Ekonomi

Dipasarkan Via Medsos, Perajin Tenun Baduy Kewalahan Order

Setelah dipasarkan melalui media sosial, perajin tenun Baduy Luar malah kewalahan untuk memenuhi order.

“Kami sangat terbantu memasarkan produk kain tenun melalui media sosial,” kata Ambu Sani (22) seorang perajin tenun Baduy di Kampung Kadu Ketug Kabupaten Lebak, Jumat (28/7/2023).

Pemasaran lewat media sosial sendiri melalui Twitter, Youtube, Instagram, juga aplikasi Lazada, Marketplace, Telkom.com, Shopee dan Lebak Niaga. com.

Selama ini, media sosial secara online dinilai cukup membantu untuk pemasaran kain tenun Badui.

“Kami merasa kewalahan melayani permintaan dari luar daerah, bahkan dari Bali melalui media sosial itu,” kata Ambu Sani menambahkan.

Menurut dia, para perajin kain tenun di sini hampir sebagian besar menggunakan media sosial.

Pemasaran secara online jangkauan cukup luas juga mampu meningkatkan omzet pendapatan ekonomi masyarakat Badui.

“Kami bisa menghasilkan omzet sekitar Rp10 juta/bulan melalui media sosial itu,” katanya menjelaskan.

Begitu juga Ambu Munah. Perajin tenun Baduy berusia 55 tahun ini mengaku sejak dua tahun terakhir ini permintaan kain tenun Badui meningkatkan dari 15 potong menjadi 20 potong dengan pendapatan Rp5 juta /pekan.

Harga kain tenun Badui dijual antara Rp250 ribu sampai Rp300 ribu/potong.

”Kami banyak juga pelanggan melalui media sosial juga ada dari Sumatera,” katanya menjelaskan.

Begitu juga perajin tenun lainnya di Kampung Baduy, Neng (50) mengaku memasarkan secara online dapat membantu peningkatan pendapatan ekonomi dan banyak menerima pesanan dari berbagai daerah.

“Kami menjual produk secara online dapat menghasilkan peningkatan omzet,” kata Neng (45) yang merahasiakan omzet pendapatan bulanan.

Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak, Abdul Waseh mengatakan, pemerintah daerah memiliki tenaga Informasi Teknologi ( IT) digitalisasi untuk memberikan pelatihan kepada pelaku usaha kerajinan untuk menjualkan produknya melalui media sosial secara online.

Pelatihan itu, lanjutnya, diharapkan mereka bisa membuat aplikasi blog hingga mengupload produk kerajinan ke digitalisasi.

Saat ini, kata dia, pelaku usaha masyarakat di Kabupaten Lebak yang memasarkan produknya secara online sekitar 10 persen dari 59 ribu.

Karena itu, pemerintah daerah setiap tahun memberikan pelatihan digitalisasi pada pelaku usaha, termasuk kerajinan masyarakat Baduy.

“Saya kira pemasaran secara online sangat membantu untuk meningkatkan omzet pendapatan mereka,” kata Waseh. (Mansyur Suryana – LKBN Antara)

Editor Iman NR

*) Berita ini merupakan kerjasama diseminasi LKBN Antara dengan MediaBanten.Com.

Iman NR

Back to top button