Pemerintah Indonesia akan membangun sebuah Training Center (TC) atau pusat latihan di kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN) guna mendukung persepakbolaan Tanah Air.
Hal tersebut disampaikan Presiden Jokowi saat meninjau Kawasan 1B, Ibu Kota Nusantara, Kabupaten Penajam Paser Utara, Jumat (24/2) lalu.
Kepala Negara juga mengungkapkan bahwa akan terdapat delapan lapangan sepak bola di kawasan IKN.
“Lapangan sepak bolanya PSSI ini akan segera dikerjakan dan diharapkan selesai tidak lebih dari satu tahun,” tutur Jokowi, dikutip dari PSSI, Selasa (28/2).
Lebih lanjut, kata Jokowi, pembangunan training center lapangan sepak bola itu dibiayai oleh FIFA (Federasi Sepakbola Internasional).
Kepala Negara juga menilai bahwa hal tersebut merupakan bukti kepercayaan internasional terhadap pembangunan IKN.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum PSSI Erick Thohir dan dua Exco PSSI, yakni Juni Rachman dan Muhammad turut hadir dalam kunjungan ke IKN tersebut.
“Terima kasih Pak Presiden, kami bersama dengan Exco PSSI, sebuah kehormatan luar biasa, Bapak sudah memutuskan pembangunan TC di tengah kota,” tutur Erick.
“Kami pastikan akan selesai segera karena dana dari FIFA sudah disiapkan. Kalau berkenan nanti Shin Tae-Yong akan kami bawa juga ke sini untuk melihat,” lanjutnya.
Selain itu, Presiden jokowi memaparkan sebanyak 22 stadion sepak bola di Tanah Air pun telah diaudit dan dievaluasi oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
“Sesuai dengan perintah saya kepada Menteri PU untuk mengaudit stadion sepak bola kita, ada 22 stadion,” ucapnya.
Jokowi juga menuturkan bahwa 22 stadion tersebut adalah stadion yang memiliki risiko tinggi untuk menggelar Liga Satu, Liga Dua, dan Piala Dunia U-20 tahun 2023.
“22 Stadion dengan kapasitas kurang lebih 20 ribu penonton dengan risiko tinggi selama Liga Satu dan Liga Dua dan juga untuk Piala Dunia U-20 tahun 2023,” tuturnya.
Dari hasil audit dan evaluasi tersebut, Jokowi menyampaikan terdapat 5 stadion yang dinilai rusak berat sehingga 4 di antaranya perlu direhabilitasi dan 1 stadion perlu dibongkar.
Editor: Abdul Hadi
