Pengembangan kompetisi sepakbola di Banten diharapkan menggunakan sistem Football Development atau Periodesasi. Demikian disampaikan Sekretaris Jendral (Sekjen) Persatuan Sepakbola Indonesia (PSSI), Ratu Tisha, saat mengahadiri kongres PSSI Banten 2018 di Hotel Ratu, Kota Serang, Sabtu (3/2/2018).
Sistem Football Development memungkinan atlet memiliki waktu untuk latihan dan bertanding secara maksimal. “Tidak boleh jadwal bertanding dipadatkan, satu bulan atau dua bulan selesai. Harus dilakukan dalam waktu yang panjang, itulah sistem football development, karena itulah yang memebedakan PSSI dari lainnya. Apalagi kita bertanggung jawab terhadap pembinaan,” ucap Ratu Tisha kepada MediaBanten.Com.
Sekjen PSSI Pusat mengemukakan, ada lima kompetisi di Indonesia antara lain kompetisi U-23, U-17, U-15, U-13 dan Piala Pertiwi. Selain kompetisi Piala Pertiwi, keempat kompetisi harus berhenti (kick off) pada bulan April dan merampungkan seluruh target pada bulan September dan Oktober. Dengan cara ini, para pemain memasuki pada kancah nasional.
Dia berharap, Asprov Banten mematuhi jadwal waktu (time line) tersebut untuk kepentingan kompetisi sebakbola. Apabila kompetisi di Banten melampau bulan April, maka klub sepakbola di Banten tidak bisa maksimal mengikuti kompetisi tingkat nasional. Hal itu tidak akan bisa menyaingi provinsi yang sudah berjalan dengan baik dan dalam waktu lama.
Baca: Kadispora: Pembangunan Sport Centre Butuh Dukungan PSSI Banten
“Mari dikawal time line-nya, jumlah pertandingannya. Satu klub itu harus bertanding sekurang-kurangnya 12 kali pertandingan, sebelum mereka mencapai pada kancah nasional. Kalau hanya bermain 3 atau 4 kali tidak akan pernah bisa bersaing di nasional. Mengenai programnya, semoga Asprov Banten bisa mematuhi standarisasi PSSI tersebut,” ucapnya.
Saat ini PSSI menargetkan menjadi konsorsium Asosiasi Federation Football (AFF) untuk membidik World Cup 2034. Target tersebut mencakup target bisa lolos Piala Dunia tahun 2030 dan tahun 2024 sat digelarnya Olimpiade. Ajang Olimpiade merupakan pembuktian pertama, apakah Indonesia bisa masuk pada Piala Dunia 2034. Persiapannya ditentukan pada tahun 2026 atau 8 tahun sebelum ajang tersebut digelar.
“Saat ini program PSSI ditahun 2018, sedang Fokus pada 2 kompetisi U-17 dan U-15. Hal ini dilakukan lantaran usia ini kelak akan bertanding di tahun 2024 mendatang mewakili Indonesia, untuk lolos Olimpiade, dan apabila Olimpiade lolos, maka mimpi kita lolos Piala Dunia 2030 akan menjadi kenyataan,” ucap Ratu Tisha.
Ratu Tisha pada saat mengambil FIFA Master di Swiss, ternyata persebakbolaan Indonesia dijadikan studi kasus. “Negara kita menjadi satu-satunya yang menjadi studi kasus didalam satu mata kuliah selama satu semester yang bernama football and humanity, atau kultur sepakbola yang berhubungan dengan kebangsaan,” ujarnya.
Persepakbolaan di Indonesia telah dikupas oleh 24 negara selama satu semester. Hasilnya, mereka kagum kepada Indonesia tanpa ada sindiran atau kecaman terhadap kondisi sepakbola Indonesia yang tengah dialami. Penyebabnya adalah sepakbola Indonesia tetap ada (eksis) dan bertahan di tengah berbagai kesulitan dan dapat menunjukan jalannya sendiri. (Ofi)