Sahabat Nabi Yang Punya Selera Humor Tinggi
Sahabat Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam, Nu’aiman memiliki selera humor yang tinggi sehingga siapa pun yang berada di dekatnya mudah tertawa bahagia.
Nu’aiman bin Amr bin Rafa’ah, Dia berasal dari kota Madinah, termasuk golongan Anshar.
Karakter yang dimiliki sahabat Nabi Muhammad yang satu ini, memiliki karakter jenaka dan kerap usil mampu membuat Rasulullah tertawa.
Bahkan sahabat Rasulullah yang lain tidak bisa menahan ketawanya ketika bertemu dengan Nu’aiman.
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda terkait sifat Nu’aiman.
“Nu’aiman akan masuk surga sambil tertawa, karena dia sering membuatku tertawa”
Suatu hari Nu’aiman diajak oleh Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq untuk pergi ke Negeri Syam.
Sebelum keberangkatannya, Abu Bakar Ash-Shiddiq mendatangi Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam, untuk memohon izin mengajak kedua sahabatnya ikut berdagang dengannya.
“Ya Rasulullah, saya ingin meminta izin untuk mengajak dua sahabat ikut berdagang ke Negeri Syam, yakni Nu’aiman dan Suwaibith bin Harmalah”ujar Abu Bakar.
Kemudian diizinkan mereka oleh Rasulullah untuk berpergian. Sesampainya di Negeri Syam, Semua dibagikan tugasnya masing-masing.
Suwaibith bin Harmalah ditugaskan untuk menjaga perbekalan, karena dia dikenal sebagai orang yang sangat amanah.
Saat Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq sedang pergi berdagang dan Suwaibith menjaga perbekalan.
Nu’aiman menghampiri Suwaibith di waktu siang, mengatakan bahwa dirinya telah merasa lapar.
“Wahai Suwaibith, aku sudah lapar, berikanlah aku sepotong roti untuk aku makan saat ini” ujar Nu’aiman.
Namun permintaan tersebut tidak diwujudkan oleh Suwaibith, karena dirinya yang begitu kuat mengemban amanah, memilih menunggu Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq datang.
“Berikan aku sepotong roti atau kau akan kuberikan pelajaran,”ujar Nu’aiman.
Namun tetap, Suwaibith bersikukuh menjaga amanah dari Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq dan tidak memberikan sepotong roti itu kepada Nu’aiman.
Kemudian, sahabat Nabi yang memiliki selera humor tinggi ini, bergegas pergi ke pasar, berusaha untuk mencari tempat yang menjual hamba sahaya.
Saat Nu’aiman berhasil menemukan penjual yang dimaksud, dia langsung menanyakan satu persatu dari hamba sahaya tersebut, ternyata berkisar dari harga 100 hingga 300 dirham.
“Aku juga punya hamba sahaya, namun hanya aku jual 20 dirham,murah” ujar Nu’aiman kepada salah satu pedagang tersebut.
Mendengar pernyataan dari Nu’aiman tersebut, pedagang itu tak lantas percaya karena harganya sangat murah.
Nu’aiman menjelaskan, hamba sahaya miliknya itu murah karena memiliki aib, minus atau kecacatan.
Dimana dia takkan mengaku sebagai hamba sahaya dan selalu menyebut dirinya sebagai orang merdeka.
Hingga akhirnya semua orang berkumpul untuk membeli hamba sahaya yang dimaksud oleh Nu’aiman.
Ternyata, Nu’aiman mengarahkan mereka kepada Suwaibith yang tak lain adalah sahabatnya sendiri.
Akhirnya, Nu’aiman berhasil mendapatkan uang 20 dirham, setelah dirinya menjual sahabat sendirinya.
“Aku bukan hamba sahaya, Aku orang merdeka!” teriak Suwaibith.
“Kami sudah tahu kekuranganmu.”ujar salah satu pedagang.
Mereka menangkap Suwaibith terus menghiraukan teriakan darinya lantas membawa Suwaibith dan menjualnya ke pasar.
Selepas itu, Nu’aiman menjadi orang yang memegang uang banyak.
Dia menggunakannya untuk membeli makanan, minuman, hingga hadiah untuk Rasulullah.
Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq kembali setelah berdagang dan kebingungan karena dirinya tak menemukan Suwaibith di manapun.
Dengan mudahnya dan penuh kejujuran, Nu’aiman mengatakan, sudah saya jual, wahai Abu Bakar.
Lantas hal tersebut membuat Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq tertawa dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.
Nu’aiman menceritakan semuanya secara detail hingga titik dimana Suwaibith akhirnya dia jual.
Sayyidna Abu Bakar Ash-Shddiq langsung bergegas ke pasar dan membeli kembali Suwabith, hingga dia bebas kembali sebagai orang yang merdeka.
Sepulangnya mereka ke Madinah, kisah ini diceritakan kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam.
Kemudian Rasulullah, tertawa sejadi-jadinya hingga gigi geraham Nabi Muhammad, tampak terlihat jelas di depan para sahabat.
Hingga setahun berlalu dari kisah tersebut, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam, selalu menceritakan ulang kisah Nu’aiman kepada siapapun tamu yang datang kepadanya.
(Dari Berbagai Sumber / Editor: Abdul Hadi)