Kesehatan

Angka Kasus Cacar Monyet Naik, Simak Cara Penularannya

Penyakit cacar monyet atau monkeypox menjadi perhatian setelah mencatatkan angka yang terus bertambah. Per 22 Oktober 2023, tercatat 7 kasus penyakit tersebut.

Rilis Biro Komunikasi dan Pelayanan Kementrian Kesehatan (Kemkes) yang dikutip MediaBanten.Com, Selasa (31/10/2023) menyebutkan, pasien terkonfirmasi Monkeypox adalah laki-laki usia produktif.

Mayoritas atau sekitar 71% adalah laki-laki berusia 25-29 tahun, sementara 29% di antaranya adalah laki-laki berusia 30-39 tahun.

Dari hasil penelusuran diketahui 6 pasien Monkeypox juga merupakan Orang Dengan HIV (ODHIV), dan memiliki orientasi Biseksual.

Kementerian Kesehatan bergegas melakukan upaya penanggulangan. Setidaknya ada 3 upaya yang dilakukan, di antaranya upaya surveilans, terapeutik dan vaksinasi.

Monkeypox pertamakali dilaporkan WHO pada Mei 2022 dengan pasien yang pernah melakukan perjalanan di Afrika.

Monkeypox adalah penyakit langka akibat infeksi virus monkeypox yang ditularkan melalui binatang.

Penyakit monkeypox disebabkan virus yang termasuk dalam kelompok Orthopoxvirus.

Virus ini awalnya menular dari hewan ke manusia melalui cakaran atau gigitan hewan, seperti tupai, monyet atau tikus yang terinfeksi virus monkeypox.

Monkeypox menyebar antarmanusia melalui percikan liur yang masuk melalui mata, mulut, hidung, atau luka di kulit.

Penularan juga bisa terjadi melalui benda yang terkontaminasi, seperti pakaian penderita. Namun, penularan antarmanusia membutuhkan kontak yang lama.

Monkeypox sendiri bukan merupakan penyakit baru, pada tahun 1958 pertama kali ditemukan kasus monkeypox pada koloni kera penelitian.

Berdasarkan laporan CDC/Centers for Disease Control and Prevention, update 13 Juni 2022, saat ini angka kasus konfirmasi sebanyak 1.678 dari 35 negara.

Gejala Monkeypox

Dikutip dari web RSAB Harapan Kita, dr Nanny Shoraya mengemukan gejala penyakit cacar monyet tersebut yang mempunyai waktu 6 – 21 hari sejak terjangkit. Monkeypox memiliki dua fase, yaitu prodromal dan erupsi.

Pada fase prodromal berlangsung selama 5 hari, dengan gejala seperti demam, sakit kepala, lemas, nyeri punggung/otot, pembesaran kelenjar getah bening yang ditandai dengan benjolan di leher, ketiak, atau selangkangan.

Pada fase erupsi muncul 3 hari setelah demam, terjadi ruam kulit awal berupa bercak kemerahan pada area wajah lalu menyebar ke bagian telapak, selaput mulut, selaput mata dan area alat kelamin.

Ruam /bercak kemerahan yang terbentuk biasanya diawali dengan bintik-bintik hingga berubah menjadi vesikel atau lenting, yaitu lepuhan kulit yang berisi cairan.

Dalam waktu beberapa hari, ruam akan berubah mengering membentuk kerak (keropeng) di kulit.

Perkembangan ruam mulai dari bintik hingga menjadi keropeng di kulit umumnya terjadi dalam waktu kurang lebih 10 hari.

Butuh waktu sekitar tiga minggu hingga seluruh k­eropeng pada kulit tubuh bisa mengelupas dengan sendirinya. Bila sudah tidak ada lenting baru itu merupakan salah satu petanda sudah tidak menularkan. (Rosyadi)

Editor Iman NR

Iman NR

SELENGKAPNYA
Back to top button