Perspektif Buku “What Is Thing Called Knowledge ?”
Pernahkah berpikir mengenai definisi pengetahuan? Bagaimana sebuah pengetahun terbentuk dan diyakini sebagai sebuah kebenaran? dan Bagaimana struktur pengetahuan itu terbentuk? Jika pernah berpikir mengenai hal tersebut, saya memberikan rekomendasi untuk membaca sebuah buku yang berjudul “What is Thing Called Knowledge?” karya Duncan Pritchard edisi keempat.
OLEH: RAHMAT KUSHARYADI *)
Buku ini memiliki 247 halaman, dan 20 bab yang terbagi menjadi 5 bagian, yaitu: pertama mengkaji tentang “What is Knowledge?”. Kedua, “Where Does Knowledge Come From?.
Ketiga,“What Kinds of Knowledge Are There?”. Keempat,”How Can The Theory of Knowledge be Applied to Particular Domains?” dan yang terakhir, “Do We Have Any Knowledge?”.
Buku ini ditujukan untuk dosen, mahasiswa, dan guru serta orang yang tertarik dengan filsafat ilmu.
Dalam setiap pembahasannya, buku ini tidak hanya menjelaskan sebuah teori namun juga diberikan contoh empirik sehingga pembaca dapat memahami teori yang dimaksud dengan mudah.
Meskipun terkadang contoh yang diberikan tidak sesuai dengan budaya di Indonesia sehingga ketika kita membaca akan kaget dengan contoh yang diberikan oleh penulis buku.
Buku ini juga memposisikan pembaca agar lebih bijak dalam memahami pengetahuan, karena pada buku ini disajikan berbagai macam pendapat dari berbagai sudut pandang sehingga pembaca dapat menarik kesimpulan agar lebih bijak dalam memahami pengetahuan itu.
Bahasa yang digunakan dalam buku ini juga perlu direfleksikan kembali dengan makna dari kalimat tersebut. Karena beberapa bahasa yang digunakan sulit dipahami sehingga pembaca buku perlu kembali membacanya berulang – ulang kali.
Sebagai orang yang baru pertama kali membaca buku ini, buku ini sangat berat namun sisi positifnya adalah buku ini dapat memberikan gambaran secara detail sehingga si pembaca benar – benar memaknai bahasan yang dimaksud oleh penulis buku.
Sebagai contoh, penulis buku mencoba memberikan pemahaman kepada pembaca buku dalam membedakan pengetahuan apriori dan empiris.
Penulis buku mendefinisikan pengetahuan apriori sebagai suatu pengetahuan yang diperoleh hanya dengan merenungkan kata – kata terlibat dan tanpa melakukan penyelidikan dunia.
Sebaliknya pengetahuan empiris sebagai pengetahuan yang diperoleh dengan melakukan penyelidikan dunia.
Dalam bahasa yang digunakan oleh penulis buku, ketika ia menggambarkan makna dari pengetahuan apriori ia memberikan contoh dengan menggunakan kalimat “Sebuah bujangan belum menikah”.
Tidak hanya itu, dalam guyonannya ia menggambarkan pengetahuan apriori sebagai sebuah pengetahuan yang dalam memahami makna dalam kalimat tersebut hanya dengan duduk manis dalam sebuah kursi.
Begitupun sebaliknya ia menggambarkan pengetahuan empiris sebagai sebuah pengetahuan yang dalam memhami maknanya tidak bisa bisa dengan duduk manis dalam sebuah kursi namun perlu ada tindakan.
Sebagai contoh dalam memahami makna dari sebuah kalimat “ Inggris terletak di Benua Eropa” ia menggambarkan perlu ada penyilidikan dunia seperti melihat atlas.
Buku ini memiliki pembahasannya yang saling berkaitan dan tidak memiliki gap antar bab sehingga si pembaca akan memahami secara kompeherensif bacaan di setiap babnya. Sehingga dalam memahami makna bahasan ia akan paham sebaik mungkin. (**)
*) Penulis merupakan alumni Uhamka S1 studi Pendidikan Matematika. Saat ini, penulis merupakan mahasiswa program Master program studi Pendidikan Matematika di Universitas Pendidikan Indonesia. Karya ilmiah terakhir dipublikasi berjudul “Depicting Epistemological Obstacle in Undersranding The Concept of Sequence and Series”.