Kesemutan di Kepala, Apakah Berbahaya? Ini Penjelasannya

Kesemutan di kepala atau sensasi seperti tertusuk jarum biasanya terjadi di tangan, kaki, atau anggota tubuh lain. Namun, dalam beberapa kasus, kesemutan juga bisa muncul di area kepala, yang tentunya menimbulkan kekhawatiran. Apa penyebabnya dan apakah kondisi ini berbahaya?
Penyebab Kesemutan di Kepala
Tekanan pada Saraf
Kesemutan di kepala bisa terjadi akibat tekanan atau iritasi pada saraf yang bertugas mengantarkan sinyal sensorik ke kulit kepala. Misalnya, saraf oksipital yang berada di bagian belakang kepala dapat menyebabkan gejala ini jika terjepit atau teriritasi.
Migrain dan Sakit Kepala
Beberapa jenis sakit kepala, terutama migrain dengan aura, dapat menyebabkan sensasi kesemutan atau mati rasa di wajah dan kepala. Ini terjadi karena gangguan aktivitas listrik di otak yang memengaruhi jalur sensorik.
Neuropati Perifer
Kondisi ini melibatkan kerusakan saraf perifer akibat diabetes, kekurangan vitamin B12, infeksi, atau konsumsi alkohol berlebihan. Meskipun umumnya terjadi di tangan dan kaki, gejala bisa menjalar ke area kepala dalam kasus tertentu.
Kondisi Psikologis (Stres dan Kecemasan)
Stres berat atau gangguan kecemasan dapat menyebabkan hiperventilasi (napas cepat dan dangkal) yang memicu sensasi itu bisa di berbagai bagian tubuh, termasuk kepala dan wajah.
Multiple Sclerosis (MS)
MS adalah penyakit autoimun yang menyerang sistem saraf pusat. Salah satu gejala awalnya bisa berupa kesemutan atau mati rasa. Kondisi ini perlu diagnosis dan penanganan medis segera.
Cedera Kepala atau Leher
Trauma pada tulang belakang leher atau cedera otak ringan dapat memengaruhi sistem saraf dan menimbulkan sensasi abnormal seperti kesemutan.
Selain itu, bila mengalami kesemutan hanya terjadi sesekali, berlangsung singkat, dan tidak disertai gejala lain, kemungkinan besar tidak berbahaya. Namun, jika disertai pusing, penglihatan kabur, lemas, sulit bicara, atau berlangsung lama, sebaiknya segera periksa ke dokter.
Hal itu bisa disebabkan oleh faktor ringan seperti stres hingga kondisi serius seperti gangguan saraf. Penting untuk memperhatikan frekuensi, durasi, dan gejala penyerta agar bisa ditangani dengan tepat.
Editor: Abdul Hadi