Oleh: Iwan Kelana
”Aku selalu menangis jika makan dengan cukup kenyang,” kata Aisyah, istri Rasulullah Muhammad saw. Seorang sahabat bertanya, ”Mengapa?” Dijawabnya, ”Aku ingat Rasulullah yang selama hidupnya tidak pernah makan dengan puas, baik roti maupun daging berturut-turut selama dua hari.”
Sepeninggal Rasulullah, para sahabat seringkali menangis kalau menghadapi hidangan makanan yang lezat. Mereka terkenang Rasulullah yang kerap kali menahan lapar, dan makan sekadarnya saja.
Riwayat di atas mengungkapkan dengan jelas betapa sederhana hidup Rasulullah Muhammad saw. Sungguh bertolak belakang dengan jabatan dan gelar yang disandangnya. Dia adalah Nabi dan Rasul, kepala pemerintahan, imam besar, orator ulung, penakluk — yang oleh Lamertine dalam buku Histoire e la Turqui disebut pendiri 20 kerajaan dunia.
Dia pun seorang tokoh Quraisy yang sangat disegani. Namun, kedudukannya yang tinggi itu tidak menggodanya untuk hidup lebih dari sekadar cukup. Siti Aisyah meriwayatkan, ”Kadang-kadang sampai sebulan penuh terlewati tanpa api menyala di dapur kami. Kami hidup hanya dengan kurma dan air putih.”
Baca:
- Beginilah Saat Rasulullah SAW Berkhutbah
- Saat Rosululloh SAW Jadi Makmum Masbuk
- Al Jahiz, Ilmuwan Islam Cetuskan Teori Evolusi Seribu Tahun Sebelum Darwin
Air Mata Abdurrahman
Naufal bin Ayas meriwayatkan: Abdurrahman bin Auf adalah sahabat kami yang terbaik. Satu hari kami menemaninya bersama-sama pulang ke rumahnya. Ia lalu masuk dan mandi, setelah itu dihidangkan kepada kami satu piring besar roti dan daging. Ketika itu air matanya mulai mengalir. Kami bertanya mengapa dia menangis. Abdurrahman menjawab, ”Rasulullah dan keluarganya tidak pernah menikmati roti gandum yang halus seumur hidupnya. Aku tidak merasa apa yang kita nikmati secara melimpah sekarang ini sebagai sesuatu yang menyenangkan.”
Rasulullah selalu mengenakan pakaian yang sederhana. Tempat tidurnya pun sederhana. Beliau juga tak hanya makan sedikit dan sederhana. Bahkan, sering harus berpuasa, lantaran di rumah tak ada makanan yang bisa dimakan. Bila pagi hari bertanya kepada istrinya, Siti Aisyah, adakah sesuatu yang bisa dimakan hari ini, dan dijawab, ”Tidak ada, ya Rasulullah,” maka dia pun segera berkata, ”Kalau begitu aku berpuasa.” Kerendahan hati Rasulullah pun tak tertandingi. Banyak sekali riwayat yang menggambarkan kerendahan hati Rasulullah. Misalnya riwayat berikut ini:
Suatu hari Rasulullah dan rombongan sedang dalam perjalanan jauh. Ketika mereka berhenti di suatu tempat, seorang sahabat memutuskan untuk memotong seekor domba untuk dimasak. Lalu mereka pun membagi tugas: seorang yang akan menyembelih, seorang lagi mengulitinya, dan seorang yang lain akan memasaknya. Rasulullah bersabda, ”Aku akan mengumpulkan kayu bakar.”
Para sahabat berkata, ”Ya Rasulullah, biarlah kami yang akan melakukan hal itu.” Beliau menjawab, ”Aku tahu kalian dapat melakukannya, tapi aku tak ingin diperlakukan istimewa dari antara kalian.”
Siti Aisyah ditanya tentang apa yang dilakukan Rasulullah sehari-hari, dan dijawab, ”Rasulullah seperti kalian juga, mencuci bajunya sendiri, memerah susu kambing sendiri, dan mengurus diri beliau sendiri.”
Tak heran kalau sejarawan Barat terkenal, Edward Gibbon, mengatakan, ”Hal yang baik dari Muhammad ialah, beliau membuang jauh kecongkakan seorang raja. Rasul Allah itu melakukan kerja kasar di rumah; menyalakan api, menyapu lantai, memerah susu sapi, dan memperbaiki sendiri sepatu dan baju-baju wol beliau.” (Dikutip utuh dari republika.co.id)