Internasional

Serangan Israel Meningkat, RS di Gaza Dipenuhi Pasien Luka Parah

Sejak gencatan senjata yang sangat sebentar di Jalur Gaza, Palestina, runtuh pada tanggal 1 Desember. Serangan udara dan darat pasukan Israel mengakibatkan ratusan orang tewas dan terluka yang memenuhi rumah sakit (RS) di Gaza.

Dua RS di Gaza yang didukung oleh Medecins Sans Frontieres (MSF) atau Dokter Lintas Batas, Al Aqsa di Wilayah Tengah dan Nasser di selatan Jalur Gaza tempat staf MSF Palestina dan internasional bekerja dan tinggal, hampir tidak mampu menangani kedatangan pasien.

“Kami mendengar pengeboman di sekitar kami, siang dan malam,” kata Katrien Claeys, Ketua Tim MSF di Wilayah Tengah Gaza dalam siaran pers LO MSF Indonesia yang diterima MediaBanten.Com, Rabu (6/12/2023).

Tim MSF mendukung petugas kesehatan setempat dalam merawat orang-orang yang mengalami luka akibat ledakan dan luka bakar.

“Dalam 48 jam terakhir, lebih dari 100 orang tewas dan lebih dari 400 orang terluka tiba di ruang gawat darurat rumah sakit Al-Aqsa. Beberapa pasien segera dibawa untuk dioperasi,” ujarnya.

Ketika pasien yang terluka memenuhi RS di Gaza, layanan yang merawat orang-orang yang kondisinya tidak mengancam jiwa harus diturunkan prioritasnya.

“Kami melihat pasien dengan tanda-tanda infeksi dan jaringan nekrotik, karena balutan luka mereka belum diganti selama berhari-hari dan terkadang berminggu-minggu,” kata Claeys.

Tim MSF telah mendirikan unit pembalut luka sementara di rumah sakit Al Aqsa untuk memberikan penanganan luka kepada pasien dengan luka kronis, atau cedera akibat kecelakaan di rumah atau akibat serangan sebelumnya.

Rumah sakit Nasser di Khan Younis, tempat tim MSF memberikan perawatan bedah kepada pasien yang mengalami trauma dan luka bakar, kini berada pada titik puncaknya karena pasien baru terus menerus berdatangan.

“Rumah sakit ini menerima banyak pasien yang terluka parah hampir setiap jamnya,” kata Chris Hook, koordinator medis MSF di Khan Younis.

“Dengan situasi di rumah sakit – tidak ada lagi ruang yang tersedia – ini sungguh situasi yang mengerikan. Semua orang benar-benar khawatir tentang apa yang akan terjadi selanjutnya,” ujarnya.

Perintah Pindah

Ketika serangan udara dan darat Israel bergerak ke selatan, masyarakat di beberapa lingkungan di Wilayah Tengah dan Khan Younis telah diperintahkan untuk mengungsi lebih jauh ke selatan, menuju Rafah di sepanjang perbatasan Mesir.

MSF harus menghentikan bantuan medis kami ke klinik Martir dan Beni Suhaila, karena klinik tersebut berlokasi di daerah yang berada di bawah perintah evakuasi.

Setiap hari, pihak berwenang Israel memerintahkan lingkungan baru untuk dievakuasi, meminta orang-orang untuk pindah ke kota lain, lebih jauh ke selatan,” kata seorang anggota staf MSF yang mengungsi di Khan Younis.

Bahkan selama gencatan senjata, orang tidak diizinkan kembali ke utara ke rumah mereka. Hanya tiga atau empat lingkungan yang masih dapat diakses dan semuanya sudah penuh sesak.

Mayoritas dari 1,8 juta pengungsi internal di Jalur Gaza mencari perlindungan di selatan Gaza. Mereka hidup dalam kondisi yang memprihatinkan.

Banyak warga sipil telah mengungsi beberapa kali sejak 7 Oktober. Mereka tidak punya tempat tujuan karena tidak ada tempat yang aman.

Mendapatkan akses terhadap layanan penting, termasuk layanan kesehatan, menjadi tantangan yang sangat besar bagi masyarakat di selatan Gaza. Pembatasan pergerakan yang ketat, yang diberlakukan oleh pasukan Israel dan penembakan serta pemboman besar-besaran yang terus berlanjut, menghalangi orang untuk mencari bantuan medis tepat waktu, sekaligus menghambat kapasitas tim kami untuk merespons.

Kembali ke rumah sakit Nasser, jumlah pengungsi meningkat lagi sejak Sabtu lalu, dengan tempat penampungan baru didirikan di setiap sudut tempat parkir. Banyak orang yang tidur di lantai di samping fasilitas medis.

“Dalam serangan militer yang telah berlangsung berminggu-minggu, dan yang berlangsung sebentar, kecepatan dan skala pemboman terus meningkatkan kebrutalan yang terjadi”, kata Hook.

Hampir dua juta orang tidak mempunyai pilihan. Satu-satunya solusi adalah gencatan senjata yang segera dan berkelanjutan serta pasokan bantuan yang tidak terbatas ke seluruh jalur Gaza. (Cici Riesmasari – LO MSF Indonesia)

Editor Iman NR

Iman NR

SELENGKAPNYA
Back to top button