Ikhsan AhmadOpini

Kita Perlu Si Kepala Batu

Kita perlu si kepala batu saat semua kepala terhuyung-huyung dan bergoyang ke kiri dan ke kanan karena angin musim berhembus kencang memporak porandakan material keinginan isi kepala tanpa arah.

Mungkin kita jengah, bahkan tidak suka dengan kepala batu yang melulu diartikan keras, cadas dan tidak mau berubah mengikuti irama kekhawatiran setiap kepala untuk menjadi kepala.

Oleh: IKHSAN AHMAD *)

Si kepala batu dalam alam kosmik pemikiran merupakan batu besar yang seringkali menjadi penghalang penglihatan. Penghalang berkumpulnya bebatuan lain dan penghalang tumbuhnya ilalang dan organisme lain dibawah batu.

Memandang batu besar dihadapan membuat setiap kepala jenuh dan berharap-harap cemas.

Apakah si kepala batu akan menjadi batu sandungan, apakah si kepala batu akan menjadi penanda atas tegaknya aturan alam atau apakah si kepala batu akan menjadi sumber inspirasi setiap kepala yang ingin memimpin kepala lain.

Kita perlu si kepala batu ketika setiap kepala tidak ingin mengenal kerasnya isi kepala batu mempertahankan keseimbangannya.

Ketika setiap kepala hanya mengajukan pertanyaan mengapa ada batu besar di depan? Ketika setiap kepala hanya mau menjadikan kepala batu sebagai peneduh, pelindung dan peyanggah kepala lainnya.

Si kepala batu bisa jadi penanda atas kebutuhan keteraturan, bisa jadi diperlukan untuk memaknai perlu tidaknya dan penting tidaknya keinginan kepala lain untuk turut ikut mengatur komposisi batu dalam kepala.

Kepala batu adalah chemistry kekokohan dan kemampuan untuk menyatakan kesendirian melawan apa yang dianggap perlu dilawan karena tidak sesuai dengan tata kepala batu lainnya yang dianggap dapat menggeser kemampuan aturan dan sistem yang dipercaya menjadi jalan kebaikan penempatan bebatuan dengan berbagai warna dan kepentingannya. Kesungguhannya tidak tergantung dari keramaian dan sepinya penanda batu lain.

Tapi percayalah, batu besar dihadapan akan menciptakan kekerasan yang akan memancing kekerasan lain.

Menciptakan kecemasan yang akan memancing kreatifitas lain. Menciptakan rasa ketidakberdayaan yang akan melahirkan kekuatan lain. Menciptakan keinginan yang tersumbat yang akan melahirkan pendakian keras lainnya.

Kekokohan batu besar di depan akan memancing manipulasi seni menampatkan batu besar sebagai penanda lain yang mubazir dan semakin tidak dikenal dalam tata surya birokrasi yang selalu akan tunduk pada benturan kecil, pendek dan tidak masuk akal.

Ketepatan dan ketidaktepatan pada akhirnya ditentukan manipulasi komunikasi. Kebenaran dan ketidakbenaran menjadi relatif, tergantung rasa dari setiap kepala yang meyakini dirinya bisa berkiprah membenturkan kepala lainnya dengan segenap keyakinan dan kemampuannya.

Harmonisasi, akselerasi dan keteraturan hanya akan hadir dari seberapa jauh efektifitas pemahaman dan pemenuhan kepentingan yang tidak tersumbat dan proporsional.

Sejauhmana si kepala batu menjadi kebutuhan zamannya, akan selalu ditentukan oleh kepuasan seluruh kepala atas manfaat kehadirannya, terpenuhinya harapan setiap seluruh kepala baik melalui jalur aturan yang tegas dan lurus maupun melalui jalan dengan kelokan tajam yang menundukkan aturan untuk kepentingan setiap kepala yang membutuhkan kepastian perubahan yang tidak pernah pasti.

Kita perlu si kepala batu jika ia bisa menjadi penanda arah perubahan yang dituju. Tetapi jika tidak bisa, maka kemungkinan manipulasi akan terjadi disemua lini.

Manipulasi setiap kepala yang ingin menjadi kepala di birokrasi. Manipulasi pilihan-pilihan informasi dan diksi untuk membenarkan isi kepala. (***)

*) Penulis adalah Pengamat Kebijakan Publik dan Dosen FISIP Untirta Serang.

Ikhsan Ahmad

Back to top button