Ibu Paus Pembunuh Berkorban Seumur Hidup Bagi Anak Lelaki
Ibu Paus Orca atau paus pembunuh di Laut Pasifik Utara akan melakukan pengorbanan seumur hidup jika melahirkan paus berjenis kelamin laki-laki.
Sebab, membesarkan anak laki-laki mengurangi kesempatan seekor paus pembunuh betina untuk bereproduksi di masa depan secara signifikan.
Energi yang dibutuhkan untuk memberi makan anak laki-laki, bahkan dapat membahayakan kesehatan ibu sendiri, sehingga kemampuan mereka untuk bereproduksi atau membesarkan anak lagi sangat berkurang.
“Para ibu paus mengorbankan makanan mereka sendiri, atau energi mereka sendiri,” kata Prof Darren Croft dari Universitas Exeter yang melakukan studi paus Orca seperti dilansir BBCIndonesia, dikutip MediaBanten.Com, Minggu (12/2/2023).
Orca memiliki ikatan kekeluargaan yang sangat dekat sepanjang hidup mereka. Anak-anak paus perempuan menjadi mandiri di masa dewasanya. sedangkan anak paus laki-laki terus bergantung pada ibunya, termasuk berbagi makanan yang ditangkap oleh para betina.
Prof Croft menjelaskan ini sebagai “pengetahuan baru dalam kehidupan sosial dan keluarga yang kompleks dari binatang menakjubkan ini”.
Studi yang dilakukan selama berpuluh tahun ini dipublikasikan dalam jurnal Current Biology, dan merupakan bagian dari misi yang terus berlanjut untuk memahami kehidupan keluarga paus pembunuh.
Penelitian ini didukung oleh Center for Whale Research (CWR), yang telah mengikuti kehidupan sebuah populasi paus pembunuh, yang dikenal dengan nama Southern Residents, selama lebih dari 40 tahun.
Sejak 1976, CWR telah memproduksi sesus lengkap populasi Southern Resident, sehingga para ahli biologi dapat melakukan penelitian multi-generasi seperti studi ini – menguraikan perilaku sosial dan ikatan keluarga yang berdampak langsung pada keberlangsungan hidup binatang tersebut.
Untuk penelitian ini, para ilmuwan meneliti hidup 40 orca betina sejak 1982 hingga 2021, dan menemukan bahwa untuk satu anak-anak jantan yang hidup, kesempatan tahunan seekor ibu untuk membesarkan anak lain per tahun turun hingga setengahnya.
“Penelitian terdahulu kami menunjukkan bahwa anak-anak jantan memiliki kesempatan bertahan hidup lebih tinggi bila dekat dengan ibunya,” kata Dr Michael Weiss dari Universitas Exeter dan Center for Whale Research.
“Kami ingin mengetahui apakah ada pengorbanan di baliknya, dan jawabnya adalah, ya. Ibu paus pembunuh membuat pengorbanan besar untuk kemampuan reproduksinya di masa depan untuk menjaga anak-anak laki-laki mereka tetap hidup.”
Keluarga Pembunuh
Penelitian yang masih berlanjut terhadap populasi paus pembunuh yang kini terancam punah dan hidup di perairan teluk antara Vancouver dan Seattle, dimulai oleh Dr Ken Balcomb.
Pada awalnya, dia ingin meneliti apa saja yang mengancam kemampuan mereka bertahan hidup. Penelitian berlanjut untuk mengungkap pengetahuan tentang kehidupan paus pembunuh yang hanya bisa diketahui melalui studi selama berpuluh-puluh tahun.
Para ahli biologi telah bekerja bersama CWR untuk mengungkap, salah satunya, peranan vital dari nenek paus pembunuh dan mengapa, seperti manusia, betina dari spesies ini berhenti bereproduksi di paruh akhir kehidupan mereka.
Dari penelitian selama bertahun-tahun untuk melihat interaksi orca, para ilmuwan juga mengetahui bahwa ibu dan anak laki-laki paus pembunuh akan “terus bersama-sama” hingga anaknya dewasa.
“Mereka bahkan akan memberikan salmon tangkapan mereka untuk makan anak jantannya,” Prof Croft menjelaskan, sementara para anak betina akan berburu secara mandiri.
Ini, menurut para ilmuwan, dapat menjadi semacam kondisi “bet-hedging” – keadaan di mana suatu organisme memperburuk kondisinya untuk tujuan yang lebih baik – yang didorong oleh fakta bahwa anak-anak jantan yang terbesar dan tertua kemudian akan menjadi ayah bagi banyak bayi orca.
“Jika seekor ibu orca bisa menjadikan anak laki-laki mereka pejantan besar di populasi mereka, maka anak itu kemudian akan menjadi ayah (banyak bayi di generasi selanjutnya),” terang Prof Croft.
Tampak seperti paradoks, bagaimana hewan yang sangat kuat dan pintar seperti orca terus bergantung pada ibu mereka selama hidup, namun sepertinya, para anak laki-laki ini tidak harus menjadi mandiri karena ibu mereka terus berada di sampingnya.
“Kalau ibu saya memasakkan makan malam untuk saya setiap malam, mungkin saya juga tidak akan belajar memasak makan malam saya sendiri,” Prof Croft berkelakar.
“Namun secara tidak langsung, sepertinya ini memang kemauan sang ibu.”
Saat ini hanya ada 73 paus pembunuh yang tersisa, sehingga para ilmuwan berkata mereka harus memahami apa saja yang dapat membantu pembuatan keputusan terkait cara melindungi mamalia laut ini.
“Para paus pembunuh Southern Resident ini berada di ujung tanduk dan berisiko menghadapi kepunahan,” ujar Prof Croft. “Jadi apapun yang bisa mengurangi kemampuan reproduksi betinanya menjadi perhatian bagi populasi ini.” (BBCIndonesia / INR)
Editor: Iman NR