perjalanan, serta perkembangan suatu ideologi/paham yang ada Indonesia.
Tidak boleh cepat-cepat memberikan konotasi yang negatif kepada suatu ideologi tanpa mencari tahu dulu asal-usul nya. Karena Indonesia sendiri sudah di singgahi banyak ideologi dari luar dan melewati fase-fase pergantian ideologi sampai sekarang menjadi negara yang berideologi Pancasila.
Dan seperti yang di katakan oleh pengamat politik Bapak Yudi Latief, untuk membersihkan Marhaenisme dari konotasi yang negatif, pemerintah serta orang-orang yang memang sudah paham, harus memberikan edukasi kepada orang-orang yang masih awam atau orang-orang yang menilai negatif ideologi Marhaenisme hanya karena terdistrak pendapat orang-orang di sekitarnya, atau bisa dibilang ikut-ikutan mencela tanpa mencari tahu sumbernya.
Pada akhirnya, dalam menilai penganut Marhaenisme itu sama dengan komunis atau tidak, kembali pada individu masing-masing. Bagaimana kita sendiri memandang Marhaenisme itu, baik atau buruk tergantung pada perspektif mana kita mengambil pandangan tentang Marhaenisme.
Editor : Abdul Hadi