HeadlinePolitik

Pilkada Serentak: Pertarungan Sengit Antara Dinasti di Banten

Setiap kali momen Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Banten, selalu muncul kekuatan dinasti yang merupakan kata lain dari oligarki politik. Dinasti ini selalu “memenangkan pertarungan” dalam berbagai gelaran Pilkada di Banten.

Dinasti utama atau terbesar adalah Trah Rawu yang diinisiasi Chasan Shochib (almarhum), kemudian muncul dinasti lainnya seperti Trah Jayabaya dari Kabupaten Lebak, Trah Aat Syafaat (Almarhum) di Cilegon, Trah Dimyati Natakusumah di Kabupaten Pandeglang dan Trah Ismet Iskandar di Kabupaten Tangerang.

Peneliti Politik dari UsPolitica, Uday Suhada kepada MediaBanten.Com, Minggu (13/10/2019) mengatakan, para oligarki politik di Banten itu memiliki jaringan yang dipelihara dan kekuatan uang untuk menghasilkan suara dalam era demokrasi (Pemilu) bagi pemenangan Pilkada.

“Dari hasil pengamatan Us Politica, setiap dinasti akan menyiapkan penerus bagi keberlangsungan kekuasaan di daerah yang ditargetkan. Hitungannya adalah setiap lima tahun dan 10 tahun yang merupakan batas kekuasaan dari kepala daerah terpilih,” kata Uday Suhada.

Pada tahun 2020, Banten menggelar Pilkada Serentak untuk Kabupaten Pandeglang, Kota Cilegon, Kabupaten Serang dan Kota Tangerang Selatan. Pilkada Serentak 2020 tidak terlepas dari para pemegang trah dinasti. Mereka sudah menyiapkan jago-jagonya untuk berlaga, sekaligus mempertahankan kekuasaan.

Baca:

Pilkada Kabupaten Pandeglang

Namun yang paling menarik adalah “pertarungan” di Pilkada Kabupaten Pandeglang. Pasalnya, trah Jayabaya yang berbasis di Kabupaten Lebak mengajukan calonnya untuk bertarung di Pilkada Pandeglang. Tentu saja, langkah ini membuat Trah Dimyati merasa terganggu, karena trah Dimyati berbasis di Kabupaten Pandeglang. Ini tercermin dari pernyataan orang dari kedua trah melalui media cetak mapun media online.

Bagi warga Banten secara umum, Trah Jaya Baya atau dikenal JB memiliki basis terbesar suara di Kabupaten Lebak. Pada Pilkada di Pandeglang, Trah JB bakal direpresentasikan anaknya, Dian Jayabaya atau Mochamad Nabil Jayabaya.

Trah Dimyati Natakusumah akan diwakili istrinya yang sekaligus petahana, Irna Narulita. Dimyati merupakan politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Sedangkan istrinya tercatat sebagai kader Partai Demokrat. Begitupun anaknya, Rizki Aulia Rahman Natakusumah yang menjadi anggota DPR dari partai berlambang bintang merci atau Partai Demokrat.

Trah Rau yang merupakan kekuatan terbesar masih belum menentukan kandidat yang akan dimajukan di Pilkada Pandeglang maupun di Kota Tangsel. “Sepanjang pengetahuan Us Politica, Trah Rau tidak pernah mengajukan calon untuk Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang. Demikian juga dengan wilayah Cilegon. Mungkin penerusnya sekarang masih menghormati kesepakatan-kesepakatan yang pernah dilakukan para pendahulu,” kata Uday.

Menurut Uday Suhada, keberadaan tiga trah keluarga tersebut dalam kontestasi politik di Pandeglang akan menarik untuk disimak. “Dalam situasi saat ini, sikap Kelompok Rau (Ratu Atut) akan jadi salah satu penentu. Apakah akan menyokong JB atau memperkuat Dimyati. Sebab hingga saat ini belum ada tanda-tanda memunculkan sosok yang berasal dari keluarganya (Ratu Atut),” katanya.

Di Atas Kertas

Menurut Uday, dalam perhitungan di atas kertas, pada level partai politik (parpol), Irna memiliki modal kuat di kursi legislatif dengan adanya dukungan dari PKS yang kini memiliki enam kursi di DPRD Pandeglang. Kemudian Partai Demokrat juga memiliki jumlah kursi yang sama.

Namun langkah Irna untuk mendapatkan dukungan dari Partai Demokrat bakal menemukan kendala. Lantaran, Ketua DPD Demokrat Banten merupakan putri dari JB, Iti Octavia Jayabaya.

Sedangkan dari Trah Jayabaya, Dian maupun Nabil kemungkinan besar akan diusung oleh PDIP, memiliki modal lima kursi legislatif di DPRD Kabupaten Pandeglang. “Partai Golkar ada tujuh kursi yang masih belum bersikap. Komunikasi politik nampaknya akan terus dibangun dengan DPD Partai Golkar Banten,” katanya.

Uday menjelaskan, untuk membaca dan mengetahui kekuatan peta politk Trah Rau bisa dilihat dari rekam jejak pilkada sebelumnya. Pada tahun 2010, saat itu Erwan Kurtubi bersama Heryani (istri Chasan Sohib sekaligus Ibu Ratu Atut), berhadap-hadapan dengan Irna-Apud Mahfud, hasilnya Irna tumbang.

Kemudian di Pilkada 2015. Irna menggandeng Tanto Warsono Arban sebagai wakilnya, yang notabene menantu Ratu Atut, dan akhirnya memenang Pilkada.

Meski begitu, jangan dilupakan keberadaan parpol yang belum menentukan sikap seperti PKB yang mengantongi enam kursi legislatif. Catatan menarik untuk PKB datang dari salah satu kadernya, Thoni Fathoni Mukson, yang pernah menegaskan akan melawan Irna Narulita dalam Pilkada. Selain PKB, masih ada partai lain seperti PPP yang mengantongi lima kursi, PAN tiga kursi, PBB satu kursi, dan Perindo satu kursi.

Ada juga Gerindra dengan raihan tujuh kursi legislatif di DPRD Pandeglang. Seperti halnya PKB, Ketua DPD Gerindra Banten, Desmon J Mahesa pernah menyatakan, akan melawan patahana dalam Pilkada Serentak di Banten, terutama di Pilkada Pandeglang.

“Tinggal kita lihat dalam beberapa waktu ke depan, bagaimana sikap Partai Golkar dan siapa yang akan disokong,” jelasnya. (IN Rosyadi)

Iman NR

SELENGKAPNYA
Back to top button