EkonomiInternasional

Silicon Valley Bank Bangkrut, Runtuh Dalam Waktu 48 Jam

Silicon Valley Bank (SVB) atau SVB Financial Group yang berfokus pada bisnis startup, pekan lalu menjadi bank terbesar yang mengalami kegagalan sejak krisis keuangan pada tahun 2008.

Dikutip dari Bloomberg, Kamis (16/03), kebangkrutan Silicon Valley Bank telah mengguncang sistem keuangan global dan mendorong pihak regulator untuk turun tangan atasi dampak tersebut.

Selain itu, bangkrutnya SVB pun menimbulkan ketakutan bagi seluruh pihak pada kenaikan suku bunga yang dapat mengekspos kerentanan pada aspek ekonomi global.

Namun pemerintah federal Amerika Serikat (AS) telah turun tangan dengan menjamin simpanan pelanggan, tetapi kegagalan SVB ini terus bergema di seluruh pasar keuangan global.

Pemerintah AS pun menutup Siganature Bank, bank daerah yang tertatih – tatih di ambang kehancuran dan menjamin simpanannya.

Presiden AS Joe Biden menegaskan sistem perbankkan AS aman. Hal ini menunjukkan betapa seriusnya para penjabat menangani kegagalan SVB.

“Kami akan melakukan apa pun yang diperlukan di atas semua ini,” kata Joe Biden.

Berikut beberapa daftar perusahaan di seluruh dunia yang memiliki simpanan di SVB:

  • Amerika Serikat

Perusahaan di Amerika Serikat mengungkapkan ada sekitar US$5 miliar deposito dan berbagai fasilitas kredit dengan bank.

  • Roblox

Perusahaan game online ini mengungkapkan pada 28 Februari lalu, sekitar 5 persen dari saldo kas dan sekuritas senilai US$3 miliar, atau sekitar US$150 juta disimpan di bank tersebut.

  • Nitro Software

Pembuat perangkat lunak (software) produktivitas Australia Nitro Software Ltd mengatakan mereka punya sekitar US$12,18 juta dari cadangan kas globalnya yang disimpan di SVB.

  • Acuitayds Holding INC

Perusahaan teknologi asal Kanada ini mengatakan mempertahankan rekening bank AS dengan SVB yang berjumlah US$55 juta dalam bentuk deposito.

Sejarah Silicon Valley Bank

SVB didirikan pada tahun 1983, sesaat sebelum runtuh merupakan bank komersial terbesar ke-16 di Amerika.

Bank ini memberikan pelayanan perbankan ke hampir setengah dari semua perusahaan teknologi dan ilmu kehidupan yang didukung usaha AS.

Selain di AS, SVB juga beroperasi di Kanada, Cina, Denmark, Jerman, Irlandia, Israel, Swedia, dan Inggris.

Kronologi Runtuhnya SVB

Dikutip dari Tempo, Kamis (16/3), runtuhnya bank tersebut datang secara tiba – tiba, usai 48 yang hingar – binger di mana para nasabah menarik simpanan secara bersamaan.

Tapi akar kehancurannya telah terjadi sejak beberapa tahun belakangan. Seperti banyak bank lain, SVB juga menginvestasikan miliaran ke dalam obligasi pemerintah AS selama era suku bunga mendekati nol.

Namun semua berbalik arah ketika Federal Reserve menaikkan suku bunga secara agresif untuk menjinakkan inflasi. Saat suku bunga naik, harga obligasi turun, sehingga lonjakan suku bunga mengikis nilai portofolio obligasi SVB. Portofolio menghasilkan pengembalian rata-rata 1,79 persen minggu lalu, jauh di bawah hasil Treasury 10-tahun sekitar 3,9 persen.

Pada saat yang sama, kenaikan besar-besaran Fed menyebabkan suku bunga kredit lebih tinggi. Itu berarti perusahaan rintisan di bidang teknologi harus menyalurkan lebih banyak uang untuk membayar utang.

Mereka berjuang untuk mendapatkan pendanaan modal ventura baru. Itu memaksa perusahaan untuk menarik simpanan di SVB untuk mendanai operasi dan pertumbuhan.

Editor: Abdul Hadi

Abdul Hadi

SELENGKAPNYA
Back to top button