Hikmah

Abdullah bin Mas’ud Teladani Berbagai Kebiasaan Rasulullah

Abdullah bin Ma’sud dikenal sebagai sosok penjaga amanah. Jika dipercaya, dia tak akan khianat. Sahabat Nabi Muhammad satu ini dikenal sebagai orang keenam yang memeluk Islam, tepatnya setelah Rasulul lah mengawali dakwah di Makkah. Abdullah adalah sahabat Nabi yang mempunyai ukuran badan paling kecil.

Dia juga disebut sebagai sosok yang bersahabat dengan sandal Nabi, karena ke manapun pergi, Abdullah selalu berada di sisi Nabi. Saat masih muda, ia biasa menjelajahi gunung dan perbukitan di Makkah jauh dari yang pernah dilakukan orang-orang. Dia juga merawat hewan ternak kambing pemimpin suku Quraisy, Uqbah bin Muayt.

Orang-orang memanggilnya “Ibnu Umm Abd” anak dari ibu seorang budak. Nama aslinya adalah Abdullah dan nama ayahnya adalah Mas’ud. Ketika kecil, dia telah mendengar kabar tentang Nabi yang muncul di antara umatnya, tapi tidak menganggapnya penting karena usianya belum dewasa.

Lagi pula, kehidupannya ketika itu jauh dari Makkah. Dia biasa pergi bersama kawan-kawannya mulai pagi-pagi dan tidak kembali sampai malam tiba. Pertemuan dengan Rasulullah Dia dikenal sebagai sosok penjaga amanah. Jika dipercaya, dia tak akan khianat.

Suatu hari saat merawat kawanan ternak, Abdullah melihat dua pria tua dan bijak, datang ke arahnya dari kejauhan dan terlihat jelas sangat lelah. Mereka juga sangat haus. Tampak bibir dan tenggorokan mereka cukup kering.

Mereka berjalan mendatangi Abdullah. “Anak muda, dapatkah kami meminta susu dari salah satu domba agar bisa memuaskan dahaga kita dan memulihkan kekuatan.” Abdullah bin Mas’ud menolak permintaan mereka. “Tidak bisa, domba ini bukan milikku, aku hanya bertanggung jawab untuk merawat mereka,” katanya.

Kedua pria itu hanya terdiam. Sebenarnya, meski sangat haus, mereka sangat senang pada jawaban yang jujur. Meski diberi kepercayaan merawat hewan ternak, anak itu tidak mengkhianati kepercayaan majikannya.

Baca: Cara Rosululloh Membalas Hinaan

Mereka adalah Rasul dan rekannya, Abu Bakar Siddiq. Mereka pergi keluar pada hari itu ke pegunungan Makkah untuk menghindari penganiayaan orang Quraisy. Pemuda itu pada gilirannya terkesan dengan Nabi dan rekannya dan segera akrab dengan mereka.

Tidak lama kemudian, Abdullah ibn Mas’ud menjadi seorang Muslim dan menawarkan untuk melayani Nabi. Nabi setuju dan sejak saat itu Abdullah bin Mas’ud yang beruntung tak lagi merawat domba sebagai gantinya adalah untuk melayani kebutuhan Rasul.

Bekerja dengan Rasul Abdullah bin Mas’ud tetap terikat erat dengan Nabi. Berbagai kebutuhan Rasulullah selalu dipenuhi Abdullah. Dialah sosok yang mengikuti Nabi dalam perjalanan dan ekspedisi. Dia akan membangunkan Nabi saat tidur. Abdullah melindungi Rasulul lah saat mandi. Dia akan membawa staf dan siwaknya (sikat gigi) dan menyediakan kebutuhan pribadi lainnya.

Abdullah bin Mas’ud menerima pelatihan unik di rumah Nabi. Lelaki itu meneladani berbagai kebiasaan Rasulullah. Banyak orang mengenal Abdullah sebagai sosok paling dekat dengan karakter Nabi. Oleh karena itu, dia adalah orang yang paling berpengetahuan tentang Syariah.

Tidak ada yang bisa menggambarkan hal ini lebih baik daripada cerita tentang orang yang datang ke Umar bin Khat tab saat berdiri di dataran Arafah dan berkata; “Saya telah datang, wahai Amirul Mukminin, dari Kufah di mana saya me ninggalkan seorang pria yang mengisi salinan Alquran dari ingat an.” Umar menjadi sangat marah dan mondar-mandir di samping untanya, menggerutu. “Siapa dia?” Dia bertanya.

“Abdullah ibn Mas’ud,” jawab pria itu. Kemarahan Umar mereda dan dia kembali tenang. “Celakalah kamu,” katanya pada pria itu. “Demi Tuhan, saya tidak tahu ada orang yang lebih baik memahami syariah daripada dia.

Umar bersama Abdullah bin Mas’ud Suatu malam Rasulullah Sedang mengobrol dengan Abu Bakar tentang situasi umat Islam. Umar pun bersama mereka. Saat Nabi pergi, keduanya juga pergi bersamanya dan saat mereka melalui masjid, ada seorang pria yang berdiri sambil berdoa yang tidak dikenal.

Nabi pun ikut berdiri dan mendengarkannya, lalu berpaling kepada keduanya dan berkata, Barang siapa ingin membaca Alquran dengan nyaring, maka tirulah cara membaca Ibnu Umm Abd.

Setelah shalat, saat Abdullah duduk berdoa, Nabi SAW bersabda, “Mintalah, niscaya akan terkabul,” Rasul mengulanginya hingga dua kali. Umar lalu menemui Abdullah dan mengatakan kabar baik bahwa Rasul akan menjamin doanya diterima Allah. Namun, ternyata Abu Bakar telah lebih dahulu menemuinya dan menyampaikan apa yang dikatakan Rasul.

Abdullah Ibn Mas’ud memperoleh berkah pengetahuan Alquran. Dia pernah bersumpah atas nama Allah bahwa setiap ayat yang diwahyukan dan sebab turunnya telah diketahuinya. Jika pun ada orang selainnya, Abdullah akan bersamanya untuk mempelajari wahyu Allah yang belum diketahuinya tersebut.

Abdullah tidak melebih-lebihkan apa yang dia katakan tentang dirinya sendiri. Hanya kejujuran yang keluar dari mulutnya. Suatu ketika Umar bin Khattab bertemu dengan sebuah kafilah. Saat itu gelap gulita dan kafilah tidak bisa terlihat dengan benar. Umar memerintahkan seseorang untuk memanggil kafilah tersebut. Tanpa disangka, di dalamnya ada Abdullah Ibn Mas’ud.

“Dari mana Anda datang?” tanya Umar. “Dari lembah yang dalam,” jawabnya. “Dan kemana kamu pergi?” tanya Umar. “Ke rumah kuno,” terdengar jawabannya. “Ada orang terpelajar (alim) di antara mereka,” kata Umar dan dia memerintahkan seseorang untuk bertanya kepada orang itu: “Bagian mana dari Alquran yang paling besar?” “‘Tuhan, tidak ada tuhan kecuali Dia, Yang Hidup, Yang Tidak Tertidur.” Abdullah bin Mas’ud bukan hanya penghafal Alquran, dia juga dikenal sebagai sosok terpelajar dan ahli ibadah. Sejarah mencatatnya sebagai sosok pejuang kuat dan pemberani. (Dikutip utuh dari republika.co.id / IN Rosyadi)

Iman NR

Back to top button