BMKG Ajak Masyarakat Panen Air Hujan, Apa Itu?
Pernah dengan panen air hujan? Kalimat itu terasa janggal, tetapi hal itu merupakan ajakan Dwikorita, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisik (BMKG).
“Mumpung saat ini hujan masih turun, maka kami mengimbau kepada seluruh masyarakat dan pemerintah daerah untuk melakukan aksi panen hujan dengan cara menampungnya dengan tandon air atau bak penampungan,” kata Dwikorita dalam rilis Humas BMKG yang dikutip MediaBanten.Com, Sabtu (18/2/2023).
Panen air hujan disebut sebagai langkah mitigasi musim kemarau. Sebab BMKG memprediksi musim kemarau tahun 2023 akan lebih kering dibandingkan periode 3 tahun terakhir atau 2020 – 2022.
“Pada saat kemarau nanti, air tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari guna mengantisipasi dampak kekeringan akibat musim kemarau. Utamanya daerah-daerah yang rawan kekeringan seperti Provinsi Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Nusa Tenggara Barat (NTB),” ujarnya.
Dwikorita menyebut, dalam waktu beberapa bulan yang akan datang, curah hujan dengan kategori intensitas rendah diprediksi dapat terjadi di beberapa wilayah Indonesia.
Sektor-sektor yang terdampak seperti sumber daya air, kehutanan, pertanian, dan kebencanaan, kata Dwikorita, perlu melakukan langkah antisipatif untuk meminimalkan potensi dampak kekeringan sebagai konsekuensi kondisi curah hujan rendah tersebut.
“Kondisi cuaca yang kering ini berpotensi mengakibatkan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Langkah pencegahan harus dilakukan semua pihak terkait sebagai bentuk mitigasi dan antisipasi,” imbuhnya.
Katanya, kondisi La Nina melemah dengan indek -0,61 pada awal Februari 2023 setelah 3 tahun mengakibatkan iklim basah. Melemahnya kondisi itu menyebabkan musim kemarau tahun 2023 diprediksi lebih kering.
Menurut web citarumharum.jabarprov.go.id, ada beberapa cara pemanenan air hujan disajikan sebagai berikut:
1. Sumur Resapan
Sumur resapan adalah lubang yang dibuat untuk meresapkan air hujan ke dalam tanah dan atau lapisan batuan pembawa air.
Saat ini telah berkembang berbagai jenis atau model dari sumur resapan, seperti sumur resapan saluran terbuka dan tertutup. Bagi masyarakat, sumur resapan dapat juga dibangun di pekarangan.
2. Kolam Pengumpul
Kolam pengumpul air hujan adalah kolam atau wadah yang dipergunakan untuk menampung air hujan yang jatuh di atap bangunan (rumah, gedung perkantoran atau industri) yang disalurkan melalui talang.
Pada prinsipnya kolam ini tidak jauh berbeda dengan Kolam Detensi, yang seharusnya memiliki sistem penyaringan dan pengolahan atau penyerapan tanah.
3. Lubang Biopori
Lubang resapan biopori lubang yang dibuat secara tegak lurus (vertikal) ke dalam tanah, dengan diameter 10 – 25 cm dan kedalaman sekitar 100 cm atau tidak melebihi kedalaman muka air tanah.
Secara teknis lubang biopori memiliki kesamaan dengan sumur resapan, hanya saja ukuran diameternya jauh llebih kecil. Inilah yang mungkin digunakannya istilah Biopori.
4. Rain Garden
Rain garden adalah taman dengan vegetasi yang didesain untuk mengumpulkan limpasan air hujan dan merupakan salah satu infrastruktur hijau yang terbukti efektif dalam mengelola limpasan air hujan di perkotaan.
Pada Taman AGS seluas 2.600 m2 tersebut, dibangun enam cekungan rain garden di bagian tengah taman dan beberapa cekungan memanjang pada tepian taman.
5. Paving Block Berpori (Porous Pavements)
Paving block dikenal di Indonesia sebagai material bangunan untuk tujuan perkerasan permukaan lahan. Sedangkan paving block berpori, adalah material perkerasan yang memiliki pori-pori, sehingga memungkinkan lebih banyak air hujan yang dapat meresap ke dalam tanah.
6. Penampungan Air Hujan Sederhana (Tong atau Kolam Tandon)
Sistem pemanenan air hujan yang paling sederhana adalah sistem yang lazim diterapkan sejak dahulu. Wadah air hujan dapat berupa kolam, tong atau wadah sejenis lainnya dengan peruntukan sebagai tempat penampungan air hujan. (INR)
Editor: Iman NR