KeuanganOpini

Reputasi Bank Anjlok, Ini Lima Saran Yang Harus Dilakukan

Reputasi bank menjadi hal esensial di dunia perbankan karena mempengaruhi penilaian publik terhadap pengelolaan bisnisnya yang berdampak pada tingkat kepercayaan masyarakat.

OLEH: JULIANA RAISSA HAFSARI *)

Mewujudkan reputasi yang baik adalah impian setiap bank, tentunya bank tidak ingin mengalami kerugian akibat reputasinya yang buruk.

Reputasi menjadi aset yang tidak berwujud namun substansial. Bank akan dikenal dengan adanya reputasi yang menjadi pembeda antara bank lainnya.

Namun, membangun dan mempertahankan reputasi tidaklah mudah sehingga dibutuhkan rencana dan strategi yang tepat dalam mengelolanya.

Seperti yang dikatakan Warren Edward Buffet, pengusaha terkaya di Amerika Serikat, “Butuh waktu 20 tahun untuk membangun reputasi dan hanya 5 menit untuk menghancurkannya”.

Aktivitas perbankan, baik internal maupun eksternal dapat menjadi sebuah persepsi dan interpretasi bagi masyarakat dan stakeholder.

Hal itu, menjadi peluang sekaligus tantangan yang mempengaruhi segi finansial dan non finansial lembaga perbankan.

Reputasi bank yang buruk akan membuat nasabah tidak tertarik untuk mengelola dan menyimpan dananya, bahkan nasabah akan berpindah ke bank lain yang dipercaya dapat mengelola dananya dengan baik. Sebaliknya, reputasi yang baik akan meningkatkan kinerja perbankan.

Kasus reputasi yang sedang hangat terjadi di Indonesia yaitu bank NTT (Nusa Tenggara Timur), yang sedang terancam karena penyebaran hoax atas produk digitalnya yang dibekukan oleh Bank Indonesia, sehingga menimbulkan anggapan negatif masyarakat di media online.

Stefanus Donny H. Heatubun, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT menanggap, “Surat dari Bank Indonesia tersebut bersifat pembinaan, bukan membekukan produk digital seperti mobile banking Bank NTT.”

“Yang tidak boleh itu menambah user. Kalau yang sudah eksis, silahkan digunakan. Kalau dibekukan kan semuanya nggak bisa, tapi faktanya tidak seperti itu kan?” tambahnya.

Ia juga menegaskan, yang beredar tidak sesuai dengan fakta. Hal tersebut akan mempengaruhi reputasi Bank NTT.

“Faktanya enggak kok. Hal itu biasa dalam melengkapi perizinannya. Isunya jangan ke mana-mana, nanti merugikan Bank NTT. Ini kan menyangkut reputasi juga. Kami sendiri menyayangkan yang sifatnya rahasia kenapa bisa muncul,” katanya.

Peristiwa tersebut mencerminkan adanya risiko reputasi yang dialami bank NTT sehingga berdampak pada kepercayaan masyarakat yang menurun dan respon negatif karena hal yang beredar di media online.

Risiko reputasi harus segera ditangani karena dampaknya akan mempengaruhi segala aspek perbankan, jika terus dibiarkan akan mengalami krisis.

Cara mengatasi reputasi yang terancam sebagai berikut;

1. Mengakui Kesalahan dan Transparan

Mengakui kesalahan menunjukkan sikap profesional perbankan dan dapat dijadikan sebuah evaluasi untuk pengelolaan selanjutnya. Jangan menutupi kesalahan dan menghindari dengan sifat defensif terhadap fakta di lapangan yang akan memperburuk reputasi.

Jika terjadi peristiwa yang tidak relevan dengan kenyataan, maka dapat melakukan klarifikasi seperti bank NTT, sehingga dapat meluruskan kesalahan persepsi.

2. Memanfaatkan Media Online

Media online adalah salah satu alternatif untuk komunikasi dua arah tanpa batas jarak dan waktu. komunikasi menjadi hal yang penting untuk menarik mata masyarakat jika dilakukan dengan etika berkomunikasi yang tepat untuk membangun reputasi positif perbankan.

Misalnya, dengan membalas komentar atau pesan singkat dapat membangun penilaian positif dan kepercayaan dari sisi pelayanan kepada nasabah.

Persepsi stakeholder lainnya juga dipengaruhi oleh informasi yang beredar di kalangan masyarakat atas perbankan tersebut. Sehingga respon positif nasabah sangat diperlukan perbankan sebagai pertimbangan bagi stakeholder untuk mengambil sebuah keputusan. Hal itu, akan membuat komunikasi antara bank dan nasabah akan terjaga.

3. Menerima Saran dan Kritik.

Nasabah akan merasa dihargai jika aspirasinya diterima dan ditanggapi dengan baik. Hal itu, juga bisa menjadi sebuah pertimbangan bank dalam memperbaiki kualitas produknya menyesuaikan dengan kebutuhan nasabah.

4. Membangun Loyalitas

Menjadi hal penting dalam membangun loyalitas terhadap nasabah agar tidak berpindah ke bank lain walaupun pada saat reputasi bank terancam.

Jika loyalitas nasabah sudah terbentuk, maka kemungkinan nasabah akan terus bertransaksi dan mendukung kegiatan bank dari mulut ke mulut, sehinga akan menjadi sebuah aset bagi perbankan dan dapat meningkatkan jumlah nasabah.

5. Manajemen Risiko Reputasi

Manajemen risiko reputasi menjadi hal yang penting untuk menjaga kredibilitas dan tetap mendapatkan atau mengembalikan persepsi positif baik stakeholder maupun masyarakat terhadap bank.

Mengikuti perkembangan yang terjadi di lingkungan untuk menyusun risiko-risiko apa saja yang kemungkinan akan terjadi lalu menyusun rencana dan strategi untuk mengatasi risiko reputasi tersebut.

Rencana dan strategi yang disusun juga harus memiliki keunikan agar tidak sama dengan pesaing lain, sehingga perbankan akan memiliki keunggulan kompetitif dari pesaing lain dan dapat mempertahankan posisinya. (**)

*) Penulis adalah Mahasiswa Universitas Ageng Tirtayasa (Untirta)

Iman NR

SELENGKAPNYA
Back to top button