Bantuan Internasional Mengalir Bagi Korban Gempa Turki – Suriah

Bantuan internasional dari berbagai negara mengalir ke Turki dan Suriah, Sabtu (11/2/2023) untuk menangani paska gempa dahsyat berskala 7,7 magnitudo (M) yang menewaskan 24.000 orang dan 870.000 orang membutuhkan makanan.
Di antara bantuan internasional itu berasal dari Arab Saudi yang telah mengirimkan lima pesawat berbadan besar yang berisi logistik, keperluan medis dan regu penyelamat.
Hinga saat tim penyelemat berkerja keras mengevakuasi anak-anak dari reruntuhan di daerah yang porak poranda akibat gempa pada Senin (6/2/2023).
Sedikitnya 870.000 orang sangat membutuhkan makanan di kedua negara setelah gempa, yang menyebabkan 5,3 juta orang kehilangan tempat tinggal di Suriah saja, belum termasuk wilayah Turki.
Gempa susulan setelah gempa berkekuatan 7,7 M pada hari Senin telah menambah jumlah korban tewas dan lebih lanjut menjungkirbalikkan nyawa para penyintas.
“Saya tidak dapat membayangkan di mana saya akan berada besok,” kata Fidan Turan, seorang pensiunan Antakya, Turki seperti dilansir ArabNews.
Dia juga tidak bisa membayangkan kehidupannya dalam 2-3 tahun mendatang ketika menyaksikan kehancuran gedung dan mayat-mayat berserakan.
“Kami telah kehilangan 60 anggota keluarga besar kami. Enam puluh! Apa yang bisa kukatakan? Itu kehendak Tuhan,” ujarnya.
Program PBB
Program Pangan Dunia PBB meminta $77 juta sebagai bagian dari bantuan internasional untuk menyediakan jatah makanan bagi sedikitnya 590.000 pengungsi baru di Turki dan 284.000 di Suriah.
Kantor hak asasi PBB pada hari Jumat mendesak semua aktor di daerah yang terkena dampak – di mana militan Kurdi dan pemberontak Suriah beroperasi – untuk mengizinkan akses kemanusiaan.
Partai Pekerja Kurdistan yang dilarang, yang dianggap sebagai kelompok teroris oleh Angkara dan sekutu Baratnya, mengumumkan penghentian sementara pertempuran untuk meringankan pekerjaan pemulihan.
Di Suriah barat laut yang dikuasai pemberontak, sekitar empat juta orang bergantung pada bantuan kemanusiaan, tetapi belum ada pengiriman bantuan dari daerah yang dikuasai pemerintah dalam tiga minggu.
Pemerintah Suriah mengatakan telah menyetujui pengiriman bantuan kemanusiaan ke daerah-daerah yang dilanda gempa di luar kendalinya.
Hanya dua konvoi bantuan yang melintasi perbatasan minggu ini dari Turki, yang melibatkan pihak berwenang dalam operasi bantuan gempa yang lebih besar.
Satu dekade perang saudara dan pemboman udara Suriah – Rusia telah menghancurkan rumah sakit dan menyebabkan kekurangan listrik dan air.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres mendesak Dewan Keamanan untuk mengesahkan pembukaan titik bantuan kemanusiaan lintas batas baru antara Turki dan Suriah. Dewan akan bertemu untuk membahas Suriah, kemungkinan awal pekan depan.
Turki mengatakan sedang berupaya membuka dua rute baru ke bagian Suriah yang dikuasai pemberontak.
Kebekuan musim dingin telah membuat ribuan orang menghabiskan malam di mobil mereka atau berkerumun di sekitar api unggun darurat yang telah menyebar di mana-mana di seluruh wilayah yang dilanda gempa.
Pejabat di negara itu mengatakan 12.141 bangunan hancur atau rusak parah akibat gempa.
“Lantainya bertumpuk satu sama lain,” kata Mustafa Erdik, seorang profesor di Universitas Bogazici yang berbasis di Istanbul, yang berarti peluang untuk ditemukan dalam keadaan hidup sangat kecil.
Polisi pada hari Jumat menahan seorang kontraktor yang mencoba melarikan diri dari negara itu setelah bangunannya runtuh akibat bencana gempa.
Pejabat dan petugas medis mengatakan 20.665 orang tewas di Turki dan 3.553 di Suriah. Total yang dikonfirmasi sekarang mencapai 24.218.
Kemarahan meningkat atas penanganan bencana oleh pemerintah Turki, mengubah jangka waktu kampanye pemilihan presiden negara itu menjelang pemilihan yang dijadwalkan pada bulan Juni.
“Orang-orang yang tidak meninggal akibat gempa dibiarkan mati kedinginan,” kata Hakan Tanriverdi kepada AFP di provinsi Adiyaman.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengakui untuk pertama kalinya pada hari Jumat bahwa pemerintahnya tidak dapat menjangkau dan membantu para korban “secepat yang kami inginkan.”
Salah satu tragedi terbesar melibatkan 24 anak Siprus berusia antara 11 dan 14 tahun yang berada di Turki untuk mengikuti turnamen bola voli ketika gempa melanda hotel mereka. Sepuluh jenazah mereka dipulangkan ke tanah air mereka di Siprus utara.
Media Turki melaporkan bahwa setidaknya 19 orang dalam kelompok itu – termasuk 15 orang dewasa yang menyertainya – kini telah dipastikan tewas. (berbagai sumber / INR)
Editor: Iman NR