News

SMA Muhi Gelar Nonton Bareng Film Jejak Langkah 2 Ulama

SMA Muhi menggelar kegiatan nonton bareng film yang bertajuk Jejak Langkah 2 Ulama. Kegiatan tersebut digelar di Grha AS Sakinah pukul 08.00 WIB usai upacara Hari Pahlawan.

Nonton bareng ini diikuti oleh seluruh siswa kelas X dan XI yang berjumlah 750 siswa. Setiap siswa diwajibkan untuk membuat rangkuman materi sesuai isi dari film tersebut.

Kepala sekolah SMA Muhi, Drs.H. Herynugroho M.Pd  membuka kegiatan itu dan mengingatkan kepara para siswa untuk meneledani kisah yang ada di dalam film Jejak Langkah 2 Ulama.

Dia mengatakan pesan utama film tersebut adalah ‘Memahami perbedaan dan menjunjung persamaan’.

“Kalimat ini kemudian dijadikan gambaran keseluruhan dari film jejak langkah 2 ulama. Tokoh utama dalam film ini adalah KH.Achmad Dahlan dan Kiayi Hasyim Asyari,” ungkapnya.

Lembaga Seni Budaya dan Olahraga PWM DIY, Eka Wuryanta mengatakan, bahwa salah satu orang yang berkontribusi dalam pembuatan film ini adalah alumni SMA Muhi yang bernama Sukriyanto, yang saat ini menjabat sebagai Ketua LBO PP Muhammadiyah.

“Darwis dan Hasyim, dua pemuda yang cerdas dalam mencari ilmu. Mereka bertemu dan belajar bersama di Kyai Sholeh Darat, keduanya kemudian ‘terbang’ dan mengamalkan ilmunya,” katan Eka.

Dia menambahkan, Darwis memutuskan untuk berdakwah di Yogyakarta sedangkan Hasyim di Jombang. Menghadapi tantangan masing – masing, mereka terus berjuang untuk agama dan masyarakat.

Film tersebut disampaikan kepada generasi muda Indonesia supaya bisa meneladani sikap dan perilaku keduanya. Pada zaman milenial ini, mengedukasi melalui film lebih mudah daripada harus bertutur dengan berbusa – busa.

Dalam proses pembuatan film tersebut, diambil dari 4 lokasi syuting yang berbeda yakni di Yogyakarta, Jombang, Kediri dan Bangkalan.

Film yang bertajuk Jejak Langkah 2 Ulama berdurasi 2 jam 45 menit. Film ini sangat antusias untuk ditonton oleh para siswa yang hadir. Agar lebih jelas, lampu Grha As Sakinah SMA Muhi dimatikan.

Jejak Langkah 2 Ulama ini dikisahkan bahwa pondok pesantren milik Darwis di Yogyakarta dirobohkan dan pondok pesantren Hasyim di Jombang dibakar.

Kedua peristiwa tersebut digambarkan sebagai fase perjuangan terberat mereka, berbagai macam cobaan yang mereka alami.

Kemudian, menjelma menjadi KH Ahmad Dahlan yang mendirikan Muhammadiyah dan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari yang mendirikan Nahdatul Ulama.

Muhammadiyah dan Nahdiatul Ulama saat ini menjadi pilar kekuatan NKRI. Pada masa perjuangan kemerdekaan, Pasukan Perang Sabil dan Pasukan Hizbullah Bersatu bersatu untuk mengusir Belanda dan Inggris pada 20 November 1945.

Film kolaborasi LSBO dengan Pondok Pesantren Tebireng yang diproduksi tahun 2019 ini menjadi film wajib untuk ditonton seluruh masyarakat Indonesia khususnya siswa Muhammadiyah

(Yusron Ardi Darmawan / Editor: Abdul Hadi)

Abdul Hadi

SELENGKAPNYA
Back to top button