Advetorial

Waspadai Penyakit Pneumonia Anak – Anak, Begini Dampaknya

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten, Ati Pramudji Hastuti mengatakan, penyakit pneumonia (radang paru-paru) atau dikenal paru-paru basah adalah peradangan pada parenkim (jaringan) pernapasan.

Penyakit ini bisa terjadi bukan hanya pada anak-anak tapi dapat terjadi pada orang dewasa. Bahkan terjadi lebih sering pada bayi dan awal masa kanak-kanak.

Secara klinis, penyakit pneumonia dapat terjadi sebagai penyakit primer atau komplikasi lain.

Berikut paparannya lebih lengkap seputar apa itu pneumonia (radang paru-paru) yang disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten agar dapat dipahami masyarakat Banten secara luas.

Apa itu Pneumonia?

Menurut UNICEF/WHO (2006), radang paru-paru atau penyakit pneumonia adalah sakit yang terbentuk dari infeksi akut dari daerah saluran pernapasan bagian bawah secara spesifik mempengaruhi paru-paru dan menyebabkan area tersebut dipenuhi dengan cairan, lendir atau nanah. Kondisi ini bisa membuat pasien mengalami sulit bernapas.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sebanyak 15 persen kematian anak-anak usia balita di seluruh dunia terkait dengan penyakit pneumonia.

Meskipun begitu, pneumonia bisa menimpa orang dewasa dengan dampak yang kurang lebih sama.

Risiko dan Penyebab Pneumonia

Pneumonia tidak hanya bisa menimpa orang dewasa, pneumonia juga bisa menimpa anak-anak.

Penyakit yang dikenal juga dengan sebutan paru-paru basah ini sangat rentan menyerang anak-anak dan lansia, terutama yang mengidap penyakit paru-paru kronis.

Berikut beberapa orang yang masuk dalam kategori paling berisiko terkena pneumonia adalah:

•Perokok aktif

•Memiliki riwayat stroke

•Bayi berusia 0-2 tahun, dan lansia di atas usia 65 tahun

•Penggunaan obat-obatan tertentu yang menyebabkan masalah pada sistem imun, seperti steroid, konsumsi antibiotik dalam jangka panjang, dan lainnya

•Memiliki riwayat asma, gagal jantung, diabetes, HIV/AIDS, cystic fibrosis, dan penyakit kronis lainnya

•Sedang menjalani kemoterapi. Kondisi ini bisa membuat sistem kekebalan tubuh menurun, sehingga virus dan bakteri mudah menyerang

Penyakit ini bisa disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, dan jamur. Sementara untuk orang dewasa, penyebab pneumonia paling sering terjadi karena bakteri.

Pneumonia adalah sakit yang terbentuk dari infeksi akut dari daerah saluran pernapasan bagian bawah secara spesifik mempengaruhi paru-paru dan menyebabkan area tersebut dipenuhi dengan cairan, lendir atau nanah. Kondisi ini bisa membuat pasien mengalami sulit bernapas.

Pneumonia dapat terjadi pada semua golongan usia. Sedangkan beberapa kelompok memiliki risiko lebih tinggi terjangkit, yaitu:

•Lansia (Usia > 65 tahun)

•Anak-anak usia < 5 tahun

•Memiliki riwayat medis maupun komorbid tertentu (PPOK, Asthma, Diabetes, Penyakit Jantung, HIV, sedang menjalani kemoterapi)

•Perokok

Dari sumber Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sebanyak 15 persen kematian anak-anak usia balita di seluruh dunia terkait dengan pneumonia. Meskipun begitu, pneumonia bisa menimpa orang dewasa dengan dampak yang kurang lebih sama.

Faktor yang memegang peranan penting pada perbedaan dan kekhasan pneumonia anak, terutama dalam spectrum etiologi, gambaran klinis dan strategi pengobatan yaitu usia pasien.

Pada anak balita (4 bulan – 5 tahun), pneumonia sering disebabkan oleh infeksi Strepcoccus pneumonia, Haemophillus influenza tipe B dan Staphylococcus aureus.

Sedangkan pada anak yang lebih besar dan remaja, selain bakteri tersebut juga ditemukan infeksi Mycoplasma pneumonia (Said, 2008). Menurut Hariadi (2010) dan Bradley dkk (2011) pneumonia dibagi berdasarkan kuman penyebab yaitu :

a. Pneumonia bacterial/tipikal adalah pneumonia yang dapat terjadi pada semua usia. Bakteri yang biasanya menyerang pada balita dan anak-anak yaitu Streptococcus pneumonia, Haemofilus influenza, Mycobacterium tuberculosa dan Pneumococcus.

b. Pneumonia atipikal adalah pneumonia yang disebabkan oleh Mycoplasma. Organisme atipikal yang biasanya menyerang pada balita dan anak-anak yaitu Chlamidia trachomatis, Mycoplasma pneumonia, C. pneumonia dan Pneumocytis.

c. Pneumonia virus. Virus yang biasanya menyerang pada balita dan anak-anak yaitu Virus parainfluenza, Virus influenza, Adenovirus, Respiratory Syncytial Virus (RSV) dan Cytomegalovirus.

d. Pneumonia jamur adalah pneumonia yang sering, merupakan infeksi sekunder, terutama pada penderita dengan daya tahan tubuh lemah (Immunocompromised).

Manifestasi klinik pneumonia berdasarkan World Health Organization (WHO) (2005) yaitu batuk dan /atau kesulitan bernapas ditambah minimal salah satu hal berikut ini yaitu :

a.Kepala terangguk-angguk

b.Pernapasan cuping hidung

c.Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam

d.Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia

Selain itu terdapat juga tanda berikut ini :

a.Nafas cepat

1) Anak umur < 2 bulan : ≥ 60 kali/menit

2) Anak umur 2 – 11 bulan : ≥ 50 kali/menit

3) Anak umur 1 – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit

4) Anak umur ≥ 5 tahun : ≥ 30 kali/menit

b.Suara merintih pada bayi

c.Pada auskultasi terdengar :

1) Crackles (ronki)

2) Suara pernapasan menurun

3) Suara pernapasan bronkial

Dalam keadaan yang sangat berat dapat dijumpai :

a. Tidak dapat minum/makan atau memuntahkan semuanya

b. Kejang, letargis atau tidak sadar

c. Sianosis

d. Distress pernapasan berat

Cara mencegah Pneumonia dapat dilakukan dengan beberapa upaya yaitu menerapkan pola hidup sehat untuk menguatkan daya tahan tubuh, menjaga higienitas dengan rajin mencuci tangan, tidak merokok, dan mendapatkan vaksinasi.

Pada anak-anak, pencegahan pneumonia dapat dilakukan dengan beberapa cara:

1.Jauhkan anak dari penderita batuk

2.Pemberian ASI eksklusif minimal pada 6 bulan pertama kehidupan

3.pemberian nutrisi yang adekuat

4.Lakukan Imunisasi Lengkap

5.Jauhkan balita dari asap, debu, serta bahan-bahan lain yang mengganggu pernafasan

6.Jagalah kebersihan tubuh, makanan, dan lingkungan.

Pneumonia pada balita merupakan kondisi yang perlu diwaspadai oleh orang tua karena dapat menyebabkan gangguan serius bahkan kematian apabila tidak segera ditangani.

Upaya pencegahan yang dilakukan Dinkes Provinsi Banten di antaranya penemuan dan pengobatan kasus ISPA /Pneumonia di Fasyankes dan masyarakat, Pengamatan kasus.

Pemberdayaan masyarakat terkait penyakit ISPA bagaimana masyarakat secara mandiri dapat mempunyai pola hidup bersih, sehat dan dapat menciptakan lingkungan yang sehat.

Juga perlu mengetahui tentang tanda dan gejala penyakit, dan segera mencari pengobatan ke Fasyankes terdekat apabila ada gejala ISPA. (Adv)

SELENGKAPNYA
Back to top button