Lingkungan

La Nina Datang, BMKG Beri Peringatan Dini Warga Kota Tangerang

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan peringatan dini agar warga waspada datangnya La Nina menjelang akhir tahun hingga awal tahun 2022, khususnya di Kota Tangerang. Ini terkait fenomena sering turunnya hujan lebat pada siang hari hingga sore hari, menyebabkan sejumlah lokasi digenangi air

“Dengan adanya potensi peningkatan curah hujan pada periode musim hujan tersebut, maka masyarakat Kota Tangerang perlu kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap potensi lanjutan dari curah hujan tinggi yang berpotensi memicu bencana hidrometeorologi. Harus kita antisipasi bersama-sama,” kata Suwardi, Kepala BMKG Kota Tangerang, Rabu (27/10/2021).

Diperkirakan sebagian wilayah Indonesia akan memasuki periode musim hujan mulai Oktober ini, salah satunya Kota Tangerang, Provinsi Banten. Sedangkan, didasarkan pada kejadian La Nina tahun 2020 lalu dan hasil kajian BMKG menunjukkan, bahwa curah hujan mengalami peningkatan pada November-Desember-Januari, demikian dijelaskan Suwardi, Kepala BMKG Kota Tangerang.

Walikota Tangerang, Arief R. Wismansyah telah menginstruksikan sejumlah organisasi perangkat daerah (OPD) terkait untuk melakukan langkah-langkah antisipasi terjadinya peluang buruk banjir atau musibah lainnya.

“Segera petakan titik – titik kebocoran tanggul dan langsung lakukan penambalan, buat juga penahan air tambahan di sekitar tanggul,” ujar Walikota.

Kepada Dinas PUPR, diarahkan untuk melakukan pengurangan debit air di embung dan tandon agar dapat digunakan sebagai penampungan air sementara saat intensitas curah hujan tinggi.

“Cek juga aliran Sungai Cirarab, pastikan agar alirannya lancar sampai Bendung Sarakan sehingga banjir di area Periuk bisa segera surut,” pintanya.

Ia menegaskan untuk masyarakat yang tinggal di area sekitar sungai ataupun di wilayah dataran rendah untuk tidak panik namun tetap waspada dalam mengantisipasi terjadinya cuaca ekstrem mendatang.

Menurut id.wikipedia.org, La Niña (pengucapan bahasa Spanyol: [la niɲa) merupakan fase dingin dari El Niño–Osilasi Selatan dan merupakan kebalikan dari fenomena El Niño. Nama La Niña sendiri berasal dari bahasa Spanyol yang berarti anak perempuan atau putri.

Selain itu, fenomena ini dulu juga disebut sebagai anti El Niño dan El Viejo yang berarti si Tua. Selama fenomena La Niña berlangsung, suhu permukaan laut di sepanjang timur dan tengah Samudera Pasifik yang dekat atau berada di garis khatulistiwa mengalami penurunan sebanyak 3° hingga 5° C dari suhu normal.

Kemunculan fenomena La Niña ini biasanya berlangsung paling tidak lima bulan. Fenomena ini memiliki dampak yang sangat besar terhadap cuaca bahkan iklim di sebagian besar wilayah dunia, terutama di wilayah Amerika Utara, bahkan berdampak pada pola musim terjadinya Badai Atlantik dan Badai Pasifik.

La Niña merupakan pola cuaca yang rumit dan kompleks yang terjadi tiap beberapa tahun sekali, sebagai akibat dari variasi suhu muka laut di wilayah Samudera Pasifik yang dekat atau berada di garis khatulistiwa.

Fenomena ini terjadi karena hembusan angin yang kuat meniup air hangat permukaan laut dari Amerika Selatan melewati Pasifik menuju wilayah timur Indonesia. Ketika air yang hangat ini bergerak ke arah barat, air dingin dari dasar laut naik ke permukaan laut di wilayah perairan Pasifik yang dekat dengan Amerika Selatan.

Oleh karena itu, fenomena ini dianggap sebagai fase dingin dari pola cuaca El Niño–Osilasi Selatan yang lebih besar, dan merupakan kebalikan dari pola cuaca El Niño. (Reporter: Eky Fajrin / Editor: Iman NR)

Iman NR

Back to top button