HeadlineLingkungan

Bendungan Sindangheula Diminta Transparan Soal Banjir Kota Serang

Direktur Eksekutif Rekonvasi Bhumi, Nana Prayatna (NP) Rahadian meminta pengelola Bendungan Sindangheula di Kecamtan Pabuaran, Kabupaten Serang untuk transparan terhadap kondisi debit air Sungai Cibanten saat terjadinya banjir yang mengepung Kota Serang, mengakibatkan 5 orang meninggal dan 3.500 orang mengungsi.

“Ironi kan. Satu tahun diresmikan Pak Presiden RI, mendadak Kota Serang terjadi banjir besar yang tak pernah dialami. Tidak salah juga kalau ada pihak yang menyalahkan Bendungan Sindangheula sebagai penyebab banjir tersebut karena berada di Sungai Cibanten,” katanya.

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang fokus pemberdayaan lingkungan ini bersepakat kalau Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Cibanten dari hulu dan hilir mengalami kerusakan dan terjadi perubahan landscape yang mempengaruhi tata air daerah tersebut.

Curah hujan juga merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan banjir yang mengepung Kota Serang.

“Tetapi tidak salah jika ada pihak yang mempertanyakan, bukankah Bendung Sindangheula salah satu fungsinya adalah mengendalikan banjir. Faktanya, Kota Serang belum pernah terjadi banjir yang dialami seperti Selasa (1/3/2022). Jadi mana fungsi pengendali banjir dari Bendung Sindangheula?,” ujar NP Rahadian.

Saat peresmian Bendung Sindangheula oleh Presiden RI, Joko Widodo disebutkan, bendung ini di antaranya berfungsi mengendalikan banjir sebesar 50 meterkubik per detik.

Karena itu, LSM Rekonvasi Bhumi meminta pegelola Bendung Sindangheula untuk transparan atas informasi kondisi debit air pada saat terjadi Kota Serang dikepung banjir.

Kewenangan pengelolaan Bendung Sindangheula berada di Kementrian PU RI, khusus di bawah Balai Besar Wilayah Sungai Ciujung Cibanten Cidurian (BBWSC3). Namun hingga sekarang BBWSC3 belum memberikan keterangan apa pun soal debit air tersebut.

Disebut Walikota Serang

Walikota Serang, Syafrudin saat mengumumkan penetapan status tanggap darurat bencana di Kota Serang, Selasa (1/3/2022) menyebut soal Bendung Sindangheula memberikan kontribusi terhadap peristiwa banjir yang pernah terjadi di kota ini (Baca: Banjir Kota Serang: Lima Meninggal dan 3.500 Orang Mengungsi).

“Selain curah hujan, Kali Cibanten mengalami pendangkalan. Cibanten merupakan tanggung jawab Satker C3 (BWSC3 – Red). Saya sudah beberapa kali mengusulkan untuk dinormalisasi tapi sampai sekarang belum ada,” katanya.

Walikota merinci, lokasi yang terdampak banjir berjumlah 43 lokasi. Korbannya 1.500 kepala keluarga dengan 3.500 orang dan 5 orang meninggal dunia.

Syafrudin menjelaskan, lima orang meninggal dunia tersebut 3 orang merupakan anak-anak yang terseret arus. “Jadi 5 orang meninggal, 3 hanyut anak-anak, 1 kesetrum dan 1 lagi terkena longsor,” jelasnya.

Dia menceritakan ketika meninjau lokasi banjir Kota Serang, bahkan ada keluarga yang terisolir di atas genting.

“Di Kasemen itu jam 2 ada yang masih di atas genteng. Tapi setelah dievakuasi jam 4 sudah bisa turun,” ujarnya.

Syafrudin mengaku, banjir sebesar ini baru pertama kali terjadi di Kota Serang, paling biasanya di beberapa titik saja dan itu tidak tinggi kedalamannya.

“Januari saja pas hujan gede paling genangannya 60 Cm, tapi ini pertama kali hampir semua kecamatan terdampak,” katanya.

Bendungan Multifungsi

Bendungan Sindangheula terletak di Kabupaten Serang, Banten. Bendungan ini dibangun pada alur Sungai Cibanten di perbatasan Desa Sindangheula, Kecamatan Pabuaran dan Desa Sayar, Kecamatan Taktakan.

Bendungan ini diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 4 Maret 2021. Bendungan ini memiliki kapasitas tampung 79,3 juta meter kubik dan luas genangan mencapai 115 hektare.

Bendungan ini disebut memiliki multifungsi antara lain pengairan irigasi, pasokan air bersih dan pengendalian banjir.

Pembangunan Bendungan Sindang Heula dimulai pada tahun 2015 dan konstruksinya selesai pada 2018.

Pengalihan aliran dari Sungai Cibanten sebagai sumber air bendungan dikerjakan pada Juli 2017. Galian pondasi bendungan dimulai pada Agustus 2017, dilanjutkan dengan pekerjaan timbunan yang selesai pada Desember 2018.

Bendungan ini dikerjakan oleh PT PP dan PT Hutama Karya (Persero) dengan total biaya sebesar Rp 458 Miliar.

Bendungan Sindang Heula memiliki fungsi utama untuk sarana irigasi dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

Fungsi lainnya adalah sebagai sarana budidaya perikanan air tawar, sarana olahraga air, sarana rekreasi, dan lain sebagainya.

Bendungan ini difungsikan sebagai pusat pengairan untuk mengairi daerah irigasi (DI) seluas lebih dari 1.280 hektar di Kota Serang.

Selain itu, bendungan ini juga bermanfaat sebagai pengendali banjir sebesar 50 meter kubik/detik, penyedia air baku sebesar 0,80 meter kubik/detik, dan pembangkit tenaga listrik sebesar 0,40 MW. (Editor: Iman NR)

Iman NR

Back to top button