Edukasi

Mahasiswa Untirta Telusuri Jejak Sejarah di Situs Lawang Abang

Sebongkah bangunan yang diyakini bekas pintu gerbang di tepi Sungai Cibanten, tampak tegak berdiri. Bangunan itu oleh masyarakat sekitar dinamai Lawang Abang.

Lawang artinya pintu dan abang bermakna merah. Mungkin dahulunya bangunan itu berwarna merah atau ada makna lain, namun yang pasti benda yang jika dilihat dari fisiknya masuk kategori benda cagar budaya itu diprediksi ada sejak abad XV.

Tertarik dengan informasi adanya struktur bangunan yang diduga memiliki nilai sejarah di Kampung Pangkalan Nangka, Desa Kenari, Kecamatan Kasemen, Kota Serang itu belasan mahasiswa jurusan pendidikan sejarah FKIP Untirta Banten. Rabu (4/12) melakukan orientasi dan kajian arkeologi di kawasan itu.

Memeriksa Nisan

Tak hanya meneliti bangunan Lawang Abang, mahasiwa juga memeriksa deretan nisan kubur atau makam bermotif unik, yang diyakini berasal dari Aceh. Mahasiswa juga mengindentifikasi sejumlah struktur bangunan yang terbuat dari susunan batu bata merah.

Secara umum bangunan itu selalu mengelilingi beberapa komplek makam dengan bentuk dan ukuran batu nisan yang sangat unik. Batu nisan itu bisa dipastikan berbahan batu andesit yang dipahat secara halus dan teliti.

Beberapa nisan berdiri di atas makam dengan panjang di atas rata-rata itu berjirat, yang menandakan strata sosial. Makam-makam yang umumnya dikelilingi struktur bangunan bata merah itu tersebar di atas beberapa bidang tanah yang berbentuk “pulau” atau biasa disebut hunyur.

Salah seorang dosen pendidikan sejarah Untirta, Arif Permana Putra mengungkapkan, pengenalan orientasi kajian arkeologi bagi mahasiswa itu sangat penting, untuk dijadikan bahan diskusi. Dia berharap langkah ini nantinya akan menguatkan identitas ke-Bantenan bagi mahasiswa.

Kunjungan Mahasiswa

“Program kunjungan mahasiswa untuk pengenalan sejarah Islam di Banten ini akan dibakukan, agar mahasiswa mengenal lebih jauh soal sejarah Islam di Banten,” ungkap Arif.

Aslikah, salah seorang peserta kajian arkeologi mengaku sangat terpukau dengan bentuk bangunan yang ada di kawasan itu. Menurutnya, perlu ada langkah dan kebijakan strategis untuk menyelamatkan benda-benda bersejarah itu.

“Mungkin yang harus diperhatikan adalah kajian yang lebih mendalan dan pengembangan serta pelestarian. Benda-benda itu membuktikan adanya peradaban Islam yang modern di sini,” paparnya.

Arkeolog sekalugus sejarawan asli Banten yang mendampingi mahasiswa dan dosen Untirta, DR. Ali Fadhillah menegaskan, situs itu sangat penting tidak hanya bagi mahasiswa namun juga bagi stakeholder yang menangani sejarah dan benda-benda bersejarah.

“Jika melihat fakta-fakta yang ada, maka antara Banten dan Aceh ada hubungan ekonomi dan politik pada akhir abad XVI. Mungkin juga gerbang yang dinamai Lawang Abang itu dahulunya adalah dermaga tempat bersandarnya kapal-kapal niaga. Ini perlu kajian dan penelitian yang lebih intensif. Saya harap, kampus (Untirta, red) segera berkoordinasi dengan BPCB (Balai Pelestarian Benda Cagar Budaya, red),” pungkasnya.(Rukman Nurhalim Mamora)

Iman NR

SELENGKAPNYA
Back to top button