Lingkungan

Pusing Pertumbuhan Populasi Gajah Liar, Namibia Bakal Jual 170 Ekor

Negara Namibia di Afrika kewalahan dengan pertumbuhan gajah liar yang semakin hari bertabrakan dengan manusia. Pemerintah setempat telah mempromosikan untuk menjual 170 gajah.

Negara yang berada di benua Afrika sebelah selatan dan berpenduduk 2,8 juta jiwa itu mencatat populasi 24.000 gajah.

Penjualan gajah tersebut juga pernah dilakukan Namibia pada tahun lalu dengan jumlah 57 gajah melalui proses lelang. Sebagian gajah hasil lelang itu sudah dikirim ke sejumlah kebun binatang di Amerika Serikat.

Kementerian Lingkungan Hidup, Kehutanan, dan Pariwisata Namibia mengatakan, pemerintah sedang berusaha memulihkan 57 gajah asli yang dilelang tahun lalu setelah disoroti berbagai pihak dunia.

Romeo Muyunda, juru bicara Departemen Alam, Hutan, dan Turis Namibia yang dikutip MediaBanten.Com dari NatureWorldNews.Com, Rabu (23/2/2022) mengatakan, pihak berwenang telah menyita koloni gajah tempat banyak dari mereka hamil. Koloni ini sudah ke luar dari habitat dan rencananya termasuk yang bakal dilelang.

Namun rencana penjualan gajah Namibia ini mendapat reaksi keras tokoh dan organisasi lingkungan dunia. Karena saat bersamaan, sebuah pengumuman penjualan 57 gajah muncul di media atas nama Grobler.

Hingga pengumuman hari ini, 37 ekor gajah sudah ditangkap, termasuk 22 ekor untuk pengapalan. Grobler mengklaim tindakannya sudah benar ketika dia mengangkut gajah dengan pesawat.

Masih bisa diperdebatkan apakah Namibia benar-benar dapat mentransfer gajah liar ke taman margasatwa internasional atau bahkan pelanggan lain di luar Afrika selatan.

Protes keras muncul dari Wiles Cities, sebuah organisasi lingkungan. Organisasi ini mengecam pengaturan transfer gajah liar dari Afrika.

Organisasi ini pernah berhasil menghentikan penjualan gajah itu dengan cara memodifikasi pakta pada tahun 2019. Pakta itu melarang gajah dari Botswana, Zimbabwe, Namibia dan Afrika dikirim ke luar negeri ke setiap belahan dunia.

Meski dilarang, pakta itu memberikan kebolehan mengirimkan gajah liar dengan syarat bisa membuktikan bahwa perindahan gajah ke habitat baru memberikan keuntungan pada pelestarian hewan tersebut.

Mark Jones, Penasihat Senior dari Born Free Foundation yang berbasis di Inggris mengutuk pemindahan makhluk yang terancam punah dari hutan belantara.

Mark mengungkapkan pemikirannya dan mengatakan bahwa pejabat Namibia harus mematuhi ketentuan yang melekat pada gajah di seluruh dunia dan harus menolak transfer mahluk tersebut.

Menurut sebuah laporan di VOA, perselisihan terjadi ketika satwa liar diperdagangkan dalam kurungan. Perselisihan itu antara lain soal apakah satwa liar, terutama gajah dapat bertahan hidup.

Perdebatan juga terjadi soal adanya pemisahan gajah dari populasinya dan banyak merusak hubungan antara kerabatnya.

Para ahli menegaskan bahwa dua anak gajah dikandung setelah gajah ditangkap dari luar dan mereka tampil baik. Diumumkan juga bahwa 57 ekor gajah yang belum ditangkap dari hutan telah dijual kepada 3 calon pembeli.

“Gajah memiliki tuntutan mendasar untuk konteks alam dan lingkungan yang menarik, serta fleksibilitas untuk memilih alternatif dan mitra berburu mereka,” kata Muyunda dari Pemerintahan Namibia.

Chief executive officer Asosiasi Kebun Binatang dan Akuarium (AZA) di Amerika Serikatmenyatakan dalam sebuah surat pada 14 Februari bahwa organisasi tersebut tidak mengetahui keterlibatan afiliasinya dalam penjualan gajah Namibia.

“Persyaratan untuk menerima gajah itu harus dari hasil penangkaran,” jelas Michele Pickover, Direktur Eksekutif Institut EMS yang berbasis di Afrika Selatan, sebuah organisasi nirlaba yang mengkampanyekan warga yang kurang beruntung dan konservasi satwa liar.

Pengiriman gajah dalam kurungan juga menjadikan persoalan tersendiri. Namun para pengirim gajah itu tidak bertanggung jawab untuk memberitahu ke AZA. (NatureWorldnews / Editor: Iman NR)

Iman NR

SELENGKAPNYA
Back to top button