Hadapi Kemarau Ekstrim, Distan Banten Siapkan 1.012 Pompa Air
Dinas Pertanian (Distan) Banten menyiapkan 1.012 pompa air untuk mengantisipasi perubahan iklim yang menyebabkan bencana kemarau ekstrim yang berpotensi berpengaruh pada inflasi nasional.
Saiful Bahri, Kepala Bidang Bencana Pertanian Dinas Pertanian Provinsi Banten yang dihubungi MediaBanten.Com, Rabu (19/6/2024) membenarkan soal kesiapan pompa air yang kini tersebar di kabupaten dan kota.
Saiful Bahri membenarkan, antisipasi pompa air untuk mengatasi kemarau ekstrim itu sesuai dengan peringatan Presiden RI, Joko Widodo soal ancaman kekeringan karena suhu bumi yang semakin panas alam.
Perngatan Jokowi diucapkan dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi Tahun 2024 dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Award di Istana Negara, Jakarta Pusat, Jumat (14/6/2024).
Khusus para kepala daerah dalam pertemuan itu diminta untuk mewaspadai bencana kekeringan ekstrim yang bisa mengganggu inflasi nasional.
Presiden Jokowi mengatakan dalam satu tahun terakhir masyarakat Indonesia merasakan gelombang panas. Bahkan di India menyentuh 50 derajat Celcius dan di Myanmar 45,8 derajat Celcius.
Kata Saiful, Dinas Pertanian Provinsi Banten telah memiliki upaya untuk mengantisipasi kondisi tersebut, antara lain dengan menyediakan pompa air yang tersebar di Kabupaten dan Kota.
“Saat ini ada sebanyak 1.012 pompa air yang tersedia di seluruh Kabupaten dan kota se-Provinsi Banten,” katanya.
Pompa air tersebut nantinya bisa dimanfaatkan untuk pengairan di Banten apabila kondisi mengenai peringatan iklim tersebut benar terjadi.
Pompa tersebut merupakan tahap awal penanganan bencana kekeringan di Banten dan Distan sudah melakukan persiapan secara maksimal. “Persiapan harus 100 persen dilakukan guna antisipasi hal yang tidak diinginkan,” katanya.
Sebelumnya dampak fenomena El Nino di Banten, menurutnya, dapat terkendali dengan baik. Selama El Nino terjadi, pihaknya mencatat terdapat 4.000 hektar lahan pertanian di Banten yang merasakan dampak fenomena itu, 2.000 di antaranya mengalami gagal panen.
“Jumlah itu jauh lebih sedikit dibandingkan fenomena El Nino di tahun 2012 dan 2019 angka puso mencapai 10 ribu hektare,” katanya.
Terkendalinya situasi tersebut tidak terlepas dari upaya mitigasi bencana yang telah dilakukan mulai sekolah lapangan iklim hingga pemberian bantuan pompa air dan sumur bor. (Rosyadi)
Editor Iman NR