Kesehatan

Wah, Angka Penderita Stunting Kota Tangerang Terendah di Banten

Meski angka stunting paling rendah di Banten, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang memberikan perhatian khusus untuk meningkatkan status gizi penderita stunting, khususnya pada masa 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).

Dini Anggraeni, Kepala Dinkes Kota Tangerang memaparkan perhatian khusus tersebut mulai dari kandungan hingga usia 12 tahun dan masa Balita yang disebut sebagai masa emas pertumbuhan dan perkembangan anak.

“Ini sesuai dengan Peraturan Wali kota Tangerang nomor 87 tahun 2019 tentang Penanggulangan Masalah Gizi,” kata Dini anggraeni, Kepala Dinkes Kota Tangerang, Senin (8/11/2021).

Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa angka stunting pada balita di Kota Tangerang sebesar 19,1%, paling rendah di Provinsi Banten.

Angka ini turun menjadi 16,4% berdasarkan hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2019, dimana data untuk provinsi Banten sebesar 23,4%.

“Untuk target angka penurunan stunting di Kota Tangerang kita kejar dibawah angka target nasional 14 persen di tahun 2024,” ungkap Dini.

Menurutnya, pemenuhan gizi bagi anak agar tidak terjadi stunting diperlukan peran semua elemen serta kesadaran orangtua dalam pemenuhan gizi seorang anak.

Upaya penanggulangan stunting ini dilakukan pula bersama lintas OPD melalui aksi konvergensi penurunan stunting untuk melaksanakan intervensi sensitif yang biasanya dilakukan oleh sektor di luar sektor kesehatan.

Dalam hal intervensi spesifik yang dilakukan oleh sektor kesehatan, di setiap Puskesmas kini tersedia Pos Gizi sebagai sarana edukasi dan perubahan perilaku keluarga balita dan bergerak memantau warga yang kekurangan gizi.

Inovasi “Laksa Gurih” (Tatalaksana Gizi Buruk agar Segera Pulih) juga dilakukan untuk mendampingi balita yang mengalami gizi buruk agar cepat membaik status gizinya dan mencegah terjadinya stunting bila dalam jangka panjang tidak segera diintervensi.

Sebagai upaya pencegahan penderita stunting sejak dini, dibuat pula inovasi “Yuk Jaim” (Yuk Jadi Remaja Anti Anemia) berupa edukasi gizi seimbang, pencegahan anemia dan distribusi Tablet Tambah Darah bagi remaja puteri.

Kata Dini, pada masa kehamilan, ibu hamil juga dihimau untuk memeriksakan kehamilan secara rutin dan dipantau melalui aplikasi “EMAK IDEP” (Sistem Informasi Kehamilan Terintegrasi dan Terpadu).

Dalam aplikasi ini diberi edukasi melalui kelas ibu hamil termasuk mengenai gizi seimbang, persiapan Inisiasi Menyusu Dini saat melahirkan dan pemberian ASI eksklusif.

“Dukungan dari ayah juga diperlukan selama masa pemberian ASI sehingga dibentuk kelas bagi para ayah seperti di puskesmas Larangan Utara dalam bentuk Kelompok Ayah Peduli ASI (KAPAS), serta berbagai inovasi lain yang dapat mendukung pemenuhan gizi khususnya pada remaja, ibu hamil dan balita sebagai upaya pencegahan dan penurunan stunting,” tandasnya. (Reporter: Eky Fajrin / Editor: Iman NR)

Iman NR

Back to top button