Tausyiah

Berbagai Jenis Solat Sunah dan Perbedaan Pelaksanaanya

Solat sunah dikatagorikan dua bagian, yaitu jenis solat sunah yang ditunaikan harus pada waktunya dan solat sunah didasarkan pada penyebab.

Demikian dikemukakan KH Matin Syarkowi, Pimpinan Ponpes Al Fathaniyah dalam Jurnalis Mengaji Lan Masyarakat di Ponpes Fathaniyah, Tengkele, Kelurahan Tembong, Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang, Senin malam (3/10/2022).

Jurnalis Mengaji Lan Masyarakat dilandaskan pada pada Kitab Biyadul Mujtahdi karya Ibnu Rusyd atau dikenal di Eropa dengan nama Averroes. Kitab itu membahas perbandingan mazhab dalam berbagai perbedaan dan persamaannya.

KH Matin Syarkowi merinci, jenis solat sunah berdasarkan waktu adalah solat sunah rawatib, tahajud, witir, duha, tarawih, idul fitri dan idul adha.

Sedangkan solat berdasarkan ada sebab adalah solat sunah hajat, istikhoroh, istisqo, gerhana dan jenazah.

Dalam solat sunah berdasarkan penyebab ini juga masuk solat sunah mutaqdim atau penyebab yang mendahului seperti solat sunah wudu dan tahiyatul masjid. Solat sunah muqorin atau penyebab dan pelaksanaan solat dibarengkan adalah solat gerhana dan istiqo.

Solat sunah didasarkan penyebab juga mengenal solat sunah mutaakhir atau penyebab muncul belakangan, seperti solat istikhoroh dan tobat.

Pelaksanaan solat sunah memiliki perbedaan dari dari masing-masing ulama mujtahid, khususnya soal solat sunah yang dilaksanakan malam hari, termasuk solat tahajud.

Imam Malik dan Imam Syafii berpendapat, solat sunah sebaiknya dilaksanakan dua rokaat, dua rokaat hingga semampunya dilaksanakan. Solat itu dengan satu salam. Kecuali untuk solat witir boleh dilakukan satu rokaat.

وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا : أَنَّ النَّبِيَّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( صَلاةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى ، فَإذَا خِفْتَ الصُّبْحَ فَأَوْتِرْ بِوَاحِدَةٍ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Solat malam itu dua rakaat salam, dua rakaat salam. Maka apabila engkau takut masuk waktu Shubuh, hendaklah melakukan witir satu rakaat.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 1137 dan Muslim, no. 749]

Sedangkan Imam Abu Hanifah menyebutkan, solat sunah dilaksanakan sesuai jumlah yang diinginkan dengan satu salam. Misalnya 2, 3, 4, 8 atau jumlah yang diinginkan dengan satu salam. Tak ada tasyahud awal, hanya tasyahud akhir.

Hadis Nabi saw riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah r.a.

قَالَتْ عَائِشَةُ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي مِنْ اللَّيْلِ ثَلاَثََ عَشْرَةَ رَكْعَةً يُوتِرُ مِنْ ذَلِكَ بِخَمْسٍ وَلاَ يَجْلِسُ فِي شَيْئٍ مِنْهُنَّ إِلاَّ فِي آخِرِهِنَّ. [رواه البخاري ومسلم]

Artinya: “Aisyah r.a. berkata: Pernah Rasulullah saw solat malam tiga belas raka’at, beliau berwitir lima raka’at dan beliau tidak duduk antara raka’at-raka’at itu melainkan pada akhirnya.” [HR. al-Bukhari dan Muslim]

“Perbedaan itu pelaksanaan solat sunah antara ulama mujtahid mutlak merupakan rahmat bagi umat. Silakan dipilih cara yang paling cocok dan disesuikan dengan kekuatan tubuh dalam melaksanakannya,” kata KH Matin Syarkowi.

KH Matin Syarkowi juga mengingatkan agar muslimin tidak mudah mencap bidah, mengharamkan sesuatu, mencaci maki kaum yang berbeda dalam tata cara pelaksanaannya.

“Selama perbedaan itu memiliki dasar yang kuat dan telah dijelaskan oleh para ulama mujtahid multak dan ulama-ulama besar lainnya, maka boleh dilaksanakan. Kecuali memang perbuatan yang tak ada dasar sama sekali,” ujarnya. (Jurnalis Mengaji / Editor: Iman NR)

Iman NR

Back to top button