MSF Gelar Loka Karya Soal Keracunan Metanol di Faskes
Medecins Sans Frontieres (MSF) atau Dokter Lintas Batas melatih 53 petugas kesehatan dari Jakarta mengenai manajemen kasus keracunan metanol di fasilitas kesehatan (Faskes).
Pelatihan itu dilakukan pada tanggal 11 – 12 Oktober 2023 di Kemang, Jakarta Selatan, demikian rilis MSF yang dikutip MediaBanten.Com, Senin (16/10/2023).
Metanol (CH3OH) merupakan alkohol berbahaya yang dapat ditemukan di berbagai produk rumah tangga dan industri.
Paparan metanol dapat menyebabkan keracunan yang dapat menyebabkan gangguan metabolisme parah, kehilangan penglihatan, gangguan saraf yang berkepanjangan, bahkan kematian.
Sayangnya, keracunan alkohol berbahaya adalah salah satu keadaan darurat medis yang terabaikan; hal ini terjadi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Jika melihat data dalam dua dekade terakhir, Indonesia menjadi negara dengan jumlah laporan kasus terkonfirmasi dan suspek keracunan metanol terbanyak di dunia.
Hal ini menunjukkan bahwa keracunan alkohol berbahaya ini merupakan kedaruratan medis yang penting bagi kesehatan masyarakat di Indonesia.
Sejak tahun 2017, lebih dari 200 insiden keracunan metanol di Indonesia yang dicatat oleh tim MSF. Namun jumlah total kasus yang dilaporkan mengenai orang-orang yang dikonfirmasi atau dicurigai keracunan metanol mungkin lebih dari 1.100, dan lebih dari 700 orang di antaranya meninggal dunia.
Namun MSF hanya mencatat kasus-kasus yang teridentifikasi dalam laporan berita, jadi angka ini mungkin masih terlalu rendah dibandingkan skala sebenarnya dari masalah kesehatan masyarakat ini.
Jumlah sebenarnya kasus keracunan metanol di Indonesia mungkin jauh lebih tinggi, sehingga menekankan adanya kebutuhan mendesak untuk meningkatkan pelaporan dan pengawasan serta pelaporan upaya kesehatan masyarakat.
Ini juga untuk meningkatkan kesadaran dan meningkatkan pencegahan, serta upaya untuk memperkuat diagnosis tepat waktu dan manajemen medis pada pasien-pasien ini di fasilitas pelayanan kesehatan.
Dr Roger Teck, Direktur MSF Indonesia, menjelaskan, MSF di Indonesiasedang melaksanakan proyek E-Hub (Emergency Hub), sebuah proyek peningkatan kapasitas untuk kesiapsiagaan dan tanggap darurat.
Ini dirancang, direncanakan dan dilaksanakan bekerja sama dengan Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan.
Program peningkatan kapasitasnya juga mencakup darurat medis akibat keracunan metanol.
“Dengan mengadakan lokakarya ini, kita dapat belajar bersama dan berbagi tentang alat-alat yang berguna untuk diagnosis dan pengelolaan kondisi darurat medis yang lebih baik dan tepat waktu yang sering kali menyerang beberapa orang sekaligus dalam satu dan bahkan mungkin mempengaruhi seluruh keluarga yang terpapar pada sumber metanol yang sama,” kataya.
MSF mendukung Kementerian Kesehatan Indonesia dalam mengembangkan dan melaksanakan kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi risiko kesehatan dan menanggapi dampak bencana alam dan penyebab krisis kesehatan lainnya.
Melalui Proyek Pusat Peningkatan Kapasitas untuk Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat (E-Hub), MSF ingin meningkatkan kesadaran, mendukung pencegahan dan memperkuat praktik medis untuk keracunan metanol sebagai keadaan darurat medis yang terabaikan, yang seringkali membunuh secara tragis, membutakan dan melumpuhkan individu dan anggota keluarga bahkan seluruh kelompok masyarakat.
Eva Susanti, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan menyambut baik komitmen MSF untuk berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan dalam memperkuat pencegahan dan penanganan keracunan metanol.
“Lokakarya hari ini yang difasilitasi oleh MSF akan meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan yang menjadi garda terdepan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat yang lebih luas, sehingga para tenaga kesehatan dapat melakukan deteksi, pencegahan dan pengendalian serta pengobatan keracunan metanol di Indonesia,” katanya.
Dalam lokakarya ini, MSF Indonesia mengundang Dr Knut Erik Hovda, dokter spesialis pengobatan perawatan intensif dan toksikologi klinis dari Rumah Sakit Universitas Oslo di Norwegia, untuk berbagi keahliannya tentang keracunan metanol.
Pengalamannya yang luas, termasuk intervensi darurat dengan MSF, memungkinkannya memandu diskusi mengenai prosedur diagnostik, pilihan pengobatan, dan penilaian prognosis.
Selain itu, para peserta mengeksplorasi pentingnya kesiapsiagaan darurat dan mendiskusikan kemungkinan mengembangkan pedoman khusus yang disesuaikan dengan konteks Indonesia.
Dalam lokakarya tersebut, para peserta juga mendapatkan wawasan untuk berbagi tentang wabah keracunan metanol nasional yang dramatis baru-baru ini di Iran selama respons terhadap COVID-19 karena meningkatnya penggunaan dan konsumsi metanol di pembersih tangan.
Diskusi ini menyoroti pengakuan bahwa masih banyak upaya yang perlu dilakukan di Indonesia untuk meningkatkan kesadaran di kalangan petugas kesehatan dan masyarakat.
Sangat penting biaya diagnosis dan pengobatan keracunan metanol ditanggung oleh BPJS Kesehatan untuk memastikan akses terhadap pengobatan yang menyelamatkan nyawa ini bagi semua orang dengan posisi metanol, yang semuanya terpapar secara tidak sengaja tanpa sepengetahuan mereka.
Dengan membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, lokakarya ini bertujuan untuk memberdayakan para profesional layanan kesehatan agar dapat merespons kasus keracunan metanol secara efektif. Hal ini tidak hanya memastikan pengobatan yang cepat bagi individu yang terkena dampak tetapi juga membantu meningkatkan kesadaran tentang bahaya keracunan metanol di masyarakat, sehingga berpotensi mencegah insiden di masa depan dan menyelamatkan nyawa. (Cici Riesmasari – LO PR MSF Indonesia)
Editor Iman NR