Terlihat Sepele, Siapa Sangka Kulit Manggis Bisa Jadi Sumber Cuan

Setiap musim panen buah manggis biasanya orang-orang kerap menikmati buah dagingnya saja. Yang pada akhirnya kulit manggis selalu berakhir di tempat sampah.
Menurut data Badan Pusat Statistik pada tahun 2023 total produksi buah manggis di Indonesia mencapai 397.175 ton.
Oleh: Asyifa Najmah Patria – Prodi Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta*)
Tanpa disadari, kulit buah ini menyusun sekitar 70-75 % berat buah, menjadikan limbahnya sangat melimpah.
Artinya, ratusan ton limbah kulit buah ini dihasilkan setiap tahunnya di Indonesia. Padahal kulit manggis menyimpan potensi yang luar biasa untuk dimanfaatkan.
Mulai untuk dikonsumsi sebagai makanan, minuman, obat herbal, kosmetik, bahkan kulit buah ini bisa digunakan sebagai pembersih lantai.
Begitu banyaknya olahan dari manggis maka buah manggis disebut sebagai Queen Of Fruit. Walau terlihat sepele, kulit buah ini bisa membuka peluang baru untuk menuju jalan agribisnis yang bernilai tambah dan berbasis zero waste.
Para petani buah manggis umumnya hanya fokus pada buahnya atau hanya dijual murah ke pengepul. Sementara itu, kulit buah ini dibiarkan saja menjadi limbah, dibuang ke kebun, menumpuk di selokan hingga mencemari lingkungan.
Substansi kulit buah ini bersifat lambat terurai, artinya jika dibuang sembarangan dapat mencemari air, menimbulkan bau, dan menjadi tempat berkembang bakteri.
Alhasil, potensi yang dimiliki kulit buah ini seringkali diabaikan begitu saja, dan belum dimaksimalkan sebagai sumber pendapatan tambahan.
Konsumen pun sama halnya dengan petani yang masih kurang dalam memanfaatkan kulit buah ini. Hal tersebut bisa disebabkan karena minimnya pengetahuan, teknologi, dan akses ke pasar untuk inovasi olahan limbah dari kulit buah ini.
Rahasia Zat Aktif di Balik Warna Ungu
Masalah ini menyimpan peluang untuk kulit manggis. Limbah yang selama ini dibuang sembarangan justru memiliki kandungan aktif yang bisa menjadi peluang besar bagi kesehatan.
kulit buah ini mengandung senyawa flavonoid yang di dalamnya mengandung senyawa fenol untuk menghambat pertumbuhan metabolisme pada bakteri.
Lalu senyawa tanin pada kulit manggis juga memiliki fungsi tergantung dengan konsentrasinya. Apabila konsentrasi tanin rendah maka kulit buah ini dapat menghambat bakteri tumbuh dalam tubuh kita.
Sedangkan, apabila konsentrasi tanin tinggi maka senyawa tanin sebagai antimikroba dalam tubuh kita.
Kemudian senyawa saponin pada kulit buah ini membantu untuk memusnahkan bakteri dan jamur yang menyerang tubuh kita.
Selain itu, senyawa xanthone pada kulit buah ini juga mengandung zat senyawa antioksidan pada tubuh.
Dengan teknologi pengolahan dan pelatihan, yang sebelumnya dianggap limbah sampah bisa diubah menjadi produk yang bernilai tinggi.
Dari Sampah Jadi Rupiah: Inovasi Olahan Kulit Manggis
Berbagai kandungan aktif yang terdapat pada kulit manggis dapat membuka peluang untuk dikonsumsi ataupun pemakaian.
Beberapa hasil olahan kulit manggis. Pertama, kulit buah ini diolah menjadi pembersih lantai. Penelitian yang dilakukan di Bogor oleh Humaira dan Srikandi pada tahun 2020 berhasil mengolah limbah kulit manggis menjadi pembersih lantai.
Dari 556 gram ekstrak (8,6 %) menghasilkan omzet hampir Rp 33.95 juta hanya dengan skala rumah tangga. Kandungan antibakterinya ampuh untuk membunuh mikroorganisme penyebab penyakit ISPA.
Kedua, kulit manggis diolah menjadi minuman herbal. Minuman herbal ini menjadi ramuan untuk meningkatkan imun dalam tubuh.
Ketiga, kulit manggis diolah menjadi kosmetik dan perawatan kulit. Ekstrak kulit manggis dapat digunakan sebagai produk kecantikan, terutama pada wajah.
Kandungannya efektif untuk anti-inflamasi (untuk jerawat), anti-aging, juga melindungi kulit dari radikal bebas penyebab penuaan dini.
Selanjutnya, bisa dikembangkan menjadi produk-produk untuk masker, toner, hingga sabun wajah yang alami serta ramah lingkungan.
Menariknya, tren konsumen terhadap produk kecantikan berbahan alami terus mengalami kenaikan.
Menurut data yang diperoleh dari Grand View Research, pasar kosmetik natural global mencapai USD 31,84 miliar pada tahun 2023, dan diproyeksikan terus tumbuh setiap tahun.
Keempat, kopi dari kulit manggis. UMKM di Tasikmalaya berhasil menciptakan kopi dari kulit manggis. Bagi kalangan pecinta kopi tentu menarik perhatian mereka.
Selain rasanya unik dan berbeda dengan kopi pada umumnya, tentu memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh karena kandungan antioksidannya pada tubuh.
Kelima, cookies dari kulit manggis. Di Subang, masyarakat diajari bagaimana cara mengolah cookies dari kulit manggis. Selain rasanya yang enak tentu menjadikannya cookies dengan nutrisi yang tinggi.
Produk ini terbukti menambah nilai jual kulit manggis dan membuka peluang usaha rumahan bagi ibu-ibu PKK dan petani sekitar.
Masih banyak lagi olahan yang bisa dihasilkan dari kulit manggis. Tentu dengan inovasi ini dapat memperlihatkan bagaimana teknologi, pengetahuan, komunikasi, dan produk lokal menimbulkan peluang besar untuk daya saing di pasar.
Semua Punya Peran, Semua Bisa Berkontribusi
Begitu banyaknya olahan yang dihasilkan dari kulit manggis, tentu menyadarkan kita bagaimana caranya mengolah menjadi barang yang siap dipakai, atau makanan untuk dikonsumsi, sehingga bisa membuka peluang untuk pelaku UMKM.
Sudah waktunya merubah cara pandang kita yang hanya sebelah mata pada kulit manggis. Peran pemerintah, institusi pendidikan, dan komunitas dalam masyarakat sangat berperan penting untuk mendorong kemajuan tersebut.
Pemerintah dapat memberikan pelatihan, memperkuat riset terapan, dan memberikan dorongan untuk para pelaku UMKM.
Institusi pendidikan juga berperan penting sebagai wadah bagi para mahasiswa untuk dapat tumbuh dan berkembang. Ide-ide yang kreatif menunjukkan bahwa pendidikan berhasil memberikan dampak positif terhadap mahasiswa.
Bukan hanya mahasiswa, tetapi peran tenaga pendidik juga bisa ikut terlibat dan memperoleh manfaat. Peran tenaga pendidik justru memberikan motivasi terhadap mahasiswa dalam mengelola limbah kulit manggis, seperti menghubungkan sains dengan kebutuhan di lapangan.
Kemudian, peran komunitas masyarakat sendiri juga tidak kalah penting untuk mengangkat potensi lokal kulit manggis.
Masyarakat bisa menjadi penggerak untuk pemanfaatan limbah pertanian yang bukan hanya dibuang atau dijual murah, melainkan dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomi tinggi.
Di samping itu semua, peranan generasi muda sendiri juga berpengaruh. Di era sekarang yang semakin canggih dan serba digital, dibutuhkan generasi muda yang berani, melek teknologi dan jeli melihat peluang bisnis.
Bukan yang memandang pertanian sekadar cangkul, tanah, dan pekerjaan tradisional. Generasi muda sendiri yang nantinya menjadi generasi penerus bangsa Indonesia ini, tentu harus lebih peka terhadap sekitar dan persaingan global.
Jangan Remehkan yang Terlihat Sepele Dalam dunia pertanian sering kali ditemukan peluang bisnis. Namun sering tersembunyi karena sering dianggap sepele.
Tidak selalu peluang bisnis dapat ditemukan dari suatu hal yang canggih maupun modern. Salah satu contohnya yaitu kulit manggis.
Dibalik warna ungunya, ternyata begitu banyak inovasi yang dapat diperoleh dari olahan kulit manggis.
Jika kita menilik lebih jauh lagi, hanya dari kulitnya saja sudah banyak olahan yang bisa dijadikan ladang bisnis. Itu baru saja kulitnya, belum lagi dengan daging buahnya.
Dapat dibayangkan, bagaimana keseluruhan buah manggis jika diolah dengan optimal dapat memberikan potensi yang luar biasa untuk sumber perekonomian baru di Indonesia.
Maka dari itu, tinggal bagaimana dari diri kita masing-masing dalam menyikapi potensi yang ada di sekitar.
Siapa tahu, ternyata suatu hal yang biasa dianggap sepele bisa memberikan potensi dan peluang yang besar untuk bisa jadi sumber cuan berikutnya.
Editor: Abdul Hadi