Cara Bupati Lebak Minum Kopi Bikin Terperangah Petinggi Unila
Foto ini dikirim teteh saya, Ida Nurhaida yang kini Dekan FISIP Uiversitas Negeri Lampung (Unila). Rupanya tetehku “terperangah” dengan cara minum kopi Iti Octavia Jayabaya, Bupati Lebak yang kini menjalani jabatan pada periode kedua..
Iti menuangkan air kopi ke pisin atau “tatakan” cangkir dan diminum. Cara ini mengingatkan cara minum orang-orang pedesaan. Padahal Iti menjabat Bupati Lebak, jabatan tertinggi di kabupaten tersebut.
Cara minum tersebut itu dilakuian tanpa risih atau sungkan. Padahal saat itu Iti tengah menghadapi para petinggi dari Unila, di antaranya Rektor dan dekan.
Saya tidak bertanya apa kepentingan para petinggi Unila menemui Bupati Lebak. Kepada teteh, saya mengatakan, keluarga Baydatu (begitu saya memanggil keluarga besar ini) memang unik.
Beberapa aksi Iti pernah viral di jagat medsos. Antara lain memarahi bangunan tanpa izin dan menyalahi aturan di dekat daerah Baduy, memaki-maki sopir pengangkut pasir yang merusak jala-jalan di Lebak. Banyak lagi aksi yang mendapat perhatian nitizen.
Baca:
Suatu hari saya dan beberapa teman wartawan berkesempatan hadir saat makan siang Mulyadi Jayabaya, ayah Iti yang juga Bupati 2 periode sebelum Iti. Cara penyajian makan yang dihampar di karpet dan cara makan Jayabaya juga mengingatkan pada cara orang-orang pedusunan. Padahal itu dilakukan di Pendopo Bupati Lebak.
Catatan saya terhadap Mulyadi Jayabaya tentu lebih banyak ketimbang terhadap Iti Octavia.
Nama Mulyadi pertamakali didengar saya oleh almarhum Sopian, wartawan Sinar Pagi pada tahun 1985-an. Saat itu saya berkunjung ke rumah Sopian. Seorang lelaki datang mengemukakan keperluan ke Sopian karena akan membawa kayu ke Jakarta. Kata Sopian, lelaki itu keturunan Baydatu, lurah zaman dulu yang kondang.
Tahun-tahun berikutnya, lelaki ini menjadi petinggi di Gapeknas. Dan lama tak terdengar kabarnya hingga Sopian meniggal.
Saya teringat kembali nama itu ketika datang ke sebuah rumah di Warunggunung, Lebak bersama teman-teman wartawan. Di rumah itu seorang lelaki mengenalkan diri sebagai
Mulyadi Jayabaya dan mencalonkan diri menjadi Bupati Lebak.
Saat itu sistem pemilihan kepala daerah masih dilakukan di DPRD, bukan pemilihan langsung oleh rakyat seperti sekarang ini. Suara 45 anggota DPRD Lebak sangat menentukan kemenangan calon kepala daerah.
Ketika pemilihan berlangsung, Mulyadi Jayabaya menang telak atau mendapatkan mayoritas suara anggota DPRD. Suasana di ruang rapat paripurna terbuka penuh gempta.
Saya berdiri salah satu sudut di ruang depan rapat paripurna. Mulyadi Jayabaya keluar dari ruangan, langsung berpelukan dengan seorang lelaki yang saya tahu bernama Tubagus Cheri Wardhana atau terkenal dengan nama Haji Wawan, adik Atut Chosiyah. Atut saat itu masih menjabat Wakil Gubernur Banten.
Pelukan itu sangat lama, diiringi yel yel pendukung. Saya sempat melihat keduanya berlinang air mata. Yakin itu air mata kebahagiaan atas kemenangan tersebut.
Saya rasa pelukan seperti itu tak akan pernah terulang lagi.
Tapi cara minum kopi Iti Octavia tentu bisa disaksikan setiap Bapati Lebak ini menikmati seduhan tersebuti. (*)
Kami mengharap DONASI ANDA agar tetap bisa menghadirkan artikel berkualitas. Silakan klik tombol di bawah ini.