HeadlineLingkungan

Ini Kisah Warga Menyelamatkan Diri Dari Banjir Bandang di Lebak

Ratusan warga Kampung Nangela, Desa Calungbungur, Kecamatan Sajira, dibuat kaget begitu rumah mereka didatangi air luapan Sungai Ciberang pada pagi hari.

Sejam setelah air masuk, luapan air semakin besar sehingga membuat warga lari tunggang langgang ke hutan.

Amdan, warga Calungbungur, bercerita, air Sungai Ciberang masuk ke rumahnya sekitar pukul 07.00 WIB pada Rabu (1/1). Air awalnya setinggi setengah meter.

“Air setengah meter itu masuk ke rumah. Kita sekeluarga bangun, kita ungsikan barang-barang ke lokasi yang lebih tinggi, kaya kulkas, TV, sama lemari-lemari,” ujar Amdan saat berbincang di Sajira, Lebak, Banten (2/1/2020).

Keruh dan Berlumpur

Airnya keruh dan berlumpur. Tidak lama, sekitar sejam kemudian, tiba-tiba luapan air semakin besar dan membawa material lumpur dan kayu menghancurkan rumah miliknya.

Akibatnya, warga kaget dan berlarian. Karena akses jalan ke lokasi aman tidak bisa dilalui, warga berlarian ke hutan untuk menyelamatkan diri.

“Waktu lari bawa motor doang itu pun lewat hutan, jalan keputus air, warga banyak di hutan, pada teriak-teriak suruh naik ngehindari air sungai,” lanjutnya.

Barang-barangnya yang sempat diangkut pun hanyut terbawa banjir bandang. Ia dan istrinya lari demi menyelamatkan diri.

Air Selutut

Warga lain, Ruhiyat, asal Kampung Susukan, Desa Bungurmekar, menceritakan hal yang sama. Awalnya, air selutut masuk ke rumahnya pada pukul 07.00 WIB. Ia sempat membantu tetangga mengevakuasi barang-barang.

Sejam kemudian, air luapan semakin besar dan merusak rumahnya yang tak jauh dari aliran Sungai Ciberang. Tak ada barang-barang yang sempat ia selamatkan karena panik dan lari menyelamatkan diri.

“Air gede langsung naik. Nggak ada satu pun yang selamat. KTP, kartu BPJS, TV, kulkas, sampai kartu ATM nggak kebawa. Air masuk, tiba-tiba makin gede,” ujarnya.

Untungnya, warga sekampung bisa menyelamatkan diri. Sebab, saat air mulai masuk ke rumah, sebagian besar warga sedang menyelamatkan barang-barang.

“Pokoknya kalau mau diceritain sedih, rumah hilang, rumah tetangga pada hancur,” kata Ruhiyat, yang saat ini tinggal di posko pengungsian di gedung PGRI Kecamatan Sajira. (Rivai)

Iman NR

SELENGKAPNYA
Back to top button