Opini

Politik Picik dan Narasi Tidak Sehaluan

Politik picik tidak boleh terjadi dengan membangun narasi dan mengakomodir yang sehaluan saja. Politik selalu dibangun oleh semua unsur yang memungkinkan tercapainya tujuan bersama, baik pro maupun kontra.

OLEH: ANDIKA HAZRUMY *)

Artinya secara prinsip lawan maupun kawan akan tetap menghormati dan berkomitmen pada prinsip-prinsip dasar dari sebuah tujuan bersama. Perbedaan pendapat adalah anugerah dan bersifat fitrah.

Sehaluan atau tidak sehaluan tidak boleh menjadi tembok yang membatasi ruang perbedaan. Atas nama haluan kita dan mereka tidak boleh ditempatkan sebagai musuh.

Pencapaian kekuasaan dalam politik tidak cukup hanya karena ada kesempatan dan dukungan kelompok tertentu untuk mendapatkan kekuasaan.

Capaian atas suatu jabatan dalam kekuasaan mesti didasari oleh ukuran kebermanfaatan diri dan penerimaan lingkungan jauh sebelum proses politik terjadi dan diyakini menjadi bagian dari komitmen perubahan.

Bukan menimbulkan “kecemasan” lingkungan karena dianggap proses yang berjalan hanya politicking kekuasaan.

Ada ukuran kepemimpinan yang mesti terlihat, bukan sekedar pintar. Kehadiran diri dalam keseharian persoalan. Kehadiran diri dalam proses berkawan bukan berdagang. Kehadiran diri dalam memberi manfaat bukan memanfaatkan.

Kehadiran diri untuk memberikan rasa hormat dan optimisme bukan menimbulkan ketidaksukaan dan rasa apatis. Politik adalah seni keindahan dalam mencapai kemungkinan. Sebuah probabilitas logika dan keyakinan untuk mendapatkan, memberikan dan mewujudkan yang terbaik.

Sejauh mana capaian kekuasaan memungkinkan bisa diraih?

Tentu saja kemampuan membaca dukungan dengan “rasa” menjadi lebih penting untuk merasakan apakah memungkinkan untuk memunculkan kolaborasi dan akselerasi perubahan atau sebaliknya memunculkan rasa keengganan dan sempitnya dukungan dalam lindungan kata-kata sakral demokrasi; yang penting berbeda dan perbedaan tidak masalah.

Adalah benar perbedaan bukan suatu masalah, tetapi jika perbedaan dijadikan daya paksa untuk menekan proses demokrasi, maka bisa dipastikan perbedaan yang muncul bukan anugerah tapi kebencian karena adanya tekanan politik.

Sejauh mana pun suatu perbedaan tidak akan menjadi bencana karena dalam proses perbedaan biasanya berangkat dari “rumah” yang sama.

Pertanyaannya adalah seberapa pantas seseorang memimpin dan menyatakan perbedaan?

Politik picik akan menempatkan haluan menjadi imajinasi yang ada dalam diri tanpa bisa menterjemahkan mengapa ada arah dan haluan yang berbeda dalam ketenangan yang selama ini dinikmati ketika tidak punya kemampuan politicking.

Dan ketenangan itu terusik hanya karena ada peluang berkuasa tanpa menghitung dimensi kepantasan rasa.

Sudah saatnya rasa menjadi rujukan berpolitik, bukan semata-mata memanfaatkan kesempatan. Siapa bilang kesempatan tidak datang berkali-kali? Boleh jadi kesempatan menciptakan peluang tetapi kesemptan juga dapat menyempitkan rasa dalam sebuah peluang.

Maka perlu kesiapan diri dan kesiapan lingkungan untuk membangun rasa dalam suatu peluang. Karena ujung dari suatu capaian jabatan bukan semata-mata karena keyakinan hanya diri ini yang mampu melakukan perubahan dan berbuat kebaikan. Tetapi bagaimana respon semesta terhadap perubahan dan terjemahannya. (**)

*) ANDIKA HAZRUMY adalah akademisi sekaligus politisi muda yang pernah menjadi Wakil Gubernur Banten. Dan saat ini tengah bersiap kembali mengikuti kontestasi pada Pemilu 2024.

Iman NR

SELENGKAPNYA
Back to top button